Silvi duduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah kolam renang dengan wajah kesal. Mawar merah yang terlihat begitu indah bertaburan diatas kolam renang dan tersusun rapi menghiasi ruangan tersebut, tetap tidak mampu menghilangkan kekesalannya. Di sisi kanannya duduk seorang pria yang memakai kemeja putih sedang memperhatikan raut wajah Silvi.
“Haruskah bibirmu seperti itu?” Tanya pria tersebut dengan sabar.
“Mmmm..”
“Kenapa juga kau harus kesal? Ayah tidak membawa mereka?” Jelas pria tersebut, yang ternyata Ayahnya Silvi.
“Aku mau belajar! Besok ujian terakhirku.” Tegas Silvi.
“Sejak kapan kau belajar? Hah?” Kata Ayah Silvi geli.”Kau jangan menggarang alasan yang tidak masuk akal. Ubah raut wajahnyamu, sekarang! Ayah malu dengan tamu yang lain.”
“Mana tamunya? Masih kita berdua disini. Maksudnya bersembilan!” Ralat Silvi sewot sambil melirik ke kanan dan kirinya.”Lagi pula, mana ada acara lamaran tengah malam begini. Ini jam nya tidoorrr!
“Perbaiki raut wajahmu, tamu ku sudah mulai berdatangan.” Andi menghampiri meja mereka, lalu mencolek gemas pipi anak sahabatnya tersebut.
”Ayo, temani aku untuk menyambut mereka.” Kata Andi menepuk pundak Ayah Silvi.
“Huhh! Harusnya jam segini aku sudah tidur. Ini masih berada di tempat aneh begini. Tamunya OT lagi. Dekorasinya pun norak banget.” Keluh Silvi menatap kesal ke pintu masuk. Satu persatu tamu mulai masuk. Mereka memakai pakaian berwarna putih sesuai dress code.
“OT?” Ucap Om Andi bingung sambil menatap ke arah pintu masuk lalu menatap Silvi yang menopang dagunya dengan tangan kiri.” Maksudnya?”
“Orang tua!” Bisik Ayah Silvi pelan, agar tidak terdengar oleh Silvi.
Setelah mendapat bisikan tersebut, Om Andi langsung paham. Tetapi dia sedikit tersinggung dengan dekorasi norak yang dikatakan Silvi barusan. Sehingga dia memilih untuk menjelaskan tentang dekorasi tersebut, sebelum menerima para tamu undangan.“Ini dekorasi terbaik dan aku sendiri yang merancangnya. Klien kami banyak yang memakai dekorasi seperti ini. Jadi, kesimpulannya pemikirian mu saja yang norak, Silvi! tidak bisa membedakan yang biasa dan yang terbaik.”
“Sebenarnya kalian bisnis apa, sih? EO atau WO?” Tanggap Silvi cepat memalingkan tatapannya dari pintu masuk ke Andi. Namun orang yang ditanya olehnya sudah tidak berada ditempat. Tatapannya langsung beralih ke pintu masuk lagi dan dia menemukan kedua orang tersebut baru saja sampai disana.
Suka banget dengan tema reuni. Semangat ya, kak.
Comment on chapter 18 : Pertanyaan Leo