“Surat, begitu namanya. Namun yang terkandung lebih banyak yang tersirat. Aku bingung memikirkannya. Kenapa bisa disebut surat?”
Senin pagi. Aku masih mengucek mata sebelum sehelai korden melambai-lambai karena kejahilan angin pagi yang membawa serbuk dingin embun. Ibuku membuka jendela, membangunkanku dengan belaian halus di telapak kaki.
“Ibu!” Aku berteriak. Hanya satu detik berlalu dan aku telah tertawa geli.
Ibuku balas tertawa. Dan mengucap sudah siang, cepat bangun, berangat sekolah, upacara. Dan begitu pagi hariku bermula. Omong-omong, namaku Sri. Terdengar seperti gadis desa? Benar. Aku hanya seorang gadis desa. Sederhana. Apa aku berhak mengatakan itu? Entahlah. Aku kadang bertanya-tanya, kadang aku mengumpat-umpat, kadang aku menangis-nangis. Artinya... aku hanya gadis biasa bukan? Sepertinya begitulah pengertiannya bagiku.
Tadi pagi. Setelah ibuku keluar kamar, ada yang terbang, melayang masuk bersama embun pagi melalui jendela. Bentuknya perahu kertas. Perahu terbang? Aku sempat tersenyum ragu. Bukankah biasanya pesawat kertas?
Aku sempatkan melongok jendela. Tidak ada apa-apa atau siapa-siapa. Aku ambil perahu kertas terbang itu. Entah kenapa, aku membuka perahu itu waktu itu. Kadang aku penasaran kenapa aku melakukan sesuatu yang konyol tanpa berpikir. Atau memang karena itu konyol? Yang konyol pasti tidak dipikir dulu, begitukah?
Aku berakhir menyesal. Perahu kertas terbang itu telah kelar aku buka, menjadi selembar kertas tipis bergaris-garis. Tidak ada tulisan berarti kecuali sebuah kata: SURAT. Apa maksudnya? Yang mengirimnya pasti kurang kerjaan! Iya, kan?
Coba bayangkan caraku bercerita nanti kepada teman-teman, “kalian tahu nggak? Pagi tadi, ada perahu kertas terbang lewat jendela kamarku. Perahu pengantar SURAT.”
Aku membayangkan temanku bertanya, “Apa isi suratnya?”
Dan aku akan menjawab, “SURAT.”
Ah, tidak tidak! Lebih nikmat disimpan jadi rahasia. Biarlah kekonyolanku yang menghabiskan banyak waktu di Senin pagi ini tidak diketahui siapapun. Perahu kertas terbang. Bukan pesawat kertas terbang. Aku tertawa sekali lagi. Beranjak pergi dan bersiap untuk sekolah Senin pagi.
Surat pertama. Isi: surat. Pengirim: tidak diketahui. Tujuan: tidak diketahui. Bentuk: perahu kertas. Cara penyampaian: diterbangkan melalui jendela kamar. Penerima: Sri. 1% done.