Read More >>"> RAHASIA TONI (BOHONG) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - RAHASIA TONI
MENU
About Us  

 

PRIMA KEMBALI ke kelas yang dipakai untuk ekskul musik. Setelah obrolannya dengan Kinanti tadi, pikirannya berubah. Basket memang hobinya. Dan musik, bukan hal yang ia minati. 

Dia tahu, mungkin Toni akan sedih mengetahui ini. Sebab dialah yang hebat dalam permainan men-dribble bola tersebut. Tapi, Prima tak punya pilihan, ia harus tanyakan ini pada Toni.

Mata Prima menyapu ke sekitar. Pembimbing ekskul mereka belum datang rupanya. Toni duduk di kursi paling depan, dagunya hampir menempel di gitar. Dia memainkan chord Flying Without Wings-nya Westlife. Tebak siapa yang mencoba jadi vokalisnya? Vanesa!

Dia duduk di samping Toni, mencoba bernyanyi mengikuti irama. Meski kelihatannya, Toni hanya ingin bermusik sendiri.
"Prim?" Toni menghentikan petikan gitar, saat Prima ada di depannya.
"Ton," Prima balik menyapa.

Toni mengerling ke sekitar, kelihatannya ada yang berbeda dari Prima. "Ada masalah, Prim?"katanya.
"Gak ada," jawab Prima dengan mimik ragu.

Toni kemudian meninggalkan gitarnya dan mengajak Prima mengobrol di tempat lain. Semua demi menjaga rahasia perasaanya pada Kinanti.
"Lo liat Kinanti, gak?" Toni masih tingak-tinguk, berharap menemukan Kinanti. "Gua cari dia hari ini, tapi gak keliatan."

Prima seperti memikirkan sesuatu sebelum menjawab Toni. "Gak. gua gak liat dia," Prima berbohong.
"Aneh." Toni mengernyitkan alisnya.
"Ton...." Prima mulai masuk pada inti pembicaraan. "Gua mau ikut basket. Menurut lo, gimana?" tanyanya.

Satu kalimat yang membuat Toni kehabisan kata-kata.
"Rencananya hari ini gua mau langsung gabung. Menurut lo gimana?" Prima masih menanyakan pendapat Toni soal keputusannya.
Heh! Toni berusaha untuk bahagia, senyum segar yang ia tampilkan nampak dipaksakan. Terlihat tidak natural.
"Yah pasti gua dukung lah! Kalau gitu tunggu apalagi, cepet sana ke aula. Tunjukin siapa Prima itu!"

Prima mengangguk. "Serius lo gak apa-apa?" tanya Prima meragukan Toni. "Kalau gua gak satu ekskul dengan lo, siapa nanti yang bantu kalau lo merasa sakit atau perlu bantuan?"
"Cerewetnya! Pergilah ke aula, supaya lo gak ketinggalan sesi latihan."
"Jangan pura-pura tegar. Gua mau, lo jawab yang jujur. Gua punya tanggung jawab di sini."
"Memangnya seberapa parah sakit gua? Bego! Pergilah ke aula sana!" Toni mendorong Prima agar segera menuju aula basket.
"Good luck!" katanya.

Toni meninggalkan Prima dia melanjutkan kembali permainan gitarnya. Kali ini, siswa tampan itu mengajak Vanesa untuk bernyanyi.
"Lanjut?" katanya pada Vanesa.
Vanesa mengerling pada Toni, rasanya tak percaya Toni mau bicara dengannya. "Ok!"katanya lalu mulai bersenandung.

Prima ke aula, sepanjang langkahnya dia memikirkan tentang keputusannya hari ini. 

Toni lihatlah siapa yang pura-pura tersenyum hari ini, dan siapa yang telah berubah menjadi bedebah. Aku.

***

Minggu pagi, sekitar pukul sepuluh.
"Asisten!!" suara Toni terdengar lantang di telepon.
Kinanti menggunakan headset untuk bicara, dia masih membantu ibunya menyiapakan sajian untuk acara Ido siang nanti. "Ada apa, Toni?"
"Asisten, lo kabur dari gua ya?" celetuk Toni. "Kemarin gua cari lo, tapi gak keliatan.

Kinanti tersentak, hampir saja teko yang berisi air sirop ia tumpahkan.
"Asisten!" Toni kembali bersuara, "gua mau ngajak keluar hari ini."
"Hari ini gua gak bisa. Lagipula, gua gak ada uang buat jalan."
"Memangnya siapa yang mau minta bayarin? Gua yang traktir."

Kinanti mengambil kertas dan pulpen yang kebetulan ada di atas meja. Dia menulis sesuatu di atasnya. Isinya, Toni menyuruh gua ke luar, jawab apa?  
Ia tunjukkan tulisan itu pada Maya.
"Bilang aja lagi sibuk!" Maya berbisik.

Kinanti mengiyakan.
"Gua sibuk hari ini. Lain waktu aja, ya."
"Jangan bohong, nanti gua serahin buku lo ke Pak Said."
"Bener! Gua harus bantu ibu hari ini. Mmh, gimana hari Selasa?" Kinanti membuat penawaran. "Itu tanggal merah."
"BAIK!" Toni sengaja mengeluarkan suara yang keras supaya Kinanti terkejut,dan itu berhasil.
"Hari Selasa, nanti tempatnya gua yang tentuin!" Toni langsung menutup telponnya.

Gak sopan, setiap udah selesai ngomong selalu gak pernah kasih kesempatan orang untuk banding, Kinanti bergumam.

"Apa katanya?" Maya segera bertanya pada Kinanti.
"Selasa, dia nyuruh gua ke luar. Ck! Paling juga dia mau ngerjain gua lagi."
"Tapi, hari ini dia gak tau, kan kalau lo ada acara?"

Kinanti menggeleng. "Tau juga percuma, dia gak mungkin mau dateng."
"Bukan itu aja, Prima itu sering banget keliatan kayak diperintah ini-itu sama Toni."
"Masa, sih?" Kinanti tak percaya atas ucapan Maya.
"Bener!" Maya meyakinkan. "Sekelas juga udah pada tau kelakuan Toni. Kalau sampai dia tau Prima kesini dan  lo gak undang dia,  Prima bisa jadi sasaran di sekolah nanti."

Alis Kinanti bertaut. "Toni memang keliatan sombong dan sedikit usil, sih. Tapi, masa iya, dia sampai bisa kayak gitu ke Prima?"
"Yah karena lo naksir berat ama Toni, makanya semua jadi keliatan bagus. Gua aja pas sekelas sama Toni, lama-lama ill fill karena kesombongannya."

Kinanti masih tak percaya, sejauh ini yang dia rasakan Toni adalah orang yang baik. Yah, meski dibumbui sedikit dengan sikap angkuhnya.
"Ahh! Gak usah bahas Toni dulu. Nih!" Kinanti menyerahkan teko dan gelas. "Bantuin bawa ke depan, bentar lagi temen-temen Ido dateng."
"Dasar yah, Jamu!" Maya mencebik. "Lo gak sekalian pakein celemek ke gua, biar mirip PRT."
"Tolong ya, Maya ..." ucap Kinanti dengan nada mendayu.

***

Prima mengetuk pintu kamar Toni.
"Buka aja, gak dikunci!" kata Toni dari dalam.
"Ada apa, Prim?" tanya Toni saat Prima berdiri di depan pintu kamarnya
"Hari ini gua mau ke luar. Bisa, kan?" tanya Prima. Dia perlu izin, karena setiap bulannya dia mendapat bayaran dari pekerjaannya sebagai penjaga Toni.

Toni beranjak dari peraduannya. Dia perhatikan penampilan Prima yang lebih eye catching, tak seperti biasanya. Dia juga tercium lebih wangi dari yang sudah-sudah. Alih-alih memberi izin, Toni justru menanyakan sesuatu.
"Kenapa, ya, kalian berdua ada yang beda?"
"Kalian?" Prima justru balik bertanya.
"Lo sama Kinanti, yang satu gak bisa ke luar karena sibuk dan...."
Toni memperhatikan Prima dari ujung kepala sampai kaki. "Lo tumben banget. Biasanya hari Minggu, gua kabur aja, lo histeris. Aneh!"

Pernyataan Toni membuat Prima gugup. Sekuat hati, dia coba untuk menutupinya.
"Oooh!" Toni seperti mendapat pencerahan. "Jangan-jangan, lo sama Kinanti mau jalan, ya?"
Prima terkesiap, udara serasa tertahan di jakunnya. Jika Toni tahu kalau dia bohong kemarin dan hari ini, apa yang akan dia lakukan?

Toni menepuk lengan Prima. "Pergilah!" katanya sambil tertawa, "gitu aja panik. gua bercanda tadi. Gak mungkin, 'kan, kalian mau ketemuan."
"Ummh." Prima mencoba menenangkan dirinya.
"Lo naksir cewek, ya?" Toni menebak. "Kenalin ke gua. Biar nanti gua yang jadi comblangnya." Dia mengatakan itu dengan tulus, dan Prima bisa merasakannya.

Toni menyandarkan tubuhnya di sisi kanan pintu. "Jadi, ini gaya lo kalau lagi naksir cewek," ucap Toni usai memperhatikan gaya Prima.
"Bilang, Prim, siapa orangnya. Dia pasti sangat spesial, karena akhirnya bisa menaklukan hati seorang Prima."

Prima hanya diam, tak ada yang bisa dia katakan. Jika Toni tau siapa orangnya, dia pasti akan membunuhnya.
"Ok kalau gak mau kasih tahu sekarang, gua hargai." Toni menegakkan kembali tubuhnya. "Kalau gitu, hari ini gua mau istirahat di rumah. Sekalian nanti sore mau ada jadwal chek up."

Prima menghela nafas lega, akhirnya Toni tak mengorek-ngorek lagi tentang siapa gadis yang ia sukai.
"Gua boleh kasih saran, Prim?" tanya Toni.
"Boleh."
"Lo yang luwes dikit, kalau mau ketemu cewek. Jangan pelit ngomong, nanti itu cewek bosen."
"Ya."

Toni tersenyum miring. "Lo beneran, ya, kaku banget jadi orang."
Teman sekaligus majikan Prima tersebut, menghela nafas. "Semoga berhasil, Prim."
"Makasih. Gua jalan sekarang kala gitu."

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (36)
  • yurriansan

    @suckerpain_ wah terimakasih udah mampir. makasih juga sarannya, kbtulan ini memang masih tahap revisi. :D

  • suckerpain_

    Seru, kak, ceritanya. Bagus. Bau-bau sad ending sejak baca judul. πŸ˜‚πŸ™ dan kalau boleh saran, dialog tagnya mungkin bisa lebih diperhatikan, kak. Love it 😊😊

  • yurriansan

    @dxpearloke ini aku masih revisi, nnti saranmu bisa aku pertimbangkan. jarang nemu typo? kbtulan chptr 1 smpe 4 baru aku revisi. wkwkwk.
    semangat buatmu juga

    Comment on chapter GAGAL
  • dxpearl

    Btw, aku udah baca tapi baru sampe chapter 2 eheheh XD hmmm lumayan seru ceritanya :) aku juga jarang nemu typo dong wkwk belum nemu sih XD tapi kalau boleh saran, paragraf yang panjang banget itu mungkin bisa dibagi jadi beberapa supaya nggak terlalu capek bacanya ehehe

    Comment on chapter GAGAL
  • yurriansan

    @Riyuni iyaa bisa d bilang begitu. Mksh udh mmpir

    Comment on chapter PENGORBANAN
  • yurriansan

    @Riyuni

    Comment on chapter PENGORBANAN
  • yurriansan

    @aiana kbtulan sad ending...
    Tp tgahnya aku buat lucu. Biar.hatimu berglombang bacanya :D

    Comment on chapter PENGORBANAN
  • Riyuni

    dari judulnya sudah bisa di tebak akhir ceritanya..
    sedih.

    Comment on chapter PENGORBANAN
  • aiana

    jadi mampir,,, seru juga nih dua sahabat ini. Masih belum ketemu sama Toni. Otw,
    semoga tidak sad ending. hehe.

    Comment on chapter PROLOG
  • yurriansan

    @Dreamon31 ayo tebak siapa. Sedih? Iya dan ada humor nya jga. Msh tahap revisi jga. Trims sdh mmpir d crtaku

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
SURAT.
9      9     0     
Romance
Surat. Banyak rasa akan datang bersamanya. Bacalah dengan bisikan pelan. Sebutir demi sebutir perasaan akan mengalir bersama kata yang terangkai. Perlahan, keping rasa itu akan lengkap dan jatuh tepat di sebuah gubuk penampungan rasa di lubuk hati. Setelah berhasil diterjemahkan, barangkali tubuh akan kegirangan. Atau bibir akan tersenyum, mungkin tertawa. Atau mata taklagi sanggup membendung der...
Pisah Temu
15      11     0     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Kaichuudokei
256      145     0     
Fantasy
β€œSuatu hari nanti aku akan mengubahnya. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Bagaimanapun caranya. Jadi, saat waktu itu tiba, jangan menghalangiku!” (Nakano Aika) β€œAku hanya ingin mengubahnya.. aku tidak ingin itu terjadi, aku mohon.. jika setelah itu kalian akan menghapus semua ingatanku, tidak masalah. Aku hanya tidak ingin menyesali sesuatu selama hidupku.. biarka...
Cinta (tak) Harus Memiliki
90      82     0     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Kristalia
153      103     0     
Fantasy
Seorang dwarf bernama Melnar Blacksteel di kejar-kejar oleh beberapa pasukan kerajaan setelah ketahuan mencuri sebuah kristal dari bangsawan yang sedang mereka kawal. Melnar kemudian berlari ke dalam hutan Arcana, tempat dimana Rasiel Abraham sedang menikmati waktu luangnya. Di dalam hutan, mereka berdua saling bertemu. Melnar yang sedang dalam pelarian pun meminta bantuan Rasiel untuk menyembuny...
The pythonissam
7      7     0     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
Pilihan Terbaik
100      60     0     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
100%-80%
0      0     0     
Romance
Naura merasa dirinya sebagai seorang gadis biasa -biasa saja dan tidak memiliki kelebihan tertentu bertemu dengan Tsubastian yang bisa dibilang mendekati sempurna sebagai seorang manusia. kesempurnaan Tsubastian hancur karena Naura, bagaimana Naura dan Tsubastian menghadapinya
AMORE KARAOKE
407      241     0     
Romance
Dengan sangat berat hati, Devon harus mendirikan kembali usaha karaoke warisan kakeknya bersama cewek barbar itu. Menatap cewek itu saja sangat menyakitkan, bagaimana bila berdekatan selayaknya partner kerja? Dengan sangat terpaksa, Mora rela membuka usaha dengan cowok itu. Menatapnya mata sipit saja sangat mengerikan seolah ingin menerkamnya hidup-hidup, bagaimana dia bisa bertahan mempunyai ...
Einsam
8      8     0     
Romance
Hidupku sepi. Hidupku sunyi. Mama Papa mencari kebahagiaannya sendiri. Aku kesepian. Ditengah hiruk pikuk dunia ini. Tidak ada yang peduli denganku... sampai kedatanganmu. Mengganggu hidupku. Membuat duniaku makin rumit. Tapi hanya kamu yang peduli denganku. Meski hanya kebencian yang selalu kamu perlihatkan. Tapi aku merasa memilikimu. Hanya kamu.