Jessica melipat kedua tangannya dan berjalan mondar-mandir tak tentu arah. Ia memandangi Banyu yang terlihat termenung menatap kearah kamar. Jessica tak mampu lagi menahan rasa penasarannya.
“Jadi inikah yang membuat kalian berkelahi?” Tanya Jessica.
“Apa?” Tanya Banyu.
Jessica menghela nafas, mencoba mengatur kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“Kalian sudah sepuluh tahun tak bertemu kemudian dua bulan ini bertemu kembali. Ya wajar saja kalau kalian me…” Jessica mengangkat bahunya membiarkan kata-katanya menggantung.
“Aku sudah melamarnya, tapi dia tak memberi jawaban.” Ucap Banyu datar.
“Ah… Bagaimana bisa kau….” Matanya menunjukan kekhawatiran.
“Lalu aku harus bagaimana? Kau tahu betapa aku menginginkannya…”
Ucap Banyu lirih.
“Apa kau tidak berpikir ini terlalu cepat? Bagaimana bisa kau memaksanya melakukan itu?” Teriak Jessica.
“Aku tidak memaksanya. Aku melakukannya dengan lembut walaupun tergesa-gesa…”
Jessica menampar wajah Banyu dengan kencang.
“Kau menyakitinya, Bajingan!” Maki Jessica.
“Apa maksudmu? Aku berusaha membuatnya bahagia. Tapi dia terlihat kebingungan dan terus menghindari pertanyaanku.” Banyu mulai tidak sabar.
“Bagaimana bisa kau menghamilinya kemudian melamarnya dasar bodoh!!! Siapa yang tidak akan kebingungan?” Teriak Jessica.
“Apa?” Banyu terperangah.
Jessica melempari Banyu dengan apa saja yang ada didekatnya.
“Jess…stop…kau salah..” Banyu berusaha menghindari semua lemparan Jessica.
“Pantas saja ia menangis semalaman…” Jessica mulai terbawa emosi dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Jess..aku tidak..”
Belum selesai Banyu bicara Jessica memukulinya dengan kencang, Salman yang sedari tadi hanya menonton terpaksa turut serta menengahi.
“Lagi pada main sinetron apaan sih?” Tanyanya gemas.
“DIAM LO!!!” Keduanya berteriak bersamaan.
Salman tertawa kencang.
“Hei, Nona Kangguru. Gue kenal Banyu dia enggak akan berani macam-macam sama si Neng. Please deh, sahabat lo itu cuma masuk angin! Beberapa hari sebelumnya kehujanan, semalaman enggak tidur, paginya enggak sarapan, siangnya kita jejali makanan,terus muntah udah fix dia cuma enggak enak badan, masuk angin!.” Jelas Salman.
“Masuk angin?” Tanya Jessica heran.
Ia melemparkan pandangan pada Banyu.
“Ban?” Tanyanya memastikan.
“Gue kira lo marah karena gue ngelamarnya terlalu cepat…” Ucap Banyu sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
Jessica hanya terduduk dan merasa semua energi dan amarahnya yang ia keluarkan menjadi sia-sia.
“Come on, Jess! You know how much I really love and adore her.” Lanjut Banyu.
Jessica mendekatinya dan memeluknya erat.
“Sorry, my Brother!” Jessica berkata dengan lembut.
“Aku kira aku gagal menjaganya. Aku takut ia menghilang lagi.” Sambungnya.
Salman ikut bergabung memeluk mereka, dan merasa senang ada ditengah-tengah persahabatan yang mengagumkan ini.
***
Salman menghampiri Jessica yang tengah bermain air dipinggir pantai, beberapa langkah sebelum mendekat ia mengabadikan beberapa moment lewat kameranya. Ia meneriaki Jessica untuk sedikit bergaya, namun gadis itu menggelengkan kepalanya.
“Astaga, masih mikirin kejadian yang tadi?” Seru Salman.
“Enggak, lagi moody aja.” Jawabnya.
Jessica duduk dipinggir pantai, membiarkan riak ombak menggelitik kakinya. Salman ikut duduk disampingnya, mencoba menjadi peneman yang baik.
“Tenang aja, Millia itu bisa jaga diri dengan baik. Digombalin sama gue kayak gimana juga enggak mempan.” Hiburnya.
“Kamu suka godain dia?” Tanya Jessica.
“Iya, bukan cuma dia aja sih lumayan banyak juga cewek lain.” Ia mengatakannya sambil tertawa.
“Playboy!” Cap Jessica.
“Eh kan godain aja bukan dipacarin.” Belanya.
“Kenapa enggak dipacarin aja semua yang kamu godain?” Tanya Jessica penasaran.
“Kebanyakan donk…” Salman tertawa geli.
Jessica pun ikut tertawa kecil.
“Yang dipacarin itu yang bisa bikin jatuh hati.” Sambungnya
“Kalau enggak jatuh hati kenapa digodain?” Jessica kembali memutar pertanyaan.
“Enggak tahu yah.Mungkin karena punya 3 saudara perempuan jadi terbiasa ngegoda perempuan.”Jawabnya.
“Wow…pasti ramai ya?”Jessica menatap kepiting kecil yang lewat didekatnya.
“Sangat!Terlalu banyak nyanyian, air mata, kejar-kejaran persis seperti film India.” Jessica tertawa geli.
“Mon, kamu kenal Banyu dari kapan?” Jessica mencoba mengenal lelaki ini lebih dalam.
“Kok Mon terus sih! Salman non! Jadi Salmon dong nama gue?” Kelakarnya.
“OMG…Pantes aja gue mikir terus orang tua macam apa yang ngasih nama anaknya sama ama nama ikan?”
Salman tertawa meledak.
“Nama lo bukan Salman Nurahman atau Salman Nurjaman kan?” Selidiknya.
“Enggak.Salman Ali. That’s it!” Tegasnya.
“Oh Syukur deh kirain sejenis sama si Millia.” Ucapnya lega.
“Orang tua gue enggak seaneh orang tua yang ngasih nama anaknya yang aneh-aneh sih. Mereka itu pemikirannya simple, enggak mikirin arti nama anaknya. Anak pertama diberi nama Devi, kedua Salman, ketiga Kajal, keempat Pretty .”
“What??? That’s crazy man! If you have a brother it could be Sharukh…”
“No! Sharukh it’s my father!His name is Sharukh Ali.” Ucapnya sambil menahan tawa.
“You must be kidding me!” Jessica berteriak tak percaya.
“Eh serius ini! Semesta alam bersatu padu saat bokap nyokap gue dipertemukan. Lo bakalan lebih enggak percaya lagi kalau gue bilang nyokap gue namanya Rani.” Ia menunggu reaksi Jessica.
Jessica berdiri dan berjalan kearah cottage, ia merasa Salman sedang menggodanya dengan candaan satu keluarga memakai nama aktris Bollywood. Salman menyuruhnya bertanya pada Banyu, sementara Jessica menjawabnya dengan mengacungkan jari tengahnya tetap tidak mempercayainya.