Read More >>"> Satu Koma Satu (Badai) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Satu Koma Satu
MENU
About Us  

Aku berlari ke dalam pulau dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah pohon. Sepertinya tempat itu yang bisa menjadi satu-satunya tempat pelarian. Namun saat aku membenamkan diri di kasurnya ada bau Banyu yang tertinggal, mungkin semalam ia tidur disini.

Aku kecewa pada mereka yang selalu menganggapku perlu dilindungi dan sebenarnya ada rasa rendah diri yang muncul setiap saat aku berada diantara mereka. Aku merasa tidak lagi pantas bersama mereka, sejak sepuluh tahun lalu keluargaku mengalami banyak kehancuran.

Dan kini saat aku mulai belajar menerima keadaanku sendiri, Jessica secara tidak langsung menjerumuskan aku dalam peliknya persoalan menghadapi rasa minder menerima perasaan Banyu yang sebenarnya memang aku cintai. Dan Banyu makin memperburuknya dengan sikap yang kadang baik dan mau menunggu kemudian di hari berikutnya bersikap dingin dan kasar serta tidak sabaran. Semua hal ini menjadi semakin membingungkan bagiku.

Terlebih lagi, fakta bahwa ternyata Kevin adalah orang suruhan Jessica membuatku semakin merasa kecewa. Jessica tidak tahu bagaimana rekan kerja yang lain mencemburui dan begitu memojokkan aku yang begitu diistimewakan oleh Kevin selama di Bali. Maka itu saat ada peluang kerja di Bandung, aku langsung mencobanya dan lagi-lagi begitu mudah didapatkan. Baru kali ini aku merasa dipermainkan oleh dirinya yang sudah ku anggap seperti saudara perempuanku sendiri.

“Neng…Buka pintunya donk!” Terdengar Salman memanggil.

Aku membuka pintunya dan membiarkan ia masuk kedalam.

“Marah beneran ya?” Tanyanya.

Aku hanya mengangguk perlahan.

“Aa ngomong gini bukan hanya karena Deska teman aa, tapi karena aa juga udah anggap neng adik aa sendiri.” Ucapnya.

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

“Sebagai lelaki aa ngerti kenapa Deska begitu, itu wujud dari rasa frustasi dia yang sangat sangat sangat lama menunggu dan menginginkan kamu tapi saat kamu udah di depan mata hal itu belum kesampaian. Maka itu ia mudah cemburu, mudah salah paham dan kesannya sering memaksakan kehendaknya.” Ia mencoba menjelaskan.

“Sedangkan si Nona Kangguru itu persis kakak perempuan aa, nalurinya ingin melindungi, karena sifatnya yang keras saat perlindungan yang ditawarkan kamu tolak maka ia mencari segala cara untuk tetap bisa melindungi kamu. Intinya mah dua-duanya itu sayang banget kok sama kamu.”

Aku menjelaskan hal lain berkenaan dengan rasa ketidak percayaan diriku bersama dengan mereka. Mereka jauh lebih segala-galanya dibanding aku yang baru saja mulai menata hidup. Ia kembali mengingatkan bahwa kedua makhluk itu sama sekali tidak melihat latar belakang dari diriku, yang ia lihat adalah kepribadian yang kumiliki. Aku merasa sedikit lebih tenang dengan apa yang baru saja kami bicarakan, namun aku tetap minta waktu untuk sendiri.

“Dapet tugas yang berat nih! Nahan dua makhluk itu sekaligus.”

Aku tertawa mendengarnya.

 

Rasanya aku tertidur cukup lama, mungkin karena lelah dan semalamnya kurang tidur. Saat aku bangun hari sudah mulai gelap, aku menyalakan lampu rumah pohon itu. Angin laut yang dingin mulai berhembus ke dalam, rasanya hujan akan datang. Aku mendengar suara langkah seseorang datang, aku berharap itu bukan Banyu ataupun Jessica karena aku masih bingung bagaimana bersikap pada mereka setelah kejadian tadi siang.

Sebelum aku bangun dan sempat mengintip keluar, pintu rumah pohon itu sudah dibuka. Ah, aku lupa menguncinya.

Banyu masuk kedalam, tangannya membawa nampan berisi penuh makanan. Ia mencoba tersenyum ramah padaku.

“Kau melewatkan makan malam. Makanlah dulu!” Pintanya.

“Ya, nanti aku makan. Simpan saja disitu!” Perintahku.

“Si nenek sihir itu menyuruhku memastikan bahwa semua ini harus dimakan habis. Lagipula hujan akan turun ada kemungkinan terjadi badai juga ada baiknya kamu keluar dari sini.” Rayunya.

“Ya, nanti aku keluar. Pergilah!” Ucapku ketus.

Bukannya pergi ia malah menutup pintu dan menguncinya. Aku langsung merangkak dari kasur mencoba mendekati pintu. Namun ia menghalangiku dan menahan tanganku.

“Apa kamu masih marah?” Pertanyaan bodoh yang jelas-jelas sudah terlihat jawabannya itu ia lontarkan.

“Pergi kamu!” Aku mendorongnya menjauh, namun ia terus menahan tanganku dengan kencang.

“Aku minta maaf. Aku memang sudah keterlaluan.” Tegasnya.

“Ya sudah ku maafkan. Tapi kumohon pergilah dulu.” Pintaku.

“Kamu belum memaafkanku jika masih menyuruhku pergi.”

Aku menjadi kesal mendengar perkataannya, lalu aku berontak dan memukulinya sejadi-jadinya. Tak terasa air mataku mengalir dengan deras. Air mata kekecewaan.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf.” Ia mengatakannya dengan lembut.

Angin dingin berhembus makin kencang, diiringi suara tetesan air yang jatuh bergantian. Aku makin larut dengan kekecewaanku. Ia mendekat dan memelukku erat sambil tak henti-henti meminta maaf. Aku merenungkan kata-kata Salman sore tadi, bahwa sebenarnya ia berlaku seperti itu karena rasa cemburunya. Maka aku pun mencoba berdamai dengannya dan mencoba berbicara lebih terbuka.

Badai diluar terasa makin kencang, petir dan kilat saling berbalasan. Suara hujan yang mengguyur begitu berisik, dan terasa sangat dingin disini. Aku merasa beruntung Banyu tidak pergi saat aku mengusirnya tadi. Kami berlindung dibawah selimut, berharap badai segera berlalu.

“Ban…” Aku memanggilnya.

“Hmmm..” Ia menggumam lembut sambil membelai lembut rambutku.

“Aku mungkin bukan gadis yang pantas untuk kau nikahi…”

Banyu menaruh jarinya di bibirku, memintaku untuk berhenti bicara. Aku memegang jarinya kemudian menggenggamnya.

“Kamu harus dengar dulu, sepuluh tahun yang lalu banyak hal yang tidak aku sadari. Yang aku tahu Ayahku masih bekerja di pertambangan maka itu ia jarang pulang menemui ibu dan aku. Tapi ternyata ia sudah memiliki keluarga lain, ibu tetap menyandang status sebagai istrinya karena ia ingin ada yang merawat nenek. Tanpa sepengetahuan kami rumah kami dijual entah uang itu untuk apa. Membuat kami harus menumpang pada anak-anak nenek yang lain. Mereka dengan suka cita menampung nenek, tapi membenci aku dan ibuku yang notabene anak dan istri dari saudara kandung mereka yang menjual semua harta warisan keluarga tanpa mereka mendapatkan sepeserpun bagian. Aku dan ibu diperlakukan tidak baik sekalipun kami berusaha mengerjakan apa saja yang mereka minta. Setelah dua tahun lebih hidup seperti itu, kami mendapatkan kabar bahwa anak nenek yang kedua meminta kami untuk ke Bali. Membantunya untuk mengelola sebuah rumah makan, sekalipun sikapnya baik namun untuk masalah keuangan tidak begitu baik terpaksa aku mengambil beberapa pekerjaan sambilan. Namun ternyata tetap tidak pernah cukup untuk membiayai kuliahku. Bahkan saat bertemu Jessica aku sedang berada di pantai menawarkannya beberapa kalung untuk dibeli. Aku berlari menghindarinya, namun esoknya ia tetap menemukanku. Aku merasa…”

Ia memandangiku dan lagi-lagi menutup mulutku dengan jarinya.

“Aku sudah tahu…Aku mengerti…”

Ia memelukku lebih erat dan mengecup keningku dengan penuh kasih.

“Biar aku yang membayar semua penderitaanmu, aku akan selalu membahagiakanmu, aku akan menuruti semua permintaanmu, aku akan mengikuti kemanapun kau mau. Mungkin kadang aku akan membuatmu kesal, tapi aku akan selalu mencari cara untuk memperbaikinya.” Wajah tampannya menyunggingkan senyum yang termanis.

“Tapi aku belum siap untuk menemui ayahku…Aku juga belum siap untuk menikah.”

Aku memandangnya dengan kening mengerut kebawah, takut ia marah padaku. Namun ia mendekatkan wajahnya padaku dan menempelkan bibirnya dibibirku dengan lembut dan hangat.

“Aku sudah menunggu selama sepuluh tahun, menunggumu sepuluh tahun lagi pun aku tidak peduli.”

“Tidak selama itu, Jessica meminta ia menikah lebih dulu sebelum kita menikah.” Ucapku.

“Oh,tidak. Kita tidak akan menikah selamanya kalau begitu.”

Aku tertawa mendengarnya.

“Siapa yang bisa menaklukan hati sekeras batu itu?Siapa yang sanggup menghadapi ego nya?” Ocehnya.

Aku makin tertawa geli mendengarnya.

Saat menjelang fajar hujan sudah berhenti. Kami memutuskan untuk kembali ke cottage namun kami keluar cottage kembali karena menyadari Jessica tertidur di sofa dengan Salman memeluknya erat. Aku baru ingat Jessica sering takut berlebihan pada petir. Saat kami berjalan-jalan dipinggir pantai, Banyu tertawa lega.

“Sepertinya kita tidak perlu menunggu lama.” Ucapnya sambil menggendongku dan melemparku ke laut.

“Banyu, dingin!!!” Aku berteriak dan menyiraminya dengan air laut.

Kami berlarian saling tarik-menarik dan menjatuhkan diri kelaut. Kami kelelahan dan berbaring diatas pasir, tangannya menggenggam tanganku dengan erat, kami saling berpandangan kemudian tersenyum dalam hati seakan-akan sama mengucapkan harapan yang sama.

Ya, sepertinya tak akan lama lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • zalsa

    Comment on chapter Epilog
Similar Tags
Aku dan Dunia
3      3     0     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
Why Joe
4      4     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Enigma
14      9     0     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
Tuhan, Inikah Cita-Citaku ?
24      8     0     
Inspirational
Kadang kita bingung menghadapi hidup ini, bukan karena banyak masalah saja, namun lebih dari itu sebenarnya apa tujuan Tuhan membuat semua ini ?
Dear You
120      34     0     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Intuisi
40      12     0     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Just Me [Completed]
317      49     0     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Error of Love
20      9     0     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
Story of Love
5      4     0     
Romance
Setiap orang memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada perjalanan cinta yang sepahit kopi tanpa gula, pun ada perjalanan cinta yang semanis gula aren. Intinya sama, mereka punya kisah cintanya sendiri. Kalian pun akan mendapatkan kisah cinta kalian sendiri. Seperti Diran yang sudah beberapa kali jatuh tempo untuk memiliki kisah cintanya
Sepasang Dandelion
62      14     0     
Romance
Sepasang Dandelion yang sangat rapuh,sangat kuat dan indah. Begitulah aku dan dia. Banyak yang mengatakan aku dan dia memiliki cinta yang sederhana dan kuat tetapi rapuh. Rapuh karena harus merelakan orang yang terkasihi harus pergi. Pergi dibawa oleh angin. Aku takkan pernah membenci angin . Angin yang selalu membuat ku terbang dan harus mengalah akan keegoisannya. Keindahan dandelion tak akan ...