Read More >>"> Melankolis (Satu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Melankolis
MENU
About Us  

Bogor, 23 Mei 2014

 

Aku berada di tempat yang dapat menghipnotis siapapun untuk enggan beranjak dari singgahnya. Hamparan pasir putih nan lembut dengan gulungan ombak biru serta semilir angin menemani keterpukauan kami. Aku di sini bersama dengan sahabat terbaik yang pernah ada. Biar aku beritahu kalian, laki-laki yang ada disebelah kiriku bernama Daniel. Mungkin setelah aku menceritakan ini kalian akan berpikiran bahwa ini hanyalah bualan semata, tapi tidak. Ini adalah kenyataan dan aku mengalaminya. Daniel, salah satu siswa teladan di sekolahku ini adalah seorang ketua umum PMR dan juga Rohis, bahkan dia sempat direkrut oleh pembina OSIS karena kinerjanya dalam sebuah organisasi yang memang terkenal bagus. Selain itu, Daniel memiliki paras yang bisa dikatakan tampan untuk anak seusia kami, sampai-sampai dia bisa menjadi idola sekolah kami mengalahkan Kak Alif si komandan Paskibra yang kepopulerannya di atas Daniel dulu. Hampir semua siswi aku dengar sedang membicarakan sosok Daniel yang bla bla bla sampai aku muak mendengarnya. Aku akui bahwa beberapa pernyataan mereka tentang Daniel ada benarnya, tetapi dia tidak sesempurna itu. Banyak siswi yang iri melihat kedekatanku dengan Daniel termasuk teman sekelasku Bella. Ya, Bella memang menyukai Daniel sejak SMP, maka dari itu ia merasa risih setiap kali aku sedang bersama Daniel. Ia pikir aku akan menyukai seseorang seperti Daniel? Hello! Hal itu adalah sebuah pengecualian dalam hidupku.

Namun demikian, aku tetap kagum pada sosok di sebelahku ini. Ia tidak pernah merasa tinggi karena pencapaiannya, tidak pernah merasa keren karena kepopulerannya, tidak juga sombong karena keberadaan ekonomi keluarganya yang mapan. Memang seperti seorang tokoh di dalam sebuah novel yang seakan-akan mendekati kata sempurna, tetapi kalian salah. Satu hal yang Daniel tidak bisa dapatkan; pacar. Keindahan fisik dan prestasi tidak membuat Daniel mudah mendapatkan seorang pacar, itu karena ia tidak mau direpotkan oleh seorang perempuan yang sewaktu-waktu bisa bersifat posesif, angkuh, menyebalkan, dan mengganggu. Aku pun sama seperti dirinya; tak merasa butuh akan seorang pacar, karena aku telah mendapatkan orang-orang sebaik dan dewasa seperti Daniel disekitarku.

Tak sadar, ternyata sedari tadi aku terus memperhatikan wajah teduh Daniel yang tengah tertidur di hamparan pasir putih dengan kedua tangan yang ia liap ke belakang kepalanya, seolah menjadi bantal, dan kaki kanan yang bertengger manis di atas lutut kirinya. Sesekali aku tersenyum mengingat betapa konyolnya aku karena harus bergantung pada seorang Daniel.

"Lo kenapa ngeliatin gue dari tadi, hm?" tanya Daniel dengan mata yang masih tertutup, membuatku gelagapan karena merasa terciduk.

"Gue cuman ngeliatin bentar doang ih!" jawabku asal.

Mendengar jawabanku barusan, Daniel tertawa garing dan membuka matanya perlahan. Aku refleks menggeser bokongku ke belakang. Orang lain pasti berpikiran kalau kami itu adalah sepasang kekasih. Karena dilihat dari jauh pun gelagat persahabatan kami lebih condong ke arah sana. Tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Aku hanya menganggap Daniel sebagai seorang sahabat dan kakak laki-laki saja. Tidak lebih dan tidak kurang.

"Niel, gue ngerasa beruntung punya temen kayak lo." Ucapku sambil menatap arah laut lepas.

Daniel tertawa pelan kemudian menjitak pelan kepalaku. "Gue juga, punya temen yang lemotnya Masya Allah." Balasnya dengan kekehan keras.

  

***

Pagi baru, hari baru, begitu pun dengan tahun ajaran baru. Semua menantikan tahun ajaran baru termasuk aku. Memiliki ruang kelas baru, wali kelas baru, teman sekelas baru, ya mungkin memang tidak semua baru sih, tapi yang penting aku dapat terbebas dari kejahilan Leo. FYI, aku sudah 2 tahun berturut-turut sekelas dengan Daniel dan aku harap tahun ini tidak ada nama Daniel dalam daftar absensi kelasku. Semoga. Kalian tahu kenapa? Daniel itu orang yang sangat menyebalkan. Jika sekali saja aku mendapat teguran atau nilai yang buruk, pasti dia tidak akan segan untuk mengejek bahkan mengomeliku. Menyebalkan memang.

Aku memilih duduk di bangku kedua dari depan sebelah jendela yang menghadap ke arah jalan raya samping sekolah. Karena di seberang jalan raya itu ada taman yang menjadi objek wisata melepas penatku setelah bertemu dengan berbagai macam cobaan dalam pelajaran Fisika. Aku tersenyum geli mengingat betapa kekanakannya aku bermain di ayunan dengan didorong oleh Daniel.

Satu persatu teman sekelasku masuk ke dalam kelas dan memilih bangkunya masing-masing. Sudah dapat dipastikan kalau anak perempuanlah yang memilih duduk di bagian depan, dan belakang pasti anak laki-laki. Suasana kelas begitu riuh karena merasa senang dapat sekelas dengan teman akrabnya. Sudah kubilang bahwa aku tidak sekelas dengan Daniel bukan? Tapi aku kembali sekelas dengan Leo, siswa paling menyebalkan sejagat raya.

"Boleh saya duduk disini?" tanya seseorang yang aku tidak kenal. Karena memang belum ada yang menaruh tasnya disebelah bangkuku, akhirnya aku mengiyakan saja orang itu untuk duduk.

"Hei, Farah! Gue ga nyangka kita sekelas lagi!" sahut Leo girang.

Sebenarnya bukan ekspresi girang yang kumaksud, tetapi ada nada iseng di sana. Sudah kupastikan aku akan merengek kepada Daniel karena ulah si kopeah kangguru ini. Aku memutar bola mata jengah saat Leo duduk di depan mejaku. 

"Lo sana deh! Risih tau ga!" hardikku kepada Leo. Tetapi Leo malah menaikkan sebelah alisnya. 

"Gue mau kenalan sama yang disebelah lo! Dasae ge-er!" jawabnya sinis. 

Melihat kami yang terus beradu mulut, entah karena pusing, jengah, atau apapun, orang yang duduk di sebelahku pun angkat suara.

"Gue Abi." Sela nya dengan singkat, padat, dan dingin.

Kalau diperhatikan, aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Apa memang aku yang kudet? Tetapi masa iya? Kuperhatikan wajahnya, penampilannya, dan caranya berkomunikasi dengan Leo. Sepertinya dia anak baru? Satu kata yang menggambarkannya saat ini. Supel. Lihat saja, baru beberapa jam duduk, dia sudah mengundang simpati orang lain untuk mengerubungi meja kami. 

"Daniel bisa kalah pamor nih!" bisik Leo padaku.

Benar saja, Abi adalah murid pindahan dari SMA Taruna. Saat perkenalan diri di depan kelas pun sama; guru-guru memuji kesopanan yang Abi miliki. Mungkin Abi akan menjadi saingan terberat Daniel tahun ini.

 

***

"Lesu amat neng!" goda Daniel.

Entah apa yang menyebabkan diriku malas dan lelah seperti ini. Sebenarnya minggu pertama sekolah tidak mempersulit seorang Farahdilla, rupanya? Karena kedatangan Leo ditambah Abi yang saat ini menjadi chairmate-ku malah membuat hari-hariku dikelas menjadi argh. Ada rasa penyesalan, kenapa aku tidak berdoa untuk sekelas dengan Daniel sih dulu? Andai saja ada Daniel, dua manusia ujung kulon ini pasti sudah dikerangkeng.

"Farah, lo kenapa sih?" tanya Daniel penasaran.

Aku menghela napas kasar lalu menutup wajahku dengan buku Fisika yang sedari tadi menjadi alasan kami di sini. Ada raut wajah khawatir yang Daniel tunjukkan, tapi sepertinya. . .sudahlah.

"Kayaknya lo bakalan punya saingan deh, Niel," ucapku sambil menyeruput jus sirsak favoritku. 

Daniel yang tidak mengerti maksud ucapanku hanya tersenyum simpul sambil mengendikkan kedua bahunya lalu kembali fokus dengan kumpulan angka dan simbol yang memuakkan bagiku.

"Gue gak pernah punya saingan, Far. Semuanya gue punya, termasuk lo; cewek rese yang nyusahin gue mulu-" Daniel menggantungkan ucapannya saat melihat ekspresi wajahku yang mulai masam.

"-tapi ngangenin." Akhir dari ucapan dan usapan lembut di puncak kepalaku mengalahkan rasa masamku tadi. 

"Serius, Niel, ada murid baru dikelas gue. Lebih baik dari lo deh keliatannya," pancingku agar Daniel tidak memperhatikan tulisan abstrak itu.

Aku mulai menceritakan kejadian minggu ini yang tengah menjadi topik hangat di kelasku. Berbagai macam gaya pun sudah kupraktikkan, tapi tidak jua bisa membuat fokus Daniel teralih. Lama-kelamaan aku pun bosan. Aku kembali duduk di kursiku, dan kembali menyeruput jus sirsak sampai tandas.

Daniel yang menyadari kekalahanku pun mulai beringsut menjauh dari buku-buku berwarna oranye itu. Kini ia menutupnya dan mulai bergabung makan denganku. Aku terlanjur kesal, tak perduli dia akan dan sudah bicara apa saja, yang penting tidak menggangguku.

"Sorry, gue ga bermaksud buat bikin lo kesel. Gue penasaran kenapa lo semangat banget nyeritain tu orang?" tanya Daniel, akhirnya.

Kalau aku pikirkan lagi, benar juga. Untuk apa aku begitu semangat membicarakan duo racun itu? Sepertinya gue harus cuci darah.

"Gak ngerti gue juga," jawabku singkat.

Daniel kembali menatap ekspresi yang aku saja tidak bisa menebak ekspresi apa yang kulontarkan tadi.

"Gue harap, gue posisi yang gue dapet gak akan lo ganti ya, Far." Ada maksud tersirat atas ucapan Daniel tadi, tapi begitu aku tanya maksud dari  ucapannya tadi dia berdalih dan terus berdalih.

 

***

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nidamrths

    sukaaaaa::*

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Forgetting You
20      7     0     
Romance
Karena kamu hidup bersama kenangan, aku menyerah. Karena kenangan akan selalu tinggal dan di kenang. Kepergian Dio membuat luka yang dalam untuk Arya dan Geran. Tidak ada hal lain yang di tinggalkan Dio selain gadis yang di taksirnya. Rasa bersalah Arya dan Geran terhadap Dio di lampiaskan dengan cara menjaga Audrey, gadis yang di sukai Dio.
Pangeran Benawa
115      28     0     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
Parloha
66      19     0     
Humor
Darmawan Purba harus menghapus jejak mayat yang kepalanya pecah berantakan di kedai, dalam waktu kurang dari tujuh jam.
Khalisya (Matahari Sejati)
15      2     0     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
Bad Wish
117      35     0     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.
Nadine
37      13     0     
Romance
Saat suara tak mampu lagi didengar. Saat kata yang terucap tak lagi bermakna. Dan saat semuanya sudah tak lagi sama. Akankah kisah kita tetap berjalan seperti yang selalu diharapkan? Tentang Fauzan yang pernah kehilangan. Tentang Nadin yang pernah terluka. Tentang Abi yang berusaha menggapai. dan Tentang Kara yang berada di antara mereka. Masih adakah namaku di dalam hatimu? atau Mas...
Teman
13      7     0     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Si Mungil I Love You
1      1     0     
Humor
Decha gadis mungil yang terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia Kak Chaka terpaut tujuh tahun dengan Decha, sementara Choki sebayanya; kedua, dari cara memperlakukan Decha, Kak Chaka sangat baik, sementara Choki, entah kenapa lelaki itu selalu menyebalkan. "Impianku sangat sederhana, ...
Forever Love
30      13     0     
Romance
Percayalah cinta selalu pulang pada rumahnya. Meskipun cinta itu terpisah jauh bermil-mil atau cinta itu telah terpisah lama. Percayalah CINTA akan kembali pada RUMAHNYA.
Should I Go(?)
47      13     0     
Fan Fiction
Kim Hyuna dan Bang Chan. Saling mencintai namun sulit untuk saling memiliki. Setiap ada kesempatan pasti ada pengganggu. Sampai akhirnya Chan terjebak di masa lalunya yang datang lagi ke kehidupannya dan membuat hubungan Chan dan Hyuna renggang. Apakah Hyuna harus merelakan Chan dengan masa lalunya? Apakah Kim Hyuna harus meninggalkan Chan? Atau justru Chan yang akan meninggalkan Hyuna dan k...