Read More >>"> Sang Penulis (E12) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sang Penulis
MENU
About Us  

“Sya, lo dicariin Bu Rania tadi,” ucap Archie saat Marsya baru saja memasuki kelasnya.

“Ibu itu bilang apa?” tanya Marsya sembari meletakkan tasnya di atas kursinya.

“Kata Ibu itu, kalau lo datang, lo temuin Ibu itu,” jawab Archie.

“Berarti gue harus datengi sekarang?” tanya Marsya.

“Gak, Sya, gak, lo datang lusa aja,” jawab Archie yang sedikit kesal dengan pertanyaan Marsya yang tidak berbobot.

“Temani gue dong, Arch,” pinta Marsya.

“Manja banget lo kayak anak gadis,” ledek Archie sembari beranjak dari kursinya.

“Gue emang anak gadis kali, Arch,” balas Marsya.

“Ya udah, ayo, gue lagi balik nih,” ucap Archie.

Lalu Marsya dan Archie pun berjalan menuju kantor guru.

“Lo tunggu di sini, ya, Arch, jangan ke mana-mana,” pesan Marsya sebelum ia memasuki kantor guru dan Archie menanggapi pesan Marsya dengan sebuah anggukan.

“Pagi, Bu,” sapa Marsya sembari menyalam Bu Rania.

“Pagi, Nak,” balas Bu Rania. “Kamu hari ini bisa pergi gak? Semalam Ibu lupa ngasih tau kamu karena Ibu sibuk ngurusin Nadya.”

Marsya menganggukkan kepalanya. “Dari jam berapa, ya, Bu?”

“Belum tentu, sih, tapi nanti kalau surat izin kamu sudah masuk ke kelas, kamu langsung ke kelas XII IPS 3, ya, jangan lupa bawa tas kamu,” jawab Bu Rania.

“Oke, Bu,” ucap Marsya.

“Ya sudah, kamu bisa balik ke kelas,” ucap Bu Rania.

Marsya pun  menganggukkan kepalanya lalu pamit kepada Bu Rania dan berjalan keluar kelas.

“Ibu itu bilang apaan, Sya?” tanya Archie saat ia dan Marsya sedang dalam perjalanan menuju kelas mereka.

“Ibu itu minta gue buat ikut ke acara yang diselenggarakan sama lembaga kemasyarakatan,” jawab Marsya.

“Cuma lo sendiri?” tanya Archie.

Marsya menggelengkan kepalanya. “Ibu itu sebenarnya ngajak anak IPS 3, cuma karena gue penulis artikel, gue diajak sama Ibu itu.”

“Berarti lo gak masuk dong?” tanya Archie.

Marsya menganggukkan kepalanya.

“Marsya!!!” panggil Cindy ketika melihat Marsya dan Archie masuk ke kelas mereka.

“Heboh banget cewek alay,” ucap Archie sembari berjalan ke kursinya.

“Lo kenapa gak bilang kalau hari ini gak masuk sih?” tanya Cindy. “Lo jahat banget biarin gue sendiri menghadapi hari yang berat ini.”

“’Kan ada Archie, Cin,” jawab Marsya sembari duduk di kursinya.

“Gak, gak, gue gak mau sebangku sama Cindy,” tolak Archie.

“Marsya!” panggil Thomas.

“Apaan, Thom?” tanya Marsya dengan sedikit berteriak.

“Lo disuruh ke IPS 3 sekarang,” jawab Thomas dengan volume suara yang besar.

“Selamat menikmati, Cin, gue pergi dulu, ya,” kata Marsya sebelum menyampirkan tas miliknya di bahunya dan beranjak dari kursinya lalu berjalan keluar kelas.

***

Saat ini, Marsya bersama dengan Bu Rania dan juga murid kelas XII IPS 3 sedang berada di ruang yang disediakan oleh panita bagi sekolah yang diundang.

Sebenarnya acara sudah selesai, akan tetapi, Bu Rania memutuskan untuk mengumpulkan murid-muridnya untuk mengevaluasi apa yang sudah mereka dapat selama acara berlangsung. Dan tugas Marsya adalah mencatat hal-hal penting yang diucapkan oleh para murid XII IPS 3 setelah itu Marsya akan membuat artikel berdasarkan apa yang ia catat.

“Baiklah, saya rasa itu saja untuk hari ini,” ucap Bu Rania. “Kalian bisa kembali ke rumah kalian masing-masing, kecuali Marsya dan Kenzo.”

Semua murid XII IPS 3, kecuali Kenzo, beranjak dari kursi mereka masing-masing dan secara bergantian berpamitan dengan Bu Rania sehingga yang tertinggal hanyalah Marsya, Bu Rania, dan Kenzo.

“Saya tahu kalian berdua tidak saling mengenal. Tapi, saya tahu ada potensi di dalam diri kalian yang mungkin sudah kalian ketahui juga. Maka dari itu, saya ingin kalian bekerja sama dalam membuat artikel ini,” kata Bu Rania. “Saya sangat ingin artikel ini dapat dipandang oleh Ibu Kepala Sekolah sehingga kita bisa lebih sering diberikan izin untuk mengikuti acara penting seperti ini.”

“Kenapa harus saya, Bu?” tanya Kenzo.

“Saya tahu kamu punya potensi di sini, Ken. Kamu tidak bisa bohongi saya,” jawab Bu Rania. “Saya sudah menjadi wali kelas kamu selama tiga tahun berturut-turut, tidak mungkin saya tidak mengenal kamu.”

“Artikelnya kapan dikumpul, Bu?” tanya Marsya.

“Kalau bisa besok sudah dapat dimuat di mading utama,” jawab Bu Rania.

“Tapi, Bu, artikel untuk minggu ini sudah ada,” ucap Marsya.

“Saya sudah berdiskusi dengan Fika, kamu tenang saja,” balas Bu Rania. “Ya sudah, kalian saya tinggal, ya? Kalau bisa kalian jangan diskusi di sini, tempatnya mau dibersihin.”

Marsya menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Kenzo.

***

“Lo mau kita ngerjainnya di mana?” tanya Marsya kepada Kenzo setelah mereka berdua sudah berada di luar gedung tempat selenggaranya acara tadi.

Kenzo mengedikkan bahunya. Sebenarnya dia sangat malas untuk bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu, tetapi mengingat ini adalah perintah dari gurunya, Kenzo harus melakukannya.

“’Gimana kalau di warung kopi yang ada di dekat sini?” usul Marsya.

Kenzo menganggukkan kepalanya. Untuk hari ini, Kenzo memberikan perempuan itu membawa dirinya ke mana saja asalkan pekerjaan mereka dengan cepat.

Sesampainya mereka di warung kopi yang dimaksud oleh Marsya, keduanya langsung duduk di tempat yang tersedia dan memesan minuman mereka masing-masing.

“Kita belum kenalan,” ucap Marsya. “Nama gue Marsya.”

“Kenzo,” balas Kenzo dengan singkat walaupun ia sudah tahu bahwa Marsya sudah mengetahui namanya.

“Oh ya, lo coba baca catatan dari gue dulu, biar buat artikelnya gampang,” ucap Marsya sembari mengambil buku catatan kecil dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Kenzo.

Kenzo menerima buku milik Marsya tanpa mengucapkan sepatah katapun dan membukanya. Tanpa Kenzo sengaja, ia membuka halaman yang lain dan di sana tertulis sesuatu yang tidak seharusnya ia baca. Kenzo pun langsung mencari halaman yang tepat sebelum Marsya menyadarinya.

“Kayaknya yang bagian narasumber lo aja yang nulis, biar gue yang nulis bagian awal,” ucap Kenzo setelah ia membaca catatan milik Marsya. “Bagian akhirnya kita diskusikan.”

Marsya menganggukkan kepalanya lalu mengambil buku catatan miliknya yang sudah diletakkan Kenzo di meja yang berada di depan mereka. “Lo nulisnya di handphone, ‘kan?”

Kenzo menganggukkan kepalanya seraya mengambil ponsel dari dalam saku celananya.

“Nanti lo kirim file lo lewat LINE aja, e-mail gue lagi error,” ucap Marsya.

Kenzo pun menyodorkan ponselnya kepada Marsya. “Lo masukin ID LINE lo terus add sendiri.”

Marsya menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang dikatakan oleh Kenzo dan setelah itu memberikannya kembali kepada Kenzo.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Bukan Kafir!
256      168     0     
Inspirational
Pemuda itu bernama Arman, suku jawa asli yang lahir dari seorang buruh sawah di daerah pelosok Desa Peloso, salah satu Desa di Jombang. Ngatini adalah adik dari almarhumah Ibu kandung Arman yang naik ranjang, menikah dengan Pak Yusup yang biasa dipanggil Lek Yusup, Bapak kandung Arman, yang biasa dipanggil Lek Yusup oleh orang-orang sawah. Sejak kecil Arman selalu ikut Lek Yusuf ke sawah. Hingga ...
Dream Space
9      9     0     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
Broken Wings
41      29     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
Akai Ito (Complete)
107      84     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Piromaniak
96      57     0     
Romance
Dia merubah apiku dengan cahayanya
When Heartbreak
80      52     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
ONE SIDED LOVE
22      18     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Kisah yang Kita Tahu
71      53     0     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
Closed Heart
34      20     0     
Romance
Salah satu cerita dari The Broken Series. Ini tentang Salsa yang jatuh cinta pada Bara. Ini tentang Dilla yang tidak menyukai Bara. Bara yang selalu mengejar Salsa. Bara yang selalu ingin memiliki Salsa. Namun, Salsa takut, ia takut memilih jalan yang salah. Cintanya atau kakaknya?
Accidentally in Love!
5      5     0     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...