Read More >>"> That Snow Angel (20) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

PAN P.O.V

"Tuan Cody Reshton, Ayah Kay."

"Pa, aku benar- benar tidak mengerti sekarang," kataku dengan wajah datar, "Bagaimana kau bisa bicara seperti itu?"

"Karena aku mengenalnya Pan," katanya sambil menaruh foto itu kembali ke meja.

"Aku butuh penjelasan yang lebih spesifik pa."

"Biarkan itu jadi cerita untuk lain waktu nak," katanya sambil menepuk kepalaku dan berdiri.

Aku membuka mataku lebar, "Apa kau serius?"

Dia berjalan keluar dan menengok ke arahku. Dia menyeringai dan keluar dari kamarku.

"PAPA!" Jeritku, "Apa kau setega itu padaku?"

"Iya!" Teriaknnya dari depan.

KAY P.O.V

"Apa?" Tanyaku, "Kau serius?"

"Iya maaf sayang," jawab tante dari telepon, "Apa kau akan baik- baik saja?"

"Yahh," kataku, "Tak apa. Kau pergi saja. Aku akan baik- baik saja."

"Baik," katanya, "Kabari aku jika kau sudah sampai rumah okeh?"

"Hmm," jawabku dan mematikan telponnya. Dia dan paman tidak bisa menjemputku, begitu juga dengan Tuan Drew. Jadi aku harus pulang dengan bus sekolah, tapi sayangnya. Sepertinya bus sekolah sudah berangkat dari tadi. Jadi aku akan berjalan sampai rumah. Horeeee. 

Aku menarik nafas panjang dan berdiri dari tempat dudukku. Bersiap untuk jalan kaki. Jarak sekolah ke rumahku memang tidak jauh tapi jika jalan kaki, pasti akan terasa. Aku memakai earphoneku dan mulai berjalan ke gerbang sekolah. Setelah mengambil beberapa langkah dari sekolah aku mendengar ada mobil yang membunyikan klaksonnya dari belakangku. Aku tidak mempedulikannya tapi mobil itu tidak berhenti membunyikan klaksonnya dan membuatku geram. Lalu aku mendengar mobil itu pindah ke sebelahku, dan ada yang memanggilku. Aku langsung menatap tajam pengemudinya yang juga pemilik suara yang memanggilku.

"Hei Ash," katanya dengan penuh senyuman.

Aku menggeram ke arahnya dan langsung masuk ke mobilnya. Dia melihatku dengan penuh kebingungan, matanya membulat sempurna. Aku hanya melihatnya.

"Jalan," kataku, "Tunggu apalagi?"

"Ehmmm," jawabnya, "Penjelasan mungkin?"

"Kau pasti akan menyuruhku naikkan? Kau pasti akan basa- basi terlebih dahulu seperti menanyakan ’Hei kau mau ke mana? Perlu tumpangan?’ Aku membantumu untuk menghemat nafasmu."

Dia lebih terkejut lagi sekarang, jika itu bahkan memungkinkan.

"Kau... masih sama seperti dulu. Terlalu pintar menebak. Kali ini tebakanmu tepat. Baiklah," katanya memegang kemudinya lagi, "Aku harus ke mana?"

Sepanjang perjalan pulang kita membicarakan masa kecil kita. Kau tahulah sedikit flashback. Lalu ada yang menelponku. Aku mengangkatnya karena itu dari tante.

"Halo?"

"Halo sayang," jawabnya, "Kau pulang naik apa? Kau tidak jalan kaki kan?"

"Tidak," jawabku, "Aku diantar teman."

"Apa?" Tanyanya terkejut tapi sudah terdengar jelas dia tersenyum, "Diantar teman? Baik sekali temanmu. Pas sekali sayang. Mungkin kau bisa jalan- jalan sebentar. Karena sepertinya urusan kami akan memakan waktu lebih lama dari yang kami kira."

Aku menghela nafas, "Aku akan menunggu di rumah. Tidak apa."

"Jangan," katanya, "Pergilah. Kau sudah di dalam rumah selama 2 tahun. Sudah waktunya kau keluarkan?"

"Baiklahh," kataku, "I’ll see you later. Bye."

"I love you," katanya.

"Hmmm," jawabku dan mematikan sambungannya.

"Kenapa?" Tanya Pan.

"Tante dan pamanku harus mengurusi bisnis lagi," jawabku, "Mereka mungkin akan pulang malam."

"Baiklah kalau begitu," katanya lalu langsung membelokkan mobilnya.

"Kau mau ke mana? Rumahku ke sana!" Kataku sambil menunjuk arah yang berlawanan. 

"Untuk apa kau sendiri di rumah?" Tanyanya, "Lebih baik kita pergi. Ayo kita cari makan. Aku lapar."

"Aku tidak punya pilihan ya?"

"Tidak," jawabnya santai.

~~~

Setelah makan, kita akhirnya pulang. Aku memaksa Pan untuk pulang. Karena aku tidak suka berada di tempat umum lama- lama. Dan ternyata urusan tante dan paman selesai lebih cepat. Jadi mereka sudah di rumah sekarang. Saat sudah sampai rumah aku mengundangnya untuk masuk.

"Kau yakin?" Tanyanya.

"Ya," kataku mengangguk, "Tanteku ingin tahu siapa yang mengantarku. Dia hanya ingin memastikan karena tidak ingin aku kenapa- napa."

"Baiklah. Ayo," katanya lalu keluar dari mobil. Dia berlari ke arahku, aku tidak tahu kenapa. Saat aku membuka pintu dia meraih gagang pintuku. Jadi dia ingin membukakan pintuku. "Telat ya," katanya dan aku mengangguk.

Aku membuka pintu dan anjing- anjingku langsung mendatangiku tapi menggonggong ke arah Pan. Aku menenangkan mereka dan Pan juga sepertinya bisa membuat mereka tenang.

"Mereka imut," katanya, "Yang tidak menggonggong ke arahku maksudnya."

Aku tertawa kecil mendengarnya. "Ayo ke ruang tamu."

"Siapa namamu?" Tanya Pan mengangkat Zack dan melihat kalungnya.

Pan masih menggeram ke arahnya, "Pan!" Bentakku tapi malah Pan yang menyaut dan aku tertawa.

"Bukan kau," kataku di sela tertawa dan dia kebingungan. "Aku menamakannya Pan karena aku suka Peter Pan. Ahahahaha"

"Ohh," kata Pan, "Peter Pan?"

Lu aku tertawa lagi menyadari sesuatu, "Kau dan Peter? Ahahahahahaha bodoh."

"Kau menertawakan apa lagi?" Tanya Pan. Aku menggeleng dan meremas Taffy.

Suara tante tiba- tiba terdengar, "Kay apa itu kau? Apa kau membawa temanmu?"

"Ya," kataku.

Saat Pan menoleh ke arah tante, tante langsung diam. Dia seperti terkejut. Aku tidak mengerti kenapa.

"Tante namaku," kata Pan tapi ditahan oleh tante.

Tante mengangkat tangannya, "Aku tahu kau siapa. Herrington bukan?"

"I...iya," jawab Pan yang sangat jelas terkejut, "Bagaimana tante bisa tahu?"

"Kau teman kecil Kay," jawabnya, "Pasti aku tahu. Umm... kau ingin minum?"

"Sepertinya tidak," katanya, "Sepertinya aku pulang saja. Banyak PR yang menumpuk besok."

Tante mengangguk, "Baik. Terima kasih sudah mengantar Kay."

Pan berdiri, "Kalau begitu tante aku pamit ya. Kay sampai jumpa. Kalian juga." Katanya sambil berjongkok dan mengusap kepala anak- anak Pan dan Rein.

Aku mengantarnya keluar. Saat dia keluar pas sekali paman pulang. Sama seperti tante saat paman melihatnya dia juga sepertinya terkejut. 

"Om," sapa Pan dan mengulurkan tangannya, "Aku Pan Herrington."

Paman mengangguk dan menjabat tangannya, "Jack Preston, paman Kay. Kau sudah mau pulang?"

Pan mengangguk, "Iya. Hanya mampir sebentar."

"Ya sudah kalau begitu. Hati- hati di jalan ya."

"Terima kasih om."

"Kay," sapa paman padaku dan mencium keningku. Aku hanya menaikkan alisku padanya.

"Aku pulang ya," kata Pan.

Aku mengangguk. Sebelum masuk ke mobil, dia melambai ke arahku dan aku membalasnya. Saat dia sudah pergi, aku masuk ke dalam. Tapi sebelum aku bisa naik ke kamarku tante dan paman memanggilku. Mereka bilang ingin bicara padaku jadi aku duduk berseberangan dari mereka di ruang tamu.

"Anak muda tadi," mulai paman, "Herrington?" Aku mengangguk. "Anak dari pemilik H legacy?"

Aku mengangguk. Lalu mereka memijat kening mereka yang membuatku sangat bingung. 

"Memang ada apa?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu apa kau sudah siap untuk mendengar jawabannya sayang," jawab tante.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Beritahu saja," kataku tegas.

"Apa kau yakin sudah siap?" Tanya tante lagi, "Dia itu teman baikmu saat kau kecilkan. Kau juga baru bertemu lagi dengannya. Kau yakin?"

"Aku yakin," jawabku.

"Penyebab kebakaran yang menghilangkan nyawa keluargamu itu karena mereka."

"Karena siapa?"

Aku sudah tahu jawabannya tapi tetap saja aku mau memastikan. Aku tidak percaya, tidak bisa. Apa benar? Alasan aku kehilangan semuanya itu karena Keluarga teman kecilku.

"Keluarga Herrington."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sendiri
3      3     0     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
PALSU
5      5     0     
Short Story
Fake! Kira-kira kayak apa sih kepalsuan yang aku hadapi? Ehh, salah deng! Bukan aku yang menghadapi, tapi dia. Hehe... Seorang kekasih yang tak sadar akan hal itu.
SiadianDela
63      20     0     
Romance
Kebahagiaan hanya bisa dicapai ketika kita menikmatinya bersama orang yang kita sayangi. Karena hampir tak ada orang yang bisa bahagia, jika dia tinggal sendiri, tak ada yang membutuhkannya, tak ada orang yang ingin dia tolong, dan mungkin tak ada yang menyadari keberadaanya. Sama halnya dengan Dela, keinginan bunuh diri yang secara tidak sadar menjalar dikepalanya ketika iya merasa sudah tidak d...
Ruang Nostalgia
4      4     0     
Short Story
Jika kita tidak ditakdirkan bersama. Jangan sesali apa pun. Jika tiba-tiba aku menghilang. Jangan bersedih, jangan tangisi aku. Aku tidak pantas kamu tangisi. Tapi satu yang harus kamu tau. Kamu akan selalu di hatiku, menempati ruang khusus di dalam hati. Dan jika rindu itu datang. Temui aku di ruang nostalgia. -Ruang Nostalgia-
LELAKI DI UJUNG JOGJAKARTA
38      10     0     
Romance
Novel yang mengisahkan tentang seorang gadis belia bernama Ningsih. Gadis asli Jogja, wajahnya sayu, kulitnya kuning langsat. Hatinya masih perawan belum pernah mengenal cinta sampai saatnya dia jatuh hati pada sosok lelaki yang saat itu sedang training kerja pada salah satu perusahaan besar di Jogjakarta. Kali ini Ningsih merasakan rasa yang tidak biasa, sayang, rindu, kangen, cemburu pada le...
SALAH ANTAR, ALAMAKK!!
586      447     3     
Short Story
EMMA MERASA BOSAN DAN MULAI MEMESAN SESUATU TAPI BERAKHIR TIDAK SEMESTINYA
Mars
17      5     0     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
No, not love but because of love
16      7     0     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
A Story
4      4     0     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
PESAN CINTA
48      14     0     
Romance
Bagaimana jadinya jika kita mendapat amanah dari orang yang tidak kita kenal? Itu pulalah yang terjadi pada Nasya. Dalam pejalanan pulang menuju kampung halamannya, Nasya berkenalan dengan seorang wanita. Mereka menjadi akrab. Dan wanita itu menitipkan sebuah amanah yang kenyataannya menjadi titik awal perubahan hidup serta jalan cinta Nasya.