Read More >>"> That Snow Angel (25) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

KAY P.O.V

Malamnya Pan mengabariku kalau makan malamnya sudah selesai direncanakan. Kita akan makan malam pada hari sabtu jam 7 malam di restoran XXX. Itu 2 hari lagi. Aku langsung bangun dan mencari paman dan tante. Mereka sedang menonton TV di ruang tamu. Aku langsung duduk di sofa sebelah paman.

"Paman tante," panggilku dan mereka bertanya ada apa, "Umm... Keluarga temanku mengajak kita makan malam."

"Siapa itu sayang?" Tanya tante.

"Um..." Aku memutuskan untuk tidak memberi tahu kalau keluarga Herrington yang mengajak makan malam. Karena aku tidak mau mereka menolaknya. Jadi aku memutuskan untuk sedikit berbohong. "Keluarga Peter. Sudah lama mereka tidak bertemu keluarga Reshton jadi mereka ingin bertemu."

Tidak tahu kenapa tante melihatku. Mengamatiku dengan mata tajam.

"Kay," panggilnya nadanya sedikit menyeramkan, "Beritahu tante jujur. Siapa yang mengajak kita makan malam?"

"Huh?" Tanyaku bingung.

"Aku tahu kau sedang berbohong," kata tante, "Beritahu saja. Kami pasti akan datang. Keluarga Herringtonkan yang mengundang kita?"

"A... a... apa?" Aku terkejut, aku tidak akan bohong. "Bagaimana tante bisa tahu?"

"Aku tantemu Kay," jawabnya, "Aku juga ikut membesarkanmu. Aku tahu saat kau berbohong. Kapan makan malamnya?"

"Tunggu..." kataku masih tidak percaya, "Kau masih akan datang meskipun keluarga Herrington yang mengundang kita?"

Mereka mengangguk. Lalu paman bilang, "Kami juga ingin berbicara pada mereka. Jadi ini waktu yang tepat."

"Tentang?"

"Nantik kau juga tahu," kata paman, "Kapan makan malamnya?"

"Sabtu ini," jawabku, "7 malam di restoran XXX."

Mereka mengangguk, "Bilang pada mereka kita akan datang."

Aku mengangguk dan langsung naik ke kamarku. Aku tidak percaya ini. Mereka akan pergi? Begitu saja? Bagaimana ini bisa terjadi?

~~~

"Jadi bagaimana?" 

Aku sedang berbicara dengan Gary, saat Pan datang dan langsung berbicara seperti itu.

"Selamat pagi juga," kataku dengan sarkastik.

"Ah iya maaf," katanya, "Selamat pagi. Jadi apa kata tante dan pamanmu?"

"Kau benar- benar ingin makan malam itu terjadi ya?" Ejekku.

"Ashhh," dia merengek dan aku terkekeh.

"Kenapa kau sangat ingin Pan?" Ejek Gary juga.

"Jawab sajaaaa," rengek dia lagi.

"Mereka bilang iya," jawabku dan dia langsung tersenyum. Dia langsung jadi seperti anak kecil saat orangtuanya bilang iya ketika dia ingin pergi ke kebun binatang. Dia meneriaki yes yes yes.

"Dia bukan temanku." Bisik Gary dan aku tertawa.

~~~

Saat istirahat Peter bilang ingin mengantarku pulang. Jadi aku mengirim pesan ke tante dan tuan Drew untuk tidak menjemputku.

"Kau lapar?" Tanya Peter saat memberi helmnya kepadaku.

"Memang kenapa?" Tanyaku.

"Kalau kau lapar. Ayo makan dulu,"

"Bagaimana kalau makan di rumahku saja?" Tanyaku.

Peter mengangguk, "Boleh juga. Kalau begitu ayo cepat. Aku lapar."

Saat naik motor, Pan, Tim, Gary, dan John menghampiri kita. Pan, dan Tim di mobil mereka masing- masing. Sementara Gary dan John di motor mereka.

"Kalian mau ke mana?" Tanya Pan.

"Mengantarnya pulang," jawab Peter.

Mereka mengangguk, "Antar dia sampai rumah dengan selamat ya Peter! Jangan sampai lecet sedikit pun!" Ancam Pan dan Peter tertawa. Sementara aku memutar bola mataku.

"Baiklah," kata Peter, "Aku duluan ya. Daah."

Aku melambaikan tanganku pada mereka dan mereka melakukan yang sama.

Saat sudah sampai rumah. Aku langsung menyuruh Peter masuk. Saat dia masuk Pan langsung menyerbunya. Pan masih ingat dengannya ternyata.

"He hei," sapa Peter, "Kau masih ingat aku?" Lalu Peter terkejut melihat banyak anak anjing. "Kau sudah punya anak sobat? Wow. Selamat."

"Ayo kita makan," kataku, "Aku sudah lapar."

Saat makan Pan bertanya padaku, "Hei aku sudah dengar tentang keluarga Pan dan keluargamu. Apa itu benar?"

Aku mengangkat bahu, "Kami masih mencari bukti yang kuat. Narasumbernya masih bisa dipercaya."

Peter mengangguk, "Kau sudah bertemu dengan Sasha, Peach, dan Kos?"

Aku mencemooh, "Iya terima kasih padamu."

"Hei!" Bentaknya, "Yang tulus."

Aku tertawa, "Iya... terima kasih Peter."

Dia mengangguk, "Sama- sama. Kau tahu. Kau dan Pan um..."

"Kenapa?"

"Kalian teman lama? Apa kau punya perasaan pada Pan?"

Dia tiba- tiba bertanya seperti itu dan membuatku tersedak. Dia langsung memberiku minum.

"Peter!" Bentakku, "Untuk apa kau menanyakan hal itu?"

Dia mengangkat bahu, "Aku hanya ingin tahu."

"Meskipun ada itu sudah lama sekali," jawabku, "Aku melupakannya kau ingat? Perasaan itu sudah hilang."

"Jadi itu berarti," katanya sambil tersenyum, "Aku punya kesempatan?"

Aku tertawa, "Lucu Peter. Lucu."

"Kay," katanya, "Aku tidak bercanda. Aku suka denganmu Kay dari dulu. Tapi aku tidak punya keberanian untuk memberi tahumu. Kau hilang selama 2 tahun membuatku sangat menyesal tidak memberi tahu perasaanku padamu. Tapi sekarang aku sudah menemukanmu dan aku tidak akan melepaskanmu Kay."

Aku langsung melihatnya. Di matanya penuh dengan harapan. Kenapa kau memberiku tatapan seperti itu? Aku sangat membencinya. Aku benci harus merusak harapannya.

"Peter," kataku sepelan mungkin. "Maaf. Tapi... aku tidak merasakan hal yang sama denganmu. Maaf."

Dia sepertinya terkejut. Harapan di matanya sudah hilang, sekarang dipenuhi dengan kekecewaan.

"Jadi... jawabanmu itu tidak?"

"Maaf, tapi tolong," kataku, "Jangan berubah. Kau tidak akan meninggalkanku kan? Peter kau sudah seperti saudaraku sendiri. Aku mengenalmu hampir seumur hidupku. Hubungan kita tidak akan berubahkan?"

Dia diam untuk sebentar, lalu dia tersenyum melihatku. Tapi tentu masih terlihat kesedihan dibalik senyuman itu. Dia mengangguk, "Iya... Pasti... Aku masih akan terus menjagamu Kay. Kau juga masih akan bercerita denganku kan?"

Aku mengangguk, "Pasti seratus persen. Meskipun nanti aku punya pacar. Posisimu tidak akan pernah tergantikan."

"Senang mendengarnya," katanya, "Dan beritahu pacarmu nanti. Jika dia menyakitimu, dia harus berurusan denganku. Baiklah aku sudah selesai makan. Sekarang aku pamit pulang y. Titip salam ya untuk tante dan pamanmu ya."

Aku mengangguk. Aku mengerti kenapa dia ingin pulang. Pasti dia benar- benar kecewa. Sangat kelihatan di matanya.

"Peter," kataku sebelum dia pergi, "Aku benar- benar minta maaf."

Dia mengacak rambutku, "Sudah tidak apa. Aku pulang ya."

Aku mengangguk. Setelah dia pergi aku langsung masuk ke rumah. Aku mengganti bajuku dan membanting diri ke kasur. Aku baru saja mematahkan hati sahabatku. Kalau hanya teman biasaku, aku tidak akan merasa bersalah seperti ini. Tapi ini sahabatku. Arghh... aku mengacak rambutku. Hebat sekali Kay... hebat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MONSTER
38      5     0     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...
SALAH ANTAR, ALAMAKK!!
586      447     3     
Short Story
EMMA MERASA BOSAN DAN MULAI MEMESAN SESUATU TAPI BERAKHIR TIDAK SEMESTINYA
Aku & Sahabatku
146      31     0     
Inspirational
Bercerita tentang Briana, remaja perempuan yang terkenal sangat nakal se-SMA, sampai ia berkenalan dengan Sari, sifatnya mengubah hidupnya.
Ketos in Love
13      5     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
Akselerasi, Katanya
4      4     0     
Short Story
Kelas akselerasi, katanya. Tapi kelakuannya—duh, ampun!
Dunia Tiga Musim
31      13     0     
Inspirational
Sebuah acara talkshow mempertemukan tiga manusia yang dulunya pernah bertetangga dan menjalin pertemanan tanpa rencana. Nda, seorang perempun seabstrak namanya, gadis ambivert yang berusaha mencari arti pencapaian hidup setelah mimpinya menjadi diplomat kandas. Bram, lelaki ekstrovert yang bersikeras bahwa pencapaian hidup bisa ia dapatkan dengan cara-cara mainstream: mengejar titel dan pre...
Ojek Payung
2      2     0     
Short Story
Gadis ojek payung yang menanti seorang pria saat hujan mulai turun.
Love Dribble
61      19     0     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Thantophobia
14      8     0     
Romance
Semua orang tidak suka kata perpisahan. Semua orang tidak suka kata kehilangan. Apalagi kehilangan orang yang disayangi. Begitu banyak orang-orang berharga yang ditakdirkan untuk berperan dalam kehidupan Seraphine. Semakin berpengaruh orang-orang itu, semakin ia merasa takut kehilangan mereka. Keluarga, kerabat, bahkan musuh telah memberi pelajaran hidup yang berarti bagi Seraphine.
Enigma
13      8     0     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...