Read More >>"> That Snow Angel (26) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

PAN P.O.V

Aku mendapat telpon. Saat kulihat dari Peter. Mungkin dia sedang dengan Ash sekarang. Tadi aku membiarkan mereka berdua karena Peter sudah tidak bertemu dengannya selama sebulan dan juga mereka teman lama. Jadi aku membiarkannya. Aku mengangkat telponnya.

"Halo?" Katanya, "Pan kau sedang dengan anak- anak?"

"Iya," jawabku, "Kenapa memang? Bukannya kau sedang dengan Ash?"

"Kalian di mana?" Tanyanya, "Akan kususul."

"Apartemen John."

"Baiklah aku ke sana."

Dia langsung mematikan sambungannya. Beberapa waktu kemudian Peter bilang kalau dia sudah di bawah. Jadi John turun dan menjemputnya. Saat sudah sampai wajah Peter terlihat lemas sekali. Dia langsung membanting diri ke sofa. Kami semua bingung melihatnya. Saat bertanya pada John, dia bilang dia juga tidak tahu. Saat ditanya Peter tidak menjawab.

"Hei bung," panggilku, "Kau tidak apa?"

"Tidak," jawabnya.

"Kau kenapaaaa?" Tanya Gary.

"Pan," tiba- tiba dia memanggilku, "Jaga Kay baik- baik. Jika kau menyakitinya. Aku akan mematahkan semua tulang yang kau punya. Kau mengerti?"

"Apa?" Tanyaku lebih bingung. "Kau bicara apa sih?"

"Aku ditolak bung," katanya, "Aku ditolak!"

"Kau menembak Ash?" Tanya Gary sementara kita semua terkejut tidak percaya.

"Hmmm," jawab Peter.

"Wow," kata Gary, "Aku selalu suka nyalimu."

"Pan kau dengar aku?" Tanya Peter tapi suaranya mengancam. "Aku akan mengalah tapi aku akan tetap mengawasinya selama dia denganmu. Awas saja kau macam- macam."

"Kau ini," kataku, "Aku bahkan belum menembaknya. Bagaimana aku tahu dia menerimaku?"

Kita diam, suasananya tidak canggung. Tapi sangat- sangat hening. 

"Aku mengantuk," kata John, "Aku akan tidur. Daaah."

"Hei," kata Tim, "Kami juga mengantuk. Mana kasur gulungnya."

Daripada kita hening lebih baik kita tidur kan? Mengumpulkan tenaga lagi. Tapi masalah kata- kata Peter. Aku akan menanyakannya besok di makan malam. Apa dia akan menerimaku? Menerima perjodohannya? Kita lihat saja besok. Pokoknya aku sangat- sangat tidak sabar.

~~~

Aku sudah di restauran XXX, menunggu keluarga Reshton. Bukan mereka terlambat, karena memang janjinya jam 7 dan sekarang baru jam 7 kurang 15 menit. Karena di kehidupan bisnis lebih baik kau lebih pagi dari pada lebih siang.

5 menit kemudian keluarga Reshton masuk. Kami langsung berdiri dan bersalaman dengan mereka. Tidak perlu mengenalkan diri karena kami sudah mengenal satu sama lain. Tapi yang aku bingungkan keluarga Ash tersenyum?

"Kay sayang," kata mama memeluk Ash, "Bagaimana kabarmu?"

Ash mengangguk, "Baik."

"Wow," kata papa, "Kay sudah dewasa ya sekarang. Dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik."

"Terima kasih," kata Ash.

"Silahkan duduk," kata papa sambil tersenyum.

"Terima kasih,"

"Kita sudah melihat Pan kemarin," kata tante Lydia, "Dia juga tumbuh jadi pemuda tampan."

"Terima kasih," jawabku juga.

Selama makan, aku tidak akan berbohong. Suasananya sangat canggung. Mungkin karena kita sudah bertengkar lumayan lama. Jadi saat berkumpul akan seperti ini. Tapi untungnya paman Jack mencoba mencairkan suasana.

"Umm... Senang bertemu dengan kalian lagi," katanya, "Sudah berapa lama? Hampir 10 tahun ya?"

"Sangat lama ya," balas papa, "Dan sungguh. Atas nama keluarga Herrington. Kami sungguh turut berduka cita sebesar- besarnya atas apa yang terjadi pada Cody, Bertha, dan Rei."

"Terima kasih," jawab tante Lydia.

"Kami juga ingin meluruskan satu masalah," kata papa. Kita sudah mulai bicara serius sekarang. "Tentang rumor kalau keluarga kami yang menjadi dalang kejadian tersebut. Itu benar- benar tidak benar. Cody itu sahabatku dari dulu. Dia sudah seperti saudara bagiku."

"Jared," potong tante Lydia, "Kami tahu."

APA?! Sepertinya keluarga Herrington semua terkejut jadi kami menghentikan makan kami.

"Kami tahu bukan kau dalangnya," jelas tante Lydia, "Kau dikambing hitamkan oleh seseorang. Rumor yang bilang kalau kau yang menjelekkan pabrik kami itu tidak benar."

"Dan kabar kalau kalian menjelekkan perusahaan kami juga tidak benar," kata papa, "Kita sama- sama dikambing hitamkan?"

"Iya," jawabnya, "Kami menyelidiki investor yang hampir menarik investasinya di pabrik kami dan menanyakan dari mana dia mendapat kabar itu. Aku mendapatkan nama, dan sedikit data."

Paman Jack menaruh folder tipis di atas meja. Saat papa membukanya, papa terkejut. Orang itu, juga orang yang papa dapatkan. Dia yang menyebark rumor- rumor tak benar mengenai perusahaanku.

"Pratt Pevis," kata paman Jack, "Bekerja di Meritz sweet. Dia yang menyebarkan rumor- rumor tidak sedap tentang kita."

"Aku juga mendapat yang sama," kata papa mengeluarkan folder juga untuk paman Ash untuk melihat dan iya. Mereka orang yang sama.

"Jadi bagaimana sekarang? Apa yang sebaiknya harus kita lakukan pada Barrington?" Tanya paman Jack.

"Kita H legacy menarik semua investasi yang kita tanam di perusahaan mereka." Jawab papa.

"Begitu juga kami RD," kata tante Lydia.

Lalu kami menyelesaikan makan malam kami. Setelah menyelesaikan masalah itu, makan malam kami tidak canggung lagi.

"Aku sudah membaca surat dari Cody," kata papa.

"Surat?" Tanya tante Lydia. Sepertinya dia bingung.

"Iya," kata Ash, "Saat kebakaran itu papa memberiku koper. Isinya kebanyakan album- album foto dan ada beberapa surat. Salah satu suratnya untuk Tuan Jared."

Papa mengangguk, "Aku menangis membacanya jujur saja."

"Mau memberi tahu apa isi surat itu?" Tanya paman Jack.

Papa yang sedang minum langsung menggeleng, "Aku tidak membawa suratnya. Lagipula jika aku bacakan di sini aku bisa menangis lagi dan aku tidak mau itu."

"Aku bahkan tidak diberi izin untuk membacanya," kata mama, "Tapi aku melihat dia menangis."

Saat sudah selesai makan dan kami masih mengobrol. Tiba- tiba mama menanyakan hal yang aku tunggu- tunggu. Tapi setelah mama tanyakan aku jadi malu. Sangat- sangat malu.

"Jadi apa kalian tahu?" Tanya mama, "Saat kecil Kay dan Pan itu dijodohkan."

Kay yang sedang minum langsung tersedak sama seperti papa. Tapi dia lebih parah sampai batuk.

"Kau tak apa sayang?" Tanya tantel Lydia dan menepuk punggungnya.

Dia menggeleng, "Perjodohan?" Katanya tidak percaya.

Para orang tua tertawa, "Sebenarnya kami juga tahu tentang itu. Tapi kami sebagai orangtuanya memberi keputusan kepada anak- anak saja," kata paman, "Bagaimana dengan Pan dulu? Kau setuju?"

"Uhmm... aku terserah dengan Ash saja," jawabku.

Kay terlihat bingung, "Aku..."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DEVANO
8      3     0     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Balada Cinta Balado
93      20     0     
Humor
"Hidup atau dilahirkan memang bukan pilihan kita, tapi dalam HIDUP KITA HARUS MEMILIKI PILIHAN". Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sekarang ini. Kehidupan yang sangat Liar Binasa menyedihkan. Aku sering dijadikan bahan bertema kehidupan oleh teman dan juga keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka rencana kehidupanku yang sudah disiapkan dengan ...
I FEEL YOU AS A HOME
27      5     0     
Romance
Ini seriusan, lho. Bagi Lentera Kamasean, dikejar-kejar cowok sekece Al Virzha Diemen Salim bukanlah berkah, melainkan musibah. Karena, sejak kehadiran cowok itu, hidupnya yang setenang langit malam di tengah samudra mendadak kacau kayak kota yang baru disapu puting beliung. Kesal, sebal, benci, marah, dan muak, semua itu Lentera rasakan serta lalui seorang diri sampai pahlawannya datang. Lalu ...
Monday
5      5     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Move On
4      4     0     
Romance
"Buat aku jatuh cinta padamu, dan lupain dia" Ucap Reina menantang yang di balas oleh seringai senang oleh Eza. "Oke, kalau kamu udah terperangkap. Kamu harus jadi milikku" Sebuah awal cerita tentang Reina yang ingin melupakan kisah masa lalu nya serta Eza yang dari dulu berjuang mendapat hati dari pujaannya itu.
LOVEphobia
3      3     0     
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan” Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.
One Day.
5      5     0     
Short Story
It's all about One Day.
Begitulah Cinta?
136      30     0     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
JATUH CINTA
11      5     0     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
Secret Elegi
42      14     0     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...