Read More >>"> Killed
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Killed
MENU
About Us  

Keringat membanjiri tubuhku. Detak jantungku terasa menggema di telinga, seakan tak ada jarak antara jantung dan alat pendengaranku.
Ketakutankku memuncak saat suara langkah kaki bersepatu –yang entah siapa, aku tak tahu- terdengar semakin mendekati tempat persembunyianku.
Susah payah ku menahan deru nafas pendekku akibat rasa takut. Aku menutup mulut dengan kedua tanganku yang berkeringat dingin. Keringat dingin semakin membanjir, aku tak tahu seberapa pucat wajahku. Teringat beberapa jam yang lalu, kami masih menikmati prom night di sekolahku, malam yang seharusnya menjadi saat berbahagia dan penuh haru atas pencapaian kami selama 3 tahun di SMA, malah menjadi tempat pembantaian sadis penuh darah. Aku bahkan tak tahu apakah ada yang masih selamat selain diriku. Aku langsung berlari keluar ballroom saat suara rentetan tembakan, yang diikuti suara teriakan ketakutan dan kaget dari siswa siswi, yang berusaha lari dari tembakan random oleh seseorang yang memakai setelan formal merah darah, dan bertopeng putih berkarakter wajah yang menyeringai. Aku sempat melihatnya, dan pandangan kami bertemu sebelum aku benar-benar meninggalkan ballroom. Manik matanya hitam legam di balik topengnya.  Mengingat itu menambah cepatnya detak jantungku. Aku mengintip melalui celah lemari di ruang ini. Ya, aku sekarang sedang bersembunyi di sebuah ruangan, yang aku duga sebuah gudang atau apalah, yang pasti terdapat deretan lemari berbahan stainless. Aku memekik tertahan, aku melihatnya membawa sebuah pisau belati, belati itu berkilau sesekali, terkena cahaya lampu. Dia menyusuri barisan lemari dengan ujung pisau. Suara gesekan ujung pisau dengan lemari-lemari yang terbuat dari bahan logam ini menderit mencekam. Aku menutup mulutku dengan erat. Tak terasa air mataku sama derasnya dengan keringatku. Jantungku seakan ingin melompat keluar dari dada saat tiba-tiba dia menoleh kearah lemari tempatku bersembunyi. Seperti yang dia lakukan tadi, dia memainkan pisaunya, menggesekan ujung pisau dengan lemari. Dia bersiul-siul, seakan-akan mempermainkan rasa takutku. Terdengar suara sepatu dan suara siulannya menjauh, aku menghembuskan nafas lega. Aku menghirup udara terburu-buru.

Tapi…

 

CKRAAAAK


Suara benda tajam menembus sebuah benda berbahan stainless. Terdengar suara pekikan. Cairan merah pekat mebanjir dan menggenang dari benda kotak berbahan stainless itu. Membuat gudang beraroma amis menambah kengerian gudang yang sudah dibanjiri oleh darah pekat. Sosok itu melepaskan topengnya, dan menyeringai melihat genangan darah. Dia keluar dari ruangan tersebut setelah mencabut pisau belatinya dari lemari berbahan stainless itu, sambil menenteng sepasang sepatu pantofel berwarna hitam terpoles semir.

Tags: thwc18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hello Weena
4      4     0     
Short Story
Ada apa dengan gudang itu?
DIAM !
3      3     0     
Short Story
Job
3      3     0     
Short Story
Ah, kau bertanya tentang pekerjaanku? #thwc18
MENJUAL JIWA
3      3     0     
Short Story
Ketika dendam dijadikan tameng yang mengakar jiwa, dan keangkuhan menjadi jejak langkah menyusuri perjalanan waktu... doa terucap dari hati yang menghitam, dan iblispun merangkul dalam wujud malaikat.
Halloween
2      2     1     
Short Story
Aku berikan pertunjukan terbaik di kota ini. #thwc18
2 Kehidupan
3      3     0     
Short Story
Kisahku, bermula saat aku mulai berajak smp, hidupku menyendiri entah apa yang ada di pikiranku selama ini.
Apa ada yang salah denganku?
3      3     0     
Short Story
Apa ada yang salah denganku? Sampai-sampai mereka menatapku begitu tajam.
Reflection
4      4     0     
Short Story
Ketika melihat namun, tak mampu melakukan apapun
Bells Flower
2      2     0     
Short Story
Bella mendekati ibunya. Dia mencoba untuk melepaskan ikatan namun tak bisa. Mata sang ibu melotot dengan mulut terbuka, menatap tajam ke arah Bella. Mulut terbuka itu menyemburkan kunyahan kelopak bells flower ke wajah Bella. Bau menyengat dan busuk jadi satu. Seketika Bella bangun dari mimpinya.
Ting Ting Ting
3      3     0     
Short Story
Saya, cuma pengen main~