Read More >>"> Mencintaimu di Ujung Penantianku (Bertemu Kamu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencintaimu di Ujung Penantianku
MENU
About Us  

       Siang ini aku berjalan menyusuri koridor kampus, selesai kuliah sedikit malas untuk segera pulang. Aku berjalan sambil melihat lapangan di tengah bangunan fakultas. Suasana lapangan lenggang di siang hari tapi kalau sudah sore biasanya akan ada yang bermain basket atau sepak bola di lapangan yang cukup luas ini. Cuaca yang panas membuatku memutuskan untuk mampir ke kantin. Aku duduk di depan meja tak jauh dari pintu masuk kantin. Segelas jus jeruk kesukaanku menemaniku di kantin yang tidak terlalu ramai dengan pengunjungnya. Tidak terasa sudah tiga bulan menikmati hari di kampus ini. Yah...mulai bisa beradaptasi di lingkungan kampus. Memiliki beberapa teman yang mengasyikkan, meski masih merindukan masa SMU-ku dengan sahabat-sahabat yang sudah tersebar di penjuru negeri ini. Membuat kami hanya bisa berencana saaat ini, berencana bertemu di liburan semester yang masih lama. Aku meminum jus jeruk di depanku, terasa dingin di tenggorokanku.

“Cherise...” suara seseorang menyapaku, aku menoleh Bang Elang...? Seniorku saat SMU dulu.

“Bang Elang...” ucapku kaget, tidak menyangka ketemu dia di  sini.

“Aku seperti mimpi melihatmu di sini.” ucapnya sama kagetnya dengan diriku.

“Loh... katanya Abang kuliah di Amrik...” ucapku sambil menatapnya yang masih berdiri di depanku dan ternyata di sisinya ada seorang temannya. Aku meliriknya sekilas lalu kembali fokus ke Bang Elang.

“Ya... cuma satu semester...” ucapnya lalu duduk di depanku dan mengajak temannya untuk ikut duduk.

“Kok bisa begitu Bang...” ucapku aneh...

“Aku sebenarnya dari awal tidak mau kuliah di sana tapi papaku memaksa, aku cuma mengikuti saja. Beberapa bulan di sana aku tidak betah dan rindu Indonesia.” ucapnya.

“Cie...gayanya cinta Indonesia.” ucapku, Bang Elang tertawa.

“Eh... Cher kenali teman aku.., sampai lupa aku ada teman.” ucapnya sambil tertawa, aku senyum. Dia mengulurkan tangannya, lalu ku sambut sambil menyebut nama.

“Alcander...” ucapnya sambil senyum.

“Cherise...” ucapku tersenyum membalas senyumannya.

“Jadi kamu kuliah di sini...” ucap Bang Elang, aku senyum.

“Yah...begitulah kira-kira Bang...” ucapku sambil tertawa.

“Wah...ku pikir ini tahun keberuntunganku berjumpa kembali dengan makhluk cantik dari masa lalu...” ucapnya, aku tertawa Bang Elang selalu mengatakan “makhluk cantik” padaku dan teman-temanku. Saat SMU aku dan ketiga temanku selalu mendapat julukan seperti itu dari Bang Elang.

“Yang lain mana?” tanyanya.

“Mereka kuliah di luar kota..” ucapku.

“O ya, jadi mereka meninggalkanmu di sini sendiri...” ucap Bang Elang, aku senyum.

“Aldora kuliah di mana?” tanyanya.

“Di Bandung, Meckha di Jakarta dan Adonia di Bogor.” ucapku memberitahukan keberadaan teman-temanku pada Bang Elang.

“Mereka sih, masih dekat nah kamu di Sumatera...” ucap Bang Elang, aku senyum.

“Tapi jangan takut, ada seniormu di sini...” ucapnya jenaka sambil mengarahkan telunjuknya pada dirinya sendiri. Aku tertawa, Bang Elang tidak pernah berubah.

“O ya, juga ini temanku dia akan menjagamu juga. Ya kan Bro...” ucapnya sambil menepuk bahu Bang Alcander. Bang Alcander hanya tersenyum mmm...dari tadi dia di cuekin saja ya..hehe

“Alca ini sahabatku...” ucap Bang Elang padaku, aku senyum. Bang Alcander hanya senyum.

“Saat OSPEK dan kemah bakti kamu pasti habis dikerjain...” ucap Bang Elang, aku senyum.

“Hal itu tidak bisa dihindari bang...” ucapku Bang Elang tertawa.

“Iya...benar.” ucapnya.

“Sama juga saat SMU, Abang juga jagonya kan di bidang itu...” ucapku

“Hahaha..., masih ingat saja...” ucap Bang Elang, aku senyum teringat saat OSPEK SMU. Bang Elang termasuk senior yang disegani, dia tidak banyak bicara tapi kalau bertindak hmmm... serem... hehehe...

“Tapi kok Abang baru kelihatan sekarang ya...” ucapku heran.

“Iya baru pulang dari acara bakti sosial, waktu kalian OSPEK kami juga lagi melakukan pendakian.” ucapnya.

“O ya, aktif di organisasi ya Bang...” ucapku.

“Iya, kamu mau bergabung?” tanyanya aku langsung menggeleng.

“Untuk saat ini sepertinya tidak Bang....” ucapku, Bang Elang tertawa.

“Kamu selalu terlalu serius akan sesuatu...” ucap Bang Elang aku senyum.

“Masih adaptasi dengan perkuliahan Bang...” ucapku Bang Elang senyum.

“Kamu masih ada kuliah nih?” tanya Bang Elang, aku menggeleng.

“Lalu kenapa belum pulang?” tanyanya.

“Masih mau di kampus saja...” ucapku

“Kalau begitu kamu lihat kami main basket ya.. ntar Abang antar pulang.” ucapnya aku mengangguk.

Siang yang panas sudah berubah menjadi lebih mendung. Bang Elang ajak aku keluar kantin lalu kami keluar kantin. Di lapangan sudah mulai ada yang bermain basket karena cuaca yang mulai bersahabat. Aku duduk di pinggir lapangan bersama Bang Elang dan Bang Alca.

“Kamu pasti sudah kenal Bang Anggara kan...” ucap Bang Elang sambil menunjuk ke tengah lapangan dimana Bang Anggara sedang asyik latihan dengan seorang temannya.

“Ya...” jawabku.

“Dia pasti paling ganas saat kemah bakti kan...?” ucap Bang Elang.

“Iya “ jawabku.

“Dia itu memang begitu, dia hanya terlihat bersahabat kalau lagi nyanyi dan tidur hahaha...” ucap Bang Elang, aku tertawa.

“Kok lagi tidur Bang...” ucapku sambil senyum.

“Iya, itu artinya dia tak pernah terlihat bersahabat...” ucap Bang Elang.

“Dia itu temanku saat SMP, jadi aku tahu.. Di sini dia jadi seniorku karena aku harus mengulang tahun pertama kuliahku.” ucap Bang Elang.

“Kalau menyanyi dia kelihatan keren loh Bang...” ucapku.

“Iya, kenapa naksir?” ucapnya aku tertawa.

“Kok langsung dikatakan naksir sih...” ucapku protes.

“Soalnya semua mahasiswi kayaknya naksir dia, lihat dia...” ucap Bang Elang sambil melihat Bang Anggara. Aku mengikuti arah mata Bang Elang, ikut menatap Bang Anggara.

“Tubuh atletis, bersih, tampan, cerdas, aktif dan begitu berkharisma” ucap Bang Elang.

“Ikh...kok kelihatannya jadi Abang yang naksir dia...” ucapku meledek Bang Elang, sesaat Bang Elang terdiam. Bang Alcander yang duduk di sisi Bang Elang tertawa, Bang Elang melihat ke arah Bang Alcander.

“Sudah Bro...jangan menambah penghinaan ini...” ucap Bang Elang pada Bang Alcander yang akhirnya berusah mendiamkan dirinya dan ternyata masih tidak bisa juga diam.

“Cherise yang cantik...tolong diralat perkataannya...” ucapnya sambil menghadapkan tubuhnya padaku. Wajah tampannya menatapku polos aku tertawa.

“Oke..oke Bang, Abang kan normal. Ya...nggak mungkinlah naksir Bang Anggara...” ucapku, Bang Elang mengangguk tanda setuju tanpa senyum. Sepertinya dia sangat syock mendengar perkataanku tadi hahaha... Bang Elang kembali menghadapkan tubuhnya ke lapangan

“Setidaknya dia lebih keren di bandingan Dewa kodok itu...” ucap Bang Elang, aku menoleh pada Bang Elang. Bang Elang tidak melihat ke arahku.

“Kenapa harus membandingkan dengan dia...” ucapku pelan lalu kembali menatap ke lapangan.

“Kamu sudah move on kan Sist...” ucap Bang Elang.

“Ya...” jawabku.

“Bagus...” ucapnya, Bang Elang kembali mengingatkan aku dengan Dewa.

Dewa teman SMU-ku yang saat kenaikan kelas dua pindah ke kota lain di saat aku mulai jatuh cinta padanya. Kami begitu dekat dan kepergiannya menghancurkan hatiku. Dan janjinya untuk memberi kabar hanya tinggal janji sudah lebih dua tahun dia tidak pernah memberi kabar. Bang Elang tahu cerita ini, karena saat itu dia melihatku menangis menatap kendaraan yang membawa pergi Dewa saat hari kenaikan kelas. Saat itu aku begitu hancur, tapi sekarang itu hanya cerita masa lalu dan menjadi kenangan di masa SMU-ku. Lamunanku terhenti saat seseorang menghampiri kami.

“Hei Lang ayo main...” ucap seorang cowok yang memakai seragam basket.

“Ayo, aku ganti baju dulu ya...” ucapnya sambil bangkit, Bang Alcander ikut bangkit.

“Cher, kami main dulu ya...” ucapnya aku mengangguk. Lalu mereka pergi, nggak lama kemudian mereka datang dengan kostum basket dan menitipkan tas padaku. Melihat mereka bermain di lapangan begitu menyenangkan penuh semangat... Angin berhembus lembut mempermainkan rambutku... Angin yang sejuk...

                                                                                                                *****

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The pythonissam
3      3     0     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
JEOSEUNGSAJA 'Malaikat Maut'
77      23     0     
Fan Fiction
Kematian adalah takdir dari manusia Seberapa takutkah dirimu akan kematian tersebut? Tidak ada pilihan lain selain kau harus melaluinya. Jika saatnya tiba, malaikat akan menjemputmu, memberikanmu teh penghilang ingatan dan mengirim mu kedimensi lain. Ada beberapa tipikel arwah manusia, mereka yang baik akan mudah untuk membimbingnya, mereka yang buruk akan sangat susah untuk membimbingny...
ADITYA DAN RA
152      42     0     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
She Is Falling in Love
3      3     0     
Romance
Irene membenci lelaki yang mengelus kepalanya, memanggil nama depannya, ataupun menatapnya tapat di mata. Namun Irene lebih membenci lelaki yang mencium kelopak matanya ketika ia menangis. Namun, ketika Senan yang melakukannya, Irene tak tahu harus melarang Senan atau menyuruhnya melakukan hal itu lagi. Karena sialnya, Irene justru senang Senan melakukan hal itu padanya.
Paragraf Patah Hati
30      10     0     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
The Red Eyes
168      29     0     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
UnMate
11      7     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Why Joe
4      4     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Menghukum Hati
2      2     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
Confusing Letter
12      5     0     
Romance
Confusing Letter