Read More >>"> In Love With the Librarian (15. Dosen Cabul) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Love With the Librarian
MENU
About Us  

Awal Desember, UTS baru saja selesai, namun pelajaran masih berlanjut sampai dua minggu kedepan untuk kemudian mereka diliburkan sebulan penuh. Para mahasiswa bersuka cita menyambut musim liburan di depan mata. Beberapa dari mereka bahkan sudah pulang sehingga suasana kampus sedikit lebih lengang. Walau bagaimanapun, perpustakaan tetap buka sehingga untuk Anne liburan tidak ada bedanya dengan hari biasa.

"Hi, Anne." Bas datang pagi hari ini dengan bungkusan di tangannya, hanya selisih beberapa menit dari kedatangan Anne. Bas memperhatikan selotip yang membentuk posisi Alice ketika meninggal di sudut kanan sudah di copotkan dan di cat ulang sehingga tidak ada yang boleh mengingat kejadian itu. Diambilnya tumpukan buku diatas tangan Anne dan membantu Anne meletakkan kembali ke posisi sebenarnya. Ini semacam rutinitas Bas setiap Anne menjaga shift pagi.

"Pagi sekali Bas." Anne tersenyum diatas kemeja flanel kotak-kotaknya, hari ini berwarna hijau daun. Bas tidak pernah mempermasalahkan pakaian Anne, menurutnya, cukup dia saja yang sadar akan kecantikan dan kualitas Anne. Paling tidak sampai perempuan ini lulus kuliah. Bas khawatir akan ada banyak lelaki yang mendekati Anne jika dia berpakaian layaknya perempuan lain.

Bas menerangkan bahwa jam 10.00 nanti akan ada kerja kelompok lagi di lab Teknik Mesin untuk perbaikan tugas UTS. Ada sedikit kesalahan pada mesin yang dibuat kemarin, Dosennya sudah memberi instruksi bagian mana yang harus di bongkar pasang kemudian dikumpulkan lagi untuk penilaian akhir.

"Kujemput pulang nanti ya Anne." Bas menepuk tangannya untuk menghilangkan debu.

"Shift-ku hari ini panjang Bas. Leyla libur hari ini, jadi dia akan mengambil shift-ku besok, supaya adil." Anne berjalan ke counter.

"Kemarilah, kau belum makan kan? Kubawakan nasi uduk." Bas menggelar makanannya dan membuka jendela disampingnya agar makanan itu tidak meninggalkan bau pada ruangan.

"Bas, kau baik sekaliiii..." Anne langsung menghampiri tempat duduk Bas, perutnya tiba-tiba berbunyi minta diisi. Bas tergelak.

"Tidak apa-apa Anne, aku juga belum tau apakah bongkar pasangnya itu akan mudah atau tidak. Dan apakah kelompokku on-time karena yang sebelumnya beberapa kali aku harus menunggu mereka." Bas bercerita disela kunyahannya, Anne hanya bergumam mengerti.

Bas mengambil bungkus keduanya, ia lapar. "Kau mau tambah?"

Anne terkekeh, "mungkin aku harus makan sebanyakmu ya biar tinggi. Itu ibumu yang masak?"

Bas berhenti menyendok dan menatap Anne datar. "Ibuku entah dimana. Begitu pula ayahku." Kemudian ia melanjutkan makannya.

"Kau anak Sutanto Lingga kan? Aku baru membaca-baca artikel mengenai ayahmu kemarin. Hebat ya dia. Dan ibumu cantik sekali Bas." Anne dapat melihat darimana Bas mendapatkan ketampanannya.

"Yah, mereka hebat di bisnis, tapi tidak pernah ada untuk keluarga." Bas selesai makan. Di remasnya bungkus coklat itu dan dimasukkan bersama sampah lainnya dalam kantong plastik tadi.

"Kau mau cerita?"

Bas tersenyum lemah, lesung pipitnya hanya muncul sebentar dan hilang. "Tidak banyak yang bisa kuceritakan mengenai mereka Anne. Ayah Ibuku masing-masing punya selingkuhan dan itu membuat mereka tidak pernah dirumah sejak aku SD. Kakakku tidak pernah mempermasalahkan itu, tetapi bagiku itu masalah."

Bas ingat di SD ia sering mencari gara-gara--baku hantam dengan murid lain, mencontek, tidak mengerjakan tugas dan lainnya--hanya demi agar orang tuanya dipanggil. Tetapi mereka tidak pernah datang. Lyn--yang masih SD juga waktu itu--harus mewakili orang tua mereka. Bas frustasi.

Anne tidak dapat membayangkan tumbuh tanpa orang tuanya. Ayah Anne keras, terkadang mereka dipukul bertiga tanpa pilih kasih. Ibunya yang sangat sayang pada mereka menyeimbangi kerasnya sifat ayah, dan memberi pengertian pada Anne dan kakak-kakaknya alasan ayahnya memukul mereka. Tetapi ia bersyukur sekarang, melihat dua orang kakak lelakinya tumbuh menjadi lelaki yang tangguh, termasuk Anne.

Bas merasakan genggaman tangan Anne, kemudian ia mengejap-ngejap dan tersenyum. "Jangan khawatir Anne, aku berhasil tumbuh besar dan ganteng kan?" Lesung pipi Bas menghibur Anne.

Beberapa orang mulai berdatangan. Bas berdiri sambil membawa bungkusan tadi. "Kujemput ya nanti."

Shift Anne hampir berakhir di jam 19.00. Penantian yang lama, sejak jam 18.00 perpus sudah sepi dan Anne berpikir untuk menutup lebih cepat dan menunggu Bas dibawah. Setengah jam lalu Bas baru menelpon, mengabari lagi akan menjemput Anne.

Pintu membuka dan dosen fotografi DKV itu masuk, Anne lupa namanya. "Malam pak. Perpus sudah mau tutup lho... ada yang bapak cari?"

Dosen itu tersenyum manis, matanya berkilat-kilat melihat Anne. "Anne, kau jenius! Lihat ini hasil foto kemarin."

Anne menjadi antusias mendengarkan mengenai hasil foto yang belum dipublikasikan. Ia penasaran. Dosen itu berjalan melewatinya menuju meja diujung ruangan sebelum rak buku, kemudian menggelar foto-foto seukuran A4. Anne mengikutinya.

"Berdiri disini Anne supaya kau bisa melihat dengan jelas." Anne ditarik ke bagian sudut dekat jendela sementara dosen itu berada di sebelahnya menutupi akses keluarnya. Anne sedikit curiga, namun orang ini adalah dosen, seharusnya dia orang yang bisa dipercaya bukan? "Duduklah"

Foto-foto berukuran A4 itu indah sekali, Anne terkesima dengan dirinya sendiri. Baju brokat putih itu melekat erat di tubuhnya seperti kulit. Walaupun aslinya tinggi Anne hanya 157 cm, foto itu membuatnya seperti lebih tinggi dari aslinya dengan memperlihatkan kakinya yang jenjang. Dan Bas... Bas harus melihatnya, ia sangat tampan dan dewasa.

"Pak, bagus banget foto-foto ini. Kapan akan dipajang?"

Pak Dosen itu menyeringai kearah Anne sambil kedua tangannya memegang tangan Anne, ia berkata, "belum dipublikasikan. Kau mau memilikinya?"

Anne merasa aneh tangannya di pegang orang yang tidak dikenalnya. Anne mengangguk perlahan.

"Beri aku ciuman."

Mata Anne membesar, ia meronta melepaskan tangannya namun pegangan dosen itu--yang berubah menjadi cengkraman yang menyakitkan--pada tangannya sulit dilepaskan. Anne meringis. "Lepaskan! Lepaskan!"

Anne di dorong menempel pada dinding dibelakangnya sementar dosen itu menggeser duduknya di kursi panjang perpus. Tubuh Dosen itu menghimpit Anne dan wajahnya mendekat kepada wajah Anne, Anne bisa mencium bau rokok yang menyengat pada nafasnya. Kakinya meronta-ronta tanpa hasil.

Anne berteriak, "tolong! Tolong!" Ketika wajah itu mendekat, bibirnya mencoba mengecup bibir Anne. Anne mencoba menghindar dan bibir dosen itu mengenai pipinya. Rasa jijik merayapi Anne.

"Kau bisa berteriak Anne, tetapi aku sudah mengecek dan kampus sudah bersih dari mahasiswa. Tinggal kita berdua." Dosen berbisik di telinga Anne. Anne mulai terisak, Bas dimana kau?

"Kau cantik sekali Anne, aku sudah menduganya ketika wajahmu muncul di youtube pertama kali. Kecantikan seorang perawan. Kau membuatku bergairah ketika sesi foto itu berlangsung." Dikecupnya lagi pipi Anne ketika Anne tidak berpaling. "Kemarikan wajahmu, biar aku juga bisa merasakanmu seperti lelaki-lelaki itu.... Sebastian dan Liam."

Mendengar nama Bas disebut Anne menengok, ia marah dan sekuat tenaga mendorong dosen itu, dan mendorong lagi hingga dosen itu terjengkang kebelakang, dan Anne melarikan diri.

Lift dan tangga darurat hanya satu-satunya akses menuju perpustakaan. Anne berlari  kencang ke arah lift. Dibetulkannya letak kacamatanya sambil memencet tombol lift yang lama. Ia menekan lagi dan lagi. Dosen itu terlihat bangkit dari lantai dan mulai berlari gontai menyusul Anne. Jari Anne menekan lebih cepat lagi tombol lift, dan dia putus asa.

Ia berteriak ke bawah, "sebastian! Sebastian tolong aku!!!" Dosen itu sudah akan mencapai pintu keluar dan Anne buru-buru menbuka pintu tangga darurat disebelah lift dan mulai berlari lagi. Tiba-tiba sepasang tangan yang kasar mendorongnya. Anne jatuh menggeliding ke bordes pertama tangga darurat. "Sebastian!" Pekiknya lemah. Air matanya jatuh di lapisan semen yang langsung menyerapnya.

Anne mencoba bangun namun tangannya gemetar dan ia tidak mampu menopang tubuhnya untuk bangun. Kaki kirinya terasa sakit sekali, apakah kakinya patah? Pikirnya panik.

Pintu darurat menutup sendiri dan dosen itu turun perlahan-lahan sambil menyeringai. "Kau lebih memilih disini ya? Padahal di perpus lebih dingin. Mungkin kau pemalu, tapi bagiku dimana saja tidak masalah." Kemudian dia tertawa. Tawanya menggema diruangan itu.

Anne tidak kuasa menahan air matanya, dia menangis sejadi-jadinya. Dia sudah kalah. Dengan tulang yang seperti patah ini ia tidak bisa kabur kemana-mana. Dosen itu mendekat, memegang tangannya lagi seperti tadi dan Anne meronta lagi namun tekanan pada tangannya yang sakit membuat Anne berteriak. "Teriaklah, kau hanya membuatku makin bergairah Anne."

Kalau dosen ini akan memperkosanya, ia berharap untuk diperkosa sampai mati. Atau dosen ini boleh membunuhnya setelah dia menikmati tubuhnya, tidak ada gunanya dia hidup dengan malu seperti itu. Ayah dan Ibunya juga akan sangat sedih dan Anne tidak mau melihat kekecewaan dimata mereka seumur hidupnya. Dengan satu teriakan lagi Anne meneriakkan nama lelaki yang selalu hadir di pikirannya, "SEBASTIAN!!!!"

Lalu satu pukulan di kepalanya membuat semuanya menjadi gelap.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    @deborahana hugs... terima kasih Deb

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
  • siboratukangtulis

    Lanjutttt!

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
Similar Tags
Annyeong Jimin
225      27     0     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
Junet in Book
17      8     0     
Humor
Makhluk yang biasa akrab dipanggil Junet ini punya banyak kisah absurd yang sering terjadi. Hanyalah sesosok manusia yang punya impian dan cita-cita dengan kisah hidup yang suka sedikit menyeleweng tetapi pas sasaran. -Notifikasi grup kelas- Gue kaget karena melihat banyak anak kelas yang ngelus pundak gue, sambil berkata, "Sabar ya Jun." Gue cek grup, mata gue langsung auto terbel...
Forgetting You
20      7     0     
Romance
Karena kamu hidup bersama kenangan, aku menyerah. Karena kenangan akan selalu tinggal dan di kenang. Kepergian Dio membuat luka yang dalam untuk Arya dan Geran. Tidak ada hal lain yang di tinggalkan Dio selain gadis yang di taksirnya. Rasa bersalah Arya dan Geran terhadap Dio di lampiaskan dengan cara menjaga Audrey, gadis yang di sukai Dio.
Tepian Rasa
8      4     0     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Got Back Together
3      3     0     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...
BIYA
0      0     0     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
UNFINISHED LULLABY
2      2     0     
Inspirational
Reminisensi Senja Milik Aziza
9      5     0     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
Astronaut
18      13     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
Neverends Story
29      3     0     
Fantasy
Waktu, Takdir, Masa depan apa yang dapat di ubah Tidak ada Melainkan hanya kepedihan yang di rasakan Tapi Harapan selalu menemani perjalananmu