Read More >>"> In Love With the Librarian (17. Anne-Marie Pacarku) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Love With the Librarian
MENU
About Us  

Anne merasa sudah lebih baik sekarang. Tangan kakinya sudah bisa digerakkan dengan normal. Bibi urut itu hebat sekali. Waktu ia diurut, Anne merasa tangan kakinya sakit sekali seperti dicabut keluar dari badannya, itu sebabnya dia melolong dan tiba-tiba seorang perempuan cantik berambut emas dan berpakaian emas muncul di depannya seperti ibu peri.

Perempuan itu minta bibi urut untuk lebih perlahan lagi mengurut Anne. Anne berpikir mungkin maksudnya supaya darah Anne tidak berceceran dan mengotori lantai marmer kamar yang mewah ini. Anne mengedarkan pandangan kesekeliling kamar putih dengan karpet abu-abu muda menghias di bawah kasurnya. Ia terpana.

Lyn masuk, "kau sudah lebih baik?" Perempuan itu sudah berganti pakaian rumah, tank top dan celana pendek merah yang trendy. Rambut pirangnya dikuncir kuda. Anne iri pada tinggi tubuh Lyn dan kerampingannya bak model Guess. Anne mengangguk.

Lyn tersenyum, kemudian ia tertawa. Giginya rapih dan putih, jika Anne adalah lelaki ia akan langsung menikahi perempuan didepannya ini. "Ekspresimu lucu Anne, terlalu jujur untuk seorang gadis. Tidak heran Bas menyukaimu."

"Kurasa Bas hanya kasihan padaku Kak." Anne tertawa canggung, "aku berhutang banyak padanya dan tidak tau bagaimana aku harus membayarnya."

"Oh~ jangan khawatirkan itu sayang." Lyn merangkul bahu Anne. "Kami keluarga Lingga tidak pernah kekurangan materi, tapi kami kekurangan kasih sayang. Jika kau tidak keberatan, bayarlah Sebastian pakai itu." Anne menunduk. "Kau tidak menyukainya ya? Dia memang playboy sih, aku tidak menyalahkanmu."

"Bukan itu kak... aku dan Bas berbeda sangat jauh. Keluargaku bukan orang berpunya, keluargaku hanya punya kasih sayang," Anne tertawa, air matanya tanpa bisa dibendung mengalir dari sudut matanya.

"Kalau begitu kalian bisa saling melengkapi bukan?" Lyn mengambil tissue dan menghapus air mata dari wajah Anne. Perempuan ini tenang sekali dan lembut, seperti ibu peri. "Bas mencintaimu."

Ketika kata-kata itu keluar dari Lyn, terdengar berbeda dengan jika itu keluar dari kak Dru atau orang lain. Anne menatap Lyn tidak percaya--setengah hatinya melambung dan membuatnya merona; setengah hatinya lagi seakan teriris ironi. "Bas itu idola para mahasiswi kak, kurasa itu bukan ide yang bagus karena reputasinya akan pudar. Belum lagi aku tidak tau apakah keluarga Bas akan setuju." Anne melihat Lyn dan buru-buru memperbaiki keterangannya, "maksudku mungkin kau setuju, tetapi keluarga yang lain mungkin akan beranggapan yang mengerikan terhadapku.

"Aku ingin kakak tau, aku tidak mendekati Bas karena status, kekayaan dan lainnya. Aku bahkan melamar bekerja disini selama liburan which is sekitar minggu depan aku sudah bisa mulai."

"Ada lowongan kerja disini? Oh~ aku baru tau, Bas tidak bilang apa-apa padaku."

"Kata Bas, aku bisa bekerja sementara disini sebagai pelayan inval--menggantikan pelayan yang pulang. Bayarannya cukup bagus, jadi aku menerimanya." Anne menjelaskan. Lyn tampak terkejut sekali sambil memegang dadanya.

"Tidak, kau tidak bisa Anne. Aku tidak menyetujuinya. Lagipula, mom and dad akan pulang minggu depan."

"Mom and dad pulang minggu depan?" Bas berdiri di muka pintu bersama Liam dan Dru. Bas menyerbu masuk dan menghampiri Lyn. "Kenapa baru bilang?"

"Aku baru tau tadi, mom texting... Mereka mau mengurus perceraian." Lyn tertunduk, Bas duduk disamping Anne dan Lyn. Anne ikut merasa sedih. Liam dan Dru saling bertatapan.

"Yah, paling tidak lebih baik begitu, ketimbang mereka berstatus suami istri tetapi bahkan bertemu juga hampir tidak pernah." Bas menatap Anne, memberikan pengertian atas kondisi rumah tangga keluarganya.

"Yuk Anne, kita keluar dulu." Liam mengajak Anne meninggalkan ruangan dan membiarkan kakak beradik itu berbicara secara probadi. Dru mendahului Liam keluar pintu.

Mereka berjalan keluar rumah dan duduk di kursi taman di teras samping rumah Bas yang besar itu. Mereka duduk bertiga dengan Anne ditengahnya. "Jadi kau sudah tau kan betapa kacaunya keluarga Bas, dan mengapa Bas begitu liar." Anne mengangguk. Liam menyampirkan lengannya dibelakang Anne. "Aku hanya takut kau terluka Anne, aku tidak punya maksud lain daripada itu."

"Bas yang malang..."

"Dulu kami pikir kami yang malang. Hanya punya sedikit kebebasan karena orang tua kami melarang ini itu. Sekarang aku bersyukur memiliki finansial yang bagus, keluarga yang lengkap, basket." Ujar Dru menerawang.

"Yeah... tadinya aku sekalian ingin mengajak Bas main basket, sekitar sini ada lapangan yang bagus. Sekalian latihan untuk minggu depan." Liam terdiam. "Bas menelpon kemarin, mengenaimu. Kau tidak apa-apa?" Anne mengangguk.

"Aku sudah tau dosen itu berniat tidak baik padamu. Kemarin aku sudah memperingatkan Bas, dia berpikir aku mengambil kesempatan mendekatimu." Anne mendongak keatas. Liam tersenyum padanya. Beda dengan Bas, senyum Liam menenangkan hati. "Anne, Bas benar-benar menyukaimu. Ia pasti pernah memintamu jadi pacarnya kan? Apakah kau tidak suka padanya?"

"Kak, aku menyukai Bas. Tetapi aku bukan gadis yang menerimanya hanya semata-mata karena aku menyukainya. Aku tidak mau berpacaran dengan Bas dan menyakiti pacarnya yang lain, atau orang tuanya tidak setuju, atau teman-temannya tidak setuju, atau yang lainnya. Banyak hal yang aku pertimbangkan sebelum aku menerimanya kak..."

"Anak yang baik kau Anne, jarang ada perempuan sepertimu." Dru mengacak-acak rambut Anne dengan sayang. "Sana mandi, rambutmu keras tuh." Dru menyeringai padanya. Mereka bertiga tertawa.

Anne berdiri dan menemukan Bas berdiri disana, berjarak dibelakang mereka. Jantungnya berhenti sedetik dan kemudian berharap Bas tidak mendengar pengakuannya. "Aku perlu mandi, Bas. Kata kak Dru aku bau." Anne mencoba melucu. Bas hanya tersenyum.

"Mandilah, ada handuk di lemari dan beberapa kaos. Jika tidak cocok pergilah ke Lyn." Anne mengangguk dan melewati Bas. Bas menangkap tangannya, meremasnya, kemudian melepaskannya sebelum ia berjalan kearah teman-temannya.

Malam itu Bas mengajak Anne dan Lyn untuk makan malam. Lyn menolak dengan alasan Bas hanya basa-basi mengajaknya padahal ia hanya ingin mengajak Anne. Bas tertawa, mencium kening Lyn dan pergi berdua dengan Anne. Anne cantik sekali dalam baju pinjaman dari Lyn walaupun sedikit kepanjangan karena Lyn lebih tinggi dari Anne.

Mereka nonton di bioskop dan makan di Lamian Palace--tempat yang sedang-sedang saja--pilihan Anne. "Ah~ Bas, kenyang sekali." Anne tertawa. Bas menyetir mobilnya dan masuk ke parkiran rumahnya.

"Kuambil pakaianku ya kemudian kau bisa mengembalikan aku ke asrama kampus."

Anne membuka seat belt-nya namun ia tidak keluar. Bas menahannya di kursinya, "besok Anne, besok kupulangkan kau ke asrama. Hari ini kumohon tinggallah semalam lagi disini." Bas menatapnya dalam gelap, sinar matanya lembut dan pantulan bulan menghias disana. Anne mengangguk, hanya ini yang bisa diberikan Anne untuk membalas kebaikan Bas.

Anne berganti pakaian dengan kaos Bas sebagai baju tidur. Bas menunggunya di kamarnya. Anne berpapasan dengan Lyn ketika Anne mengetuk pintu Bas, dan rona malu-malu menghiasi wajahnya. Lyn tersenyum dan berteriak dari luar pintu, "Bas, ingat... jangan kau apa-apakan Anne kalau kau tidak serius dengannya. Aku akan membunuhmu demi Anne." Lyn berteriak begitu keras seakan-akan semua pelayan juga harus tau. Darah naik cepat ke pipi Anne. Lyn mengedipkan satu mata ke Anne.

Bas tiba-tiba membuka pintunya, dengan cepat menarik Anne masuk. Dan membalas Lyn, "Cerewet!" Lyn tertawa sambil melewati kamar Bas. Bas menutup pintu.

"Aku sudah mencari film untuk kita tonton." Bas memegang tangan Anne.

Anne mendongak ketika Bas berdiri terlalu dekat. "Kau belum puas nonton tadi?"

"Bukan tidak puas Anne. Aku senang kau disini dan aku tidak ingin waktuku denganmu terbuang begitu saja. Duduklah di ranjang."

"Di ranjang?"

"Kau mau duduk di lantai di ruang sedingin ini? Kau bisa kena rematik nanti." Keterangan Bas masuk akal. Anne beranjak naik ke ranjang Bas yang tinggi.

Kamar Bas luas dan juga berwarna putih, namun dengan hiasan poster pemain basket tertempel dimana-mana. Samping kiri kanan ranjangnya terdapat nakas dengan lampu samping berwarna kuning. Ada meja pendek disana dan TV itu berdiri begitu besar. Bas duduk di depannya, mengutak atik sesuatu, kemudian dia mundur untuk duduk disebelah Anne.

"Film apa?"

"Horor."

"Bas, aku takut." Mata Anne memelas.

Bas tertawa, matanya berkilat-kilat, "Jangan khawatir, aku juga penakut." Lesung pipit Bas menghiasi senyumnya.

Bas tidak mengada-ada, dia juga sama penakutnya dengan Anne. Mereka bersembunyi dibawah bed cover ketika hantu Thailand itu keluar, menjerit bersama, dan tertawa ketika melihat reaksi satu sama lainnya.

Film selesai dengan Anne berada di pelukannya dan Bas merasa aman. "Aku bisa mati lemas Anne kalau nonton sendiri." Bas tergelak dan Anne mengikutinya. "Kau mau nonton lagi?" Anne mengangguk.

Bas memilih film drama romantis barat, Anne menangis sepanjang film sementara Bas hanya sampai berkaca-kaca saja. "Cengeng kau Anne ternyata. Kau menghabiskan tissue dikamarku."

Anne memukul dada Bas, "Kau tidak tau rasanya!" Anne menangis lagi.

"Kau pernah ciuman seperti itu? Apa rasanya?"

"Bukan begitu..." ketika Anne mendongak, ia terpana dengan wajah Bas dan tatapan matanya. Wajah itu mendekat dan bibir Bas menyentuh bibirnya, kemudian wajahnya menjauh. "Bas~," Anne menyentuh bibirnya.

"Maafkan aku Anne...," Bas menoleh kearah lain. Ketika ia menoleh ke Anne, wajah Anne mendekat dan Anne melingkarkan tangannya di leher Bas. Giliran Anne yang mencium Bas. Bas membalasnya dengan satu tangan memeluk pinggang Anne.

Ketika ciuman itu terputus Bas bertanya. Ia harus bertanya dan mendapatkan komitmen dari Anne, "kau mau jadi pacarku?"

Anne dengan senyum malu-malunya menjawab dengan anggukan. "Ya, Bas. Aku mau jadi pacarmu." Mata Anne kembali berkaca-kaca. Ia tidak tau apakah ini karena ia memang menginginkan Bas menjadi pacarnya atau efek dari film drama romantis yang baru di tontonnya.

Dengan begitu, Anne resmi menjadi pacar Sebastian. Bas merasa senang yang luar biasa, seakan punggungnya bersayap.

Esoknya Bas mengembalikan Anne ke perpustakaan untuk shift pagi. Anne mengenakan kaos Bas dan menukarnya di asrama dengan kemeja kotak-kotak beige. "Kujemput setelah kau selesai ya."

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    @deborahana hugs... terima kasih Deb

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
  • siboratukangtulis

    Lanjutttt!

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
Similar Tags
Bulan Dan Bintang
26      16     0     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
Catatan 19 September
143      36     0     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
Kyna X Faye
31      11     0     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
Untouchable Boy
8      4     0     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...
Perjalanan Kita: Langit Pertama
25      13     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Menghukum Hati
2      2     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
#SedikitCemasBanyakRindunya
38      13     2     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
My Andrean
74      16     0     
Romance
Andita si perempuan jutek harus berpacaran dengan Andrean, si lelaki dingin yang cuek. Mereka berdua terjebak dalam cinta yang bermula karena persahabatan. Sifat mereka berdua yang unik mengantarkan pada jalan percintaan yang tidak mudah. Banyak sekali rintangan dalam perjalanan cinta keduanya, hingga Andita harus dihadapkan oleh permasalahan antara memilih untuk putus atau tidak. Bagaimana kisah...
fall
40      13     0     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
injured
23      11     0     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.