Read More >>"> Akai Ito (Complete) (Enam) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Akai Ito (Complete)
MENU
About Us  

Kamu melihatku menangis,

Air mataku bersinar di matahari terbenam.

Bahkan jika aku tidak menginginkan

Hatiku, badanku, mereka mengingat kehangatan dari bahumu…

~Hitomi Wo Tojitte,Ken Hirai~

Pekerjaan dan rutinitas yang sama terkadang membuat orang merasa bosan. Dan hal ini berakibat pada kinerja yang tidak baik. Oleh karena itu, untuk memulihkan semangat para karyawan pihak rumah sakit Citra Medika mengajak beberapa karyawannya untuk loka karya, tak hanya itu pihak fakultas ekonomi juga di ajak turut serta selain sebagai ungkapan terima kasih untuk bantuannya selama ini juga agar untuk merayakan beberapa kemajuan yang dicapai oleh rumah sakit. Bis sudah di penuhi oleh banyak karyawan yang hendak mengikuti lokakarya. Hanya beberapa saja yang belum datang. Seseorang tiba-tiba datang dan membungkukkan badannya, rambut panjangnya yang terurai rapi berjatuhan.

“Ma’af saya terlambat,” ucapnya.

Semua orang pun memandang ke arah suara itu.

“Oh, kau Naura.. tak apa untung saja bisnya belum berangkat,” ucap Randy. “Tapi karna kau terlambat datang aku sudah terlanjur duduk bersama dengan Sifa. Karna ku pikir kau tidak ikut,” tambahnya.

“Oh, ya tak apa. Ngomong-ngomong ada bangku yang masih kosong gak?” tanya Naura.

“Emmm...,” gumam Randy sembari memeriksa bangku yang masih kosong. “Ada dua bangku yang masih kosong Ra,”

“Dimana?” tanya Naura antusias dengan menenteng tas punggungnya.

“Di samping bangku profesor Daniel...,” ucap Randy.

“Loh, profesor tidak naik mobilnya sendiri?”

“Nggak, tadi dia mesen ke gue suruh bokingin tempat. Kayaknya dia bakalan pergi bareng kita semua,”

“Ahhhh,,,,” desah Naura.

“Kenapa? Loe gak mau duduk di samping profesor?”

“Nah, itu loe tahu kenapa masih nanya?”

“Takut gosip menyebar lagi ya...,”ledek Randy.

“Kak Randyyy......!!!!” seru Naura.

“Iya,,iya...ma’af...ma’af....,” ucap Randy.

“Gue juga ogah duduk di samping profesor Ra,” sela Sifa. “Makanya gue maksa duduk di samping Randy, hehe...,”

“Heehhh...bilang aja kalau loe berdua emang mau berduaan. Iya kan?”

“Nah tuh loe pinter,” ucap Randy.

“Sudah deh, bangku yang kosong lagi dimana?” tanya Naura dengan dahi sedikit berkerut karna ledekan teman-temannya tadi.

“Tuh...,” ucap Randy dan Sifa serempak sembari menunjuk ke tempat duduk berisan ke tiga dibelakang supir,”

“Oke deh kalau gitu gue duduk di situ saja,” ucap Naura tanpa melihat terlebih dahulu Naura langsung menuju bangku itu. Dia menundukkan kepalanya seraya menyapa orang yang akan duduk di sampingnya itu. Tapi begitu terkejutnya dia melihat lelaki itu, hingga tas yang semula tergenggam rapat dalam cengkeraman tangannya beringsut turun seketika. “Raka....!!!”

“Iya, ini gue. Kenapa loe?” tanya Raka sinis seperti biasanya melihat keterkejutan Naura.

“Oh, ternyata loe yang duduk disini. Gue pikir....,”

“Kenapa loe gak mau duduk di samping gue!” ucap Raka setelah menebak pikiran Naura yang terbesit untuk membatalkan duduk di sampingnya.

“Bukan..bukan begitu. Gue...gue cuman....,”

“Terserah loe mau duduk di sini atau tidak. Gue gak masalah!” tegasnya. “Atau loe mungkin lebih seneng duduk berdua dengan profesor loe yang agak sombong itu...,” ucap Raka menunjukkan ketidaksukaannya pada profesor Daniel.

“Nggak!! Siapa bilang gue gak mau duduk disini. Gue akan duduk disini...,” ucap Naura sembari meletakkan tas ranselnya di tempatnya. Sementara tas kecilnya masih menggantung di pundak kirinya. Dia pun menghempaskan tubuhnya di tempat duduk disamping Raka.

“Loe yakin duduk sini? Loe gak takut sama gue....,” ucap Raka sembari mendekatkatkan wajahnya ke arah Naura hingga dia dapat merasakan desahan nafas Naura dan tubuh Naura yang tiba-tiba menegang.

“Ti...ti..dak.... kenapa gue harus takut sama loe...,” ucap Naura terbata-bata.

“Loe harusnya takut sama gue karna loe punya salah yang sangat besar pada gue. Dan gue masih belum membalas apa yang telah loe lakuin ke gue. Jadi loe harus bersiap untuk itu,” jelas Raka.

Seketika itu tubuh Naura menegang karna penjelasan Raka. Tubuhnya seolah membeku seketika mendengar ucapan dingin dari lelaki yang pernah di cintainya dan bahkan masih dicintainya itu. Hingga bus melaju pun ia tak tahu bahwa ada sepasang mata dingin yang duduk di bangku terdepan yang mengawasinya dengan tajam lewat cermin yang tergantung di atas depan supir. Meskipun suasana tak begitu hening karena beberapa karyawan lainnya saing berdendang untuk mengisi kebosanan tapi Naura dan Raka sama-sama terdiam seribu bahasa.

“Raka...,” ucap Naura sedikit lemah tapi Raka tak mempedulikannya dan tetap memusatkan pandangannya dari pemandangan di luar jendela kaca. “Raka, gue tahu gue emang pernah berbuat salah sama loe. Dan bahkan hidup loe hancur gara-gara gue. Dan gue terima apapun yang akan loe lakuin ke gue,” jelasnya tapi yang di ajak bicara tetap tak menggubris perkataannya. “Sudahlah, gue cuman mau bilang... terima kasih...,” ucap Naura. Dan kata-kata itu pun mampu untuk mengalihkan pandangan Raka untuk menatap gadis itu. Setelah tahu orang yang diajaknya bicara kini memandangnya untuk menelisik maksud perkataannya dia pun akhirnya mengucapkan kata-kata yang membuat lelaki itu bingung atas ucapan terima kasihnya. “Terima kasih telah memelukku saat itu, hingga aku tak merasakan sakit....,” ucap Naura dengan wajah berseri-seri dan tersenyum manis seolah menandakan bahwa kebekuan yang tadi menyegelnya telah hancur, kini gadis itu telah mampu menguasai dirinya sendiri.

Raka tahu maksud perkataan gadis itu dan itu mengingatkannya pada kejadian beberapa minggu lalu dimana dia memeluk gadis itu yang menahan rasa sakitnya sebelum menjalani operasi. Saat itu entah apa yang Raka rasakan, tanpa berpikir dan tanpa memperhatikan rasa sakitnya sendiri akibat ulah gadis itu, tubuhnya secara spontan memeluk gadis itu. Karna melihat gadis itu kesakitan lebih membuatnya kesakitan daripada rasa sakit yang dimilikinya sendiri.

Sudah dua jam lebih bus melaju tapi masih belum membawa mereka ke tempat tujuan. Banyak orang yang sudah lelah berdendang dan mulai tidur untuk memuaskan rasa kantuknya. Dan beberapa ada beberapa orang yang berlalu lalang saling bertukar makanan atau minuman dengan rekannya untuk mengisi perut mereka yang mulai terasa lapar. Dan hal itu tentu saja kadang mengganggu Naura yang tidak duduk di samping jendela kaca, sehingga kepalanya yang terkadang terjatuh ke samping kanan karena ketiduran tersenggol oleh beberapa orang yang lewat hingga dia tak bisa menikmati tidurnya.

“Ma’af...ma’af...,” hanya kata-kata itu yang mereka ucapkan ketika mereka tanpa sengaja menyenggol kepala Naura.

Sementara Raka yang memperhatikan kejadian yang berulang itu merasa risih juga. Dan akhirnya dia pun menyuruh Naura untuk bertukar tempat duduk dengannya.

“Loe sebaiknya duduk disini...,” ucapnya sembari berdiri untuk bertukar posisi dengan Naura.

“Kenapa? Gak usah...,” tolak Naura.

Untuk mencegah perdebatan yang lebih lama dengan gadis itu akhirnya Raka menarik gadis itu, hingga gadis itu bergeser ke tempat duduknya yang semula.

“Loe sebaiknya duduk disitu saja. Dan jangan pernah sekali-kali bantah perintah gue..!” tegas Raka.

Naura hanya senyum-senyum kecil melihat kelakuan Raka itu. Dia tahu bahwa laki-laki itu sedari tadi mengkhawtirkannya karna beberapa orang menyenggol kepalanya dan mengganggu tidurnya.

“Loe ternyata masih peduli sama gue Raka. Bahkan untuk hal sekecil ini,” gumamnya. Dan dia pun kembali melanjutkan tidurnya sampai bus itu berhenti di tempat tujuannya.

*****

Beberapa jam kemudian bis sudah memasuki lokasi penginapan mereka. Sebuah villa besar bertengger menunggu untuk mereka masuki.Semua bersorak sorai dan merasa puas. Perjalanan nan panjang dan melelahkan itu akhirnya dapat terobati dengan pemandangan yang indah di sekitar villa. Satu persatu turun dari bis dengan membawa serta barang bawaan mereka masing-masing. Pembagian kamar pun dilakukan setelah mereka memasuki ruangan besar bak aula tempat mereka berkumpul.Naura mendapat Sifa sebagai teman sekamarnya dan itu membuat mereka berdua tampak begitu senang.Pasalnya sifat Sifa yang periang sangat di sukai oleh Naura karena dia tak kaku kalau di ajak bicara.Usai pembagian kamar semua di izinkan untuk beristirahat di kamarnya masing-masing untuk beristirahat melepas lelah karena berada dalam perjalan kurang lebih setengah harian.

Pukul 04.00 mereka berkumpul untuk membahas kegiatan yang akan dilakukan selama tiga hari ke depan. Kegiatan sepenuhnya di mulai dari esok pagi hingga menjelang sore hari. Dengan kegiatan mencari harta karun di hutan. Beberapa sudah di bagi ke dalam regu masing-masing dan mereka hanya perlu mencari bendera kecil yang disembunyikan di hutan untuk mendapatkan petunjuk dimana harta karun itu berada. Harta karun yang tersimpan sesuai dengan jumlah regu yang ada sehingga masing-masing regu harus berusaha secepat mungkin untuk menemukan harta karun mereka karena penilaian dilakukan berdasarkan waktu siapa yang paling cepat menemukan harta karun itu.

Mentari tlah menyingsing di ufuk barat.Terik sinarnya mengintip di balik jendela kaca tempat tidur mereka. Mereka hanya memicingkan mata karena sinar itu mengganggu tidur mereka tanpa mereka sadari bahwa hari sudah mulai menunjukkan jam 08.00 pagi. Suara sirine tanda berkumpul berbunyi dan itu sontak membangunkan mereka semua dari tidur panjangnya.Mau tidak mau mereka harus segera bersiap untuk sarapan dan berkumpul di bawah.Usai makan kegiatan pun di mulai.Suara peluit panjang melepas kepergian tujuh regu ke hutan untuk menyelesaikan misi mereka. Yang tertinggal di penginapan hanyalah dr.Farhan, dr. Melisa, dr. Handy, dr. Raka, perofessor Daniel dan beberapa bapak ibu dosen Fak. Ekonomi yang turut serta.Sementara tujuh regu yang diberangkatkan terdiri dari komposisi asiten dosen dan karyawan rumah sakit.

Naura, Sifa, Randy, dan 3 orang karyawan rumah sakit berada dalam satu tim yang sama. Mereka berhasil menemukan satu per satu tanda bendera yang mengantarkan mereka ke lokasi dimana harta karun itu berada. Pukul 17.00 tepat mereka sudah menemukan harta karun itu dan segera bergegas untuk kembali ke tempat berkumpul. Di aula berkumpul ternyata sudah ada dua regu yang sampai terlebih dahulu di banding regu Naura.Tapi mereka tetap senang. Meskipun bukan yang pertama tapi setidaknya mereka bukanlah regu yang paling akhir menemukan harta karun itu. Tapi tiba-tiba Naura tersadar bahwa ada sesuatu yang hilang dan dia panic mencari barang itu.

“Kau kenapa Ra…,” tanya Sifa yang mendapatinya sibuk mencari sesuatu.

“Aku mencari sesuatu…,”

“Apa?Apa yang kau cari?”

“Ah, bukan, bukan apa-apa.Mungkin jatuh di hutan saat perjalanan pulang tadi. Aku akan mencarinya ya…,”

“Tap…tapi Ra. Kau akan mencari sendiri ke dalam hutan…,”

“Iya taka pa Sifa. Mumpung belum malam, aku akan mencari sekarang dan akan segera kembali ya…,” ucap Naura dengan bergegas pergi meninggalkan Sifa yang masih duduk termangu dan kebingungan.

“Baiklah hati-hati dan cepat kembali…,” ucap Sifa pada Naura yang kini sudah Nampak jauh dari pandangannya.

Randy yang melihat hal itu bertanya pada Sifa tentang apa yang terjadi. Dan Sifa pun menjelaskan pada Randy bahwa Naura hendak pergi sebentar ke dalam hutan untuk mencari barangnya yang terjatuh.

*****

Hari mulai menjelang malam.Semua regu pun sudah berkumpul di Aula penginapan. Beberapa saat lagi pengumuman pemenang pencarian harta karun dan serangkaian outbond yang telah mereka lakukan selama beberapa hari kemarin akan diumumkan. Panitia penyelenggara mengecek kelengkapan anggota masing-masing regu.Tapi tiba-tiba terhenti ketika Professor Daniel tiba-tiba bertanya pada Sifa dan Randy keberadaan Naura.

“Sifa, Randy, dimana Naura?”

Randy dan Sifa pun bingung hendak menjawab pertanyaan Professor Daniel pasalnya Naura pergi ke hutan dan belum kembali-kembali sampai saat ini.

“Naura….,” Sifa terbata-bata.

“Naura balik ke hutan professor…,” jawab Randy.

“Kenapa dia balik ke hutan?” tanya professor Daniel penuh selidik.

“Ada barangnya yang hilang prof, dia pikir itu jatuh di hutan..,” jelas Sifa.

“Kami pikir hanya sebentar prof, tapi sampai sekarang belum kembali juga…,” jelas Randy.

Sifa menangis sesenggukan mencemaskan keadaan Naura.Pasalnya dia merasa bersalah karena tadi tidak berniat untuk membantu Naura mencari barangnya yang hilang.Rasa kecemasan terlihat di beberapa panitia penyelenggara.Termasuk Raka yang mendengar bahwa Naura belum kembali juga sampai saat ini.

“Segera telfon tim sar untuk mencari Naura,” ucap dr Farhan yang juga di setujui oleh panitia lainnya.

Raka yang duduk di antara mereka di penuhi dengan kecemasan.Dia langsung mengambil jaket di sebelah tempat duduknya dan bergegas pergi meninggalkan mereka.

“Kau mau kemana dokter Raka?” tanya dokter Melisa yang mendapati Raka beranjak dari tempat duduknya.

“Mencari Naura..,” ucap Raka.

“Kita tunggu saja sampai tim sar datang dr. Raka,” ucap dokter Farhan.

“Tidak bisa dokter….,” ucap Raka.

“Jangan gegabah dokter Raka, nanti kalau kamu hilang jug……,” ucap Prof Daniel yang belum selesai dan dipotong pembicaraannya oleh Raka.

“Aku tidak bisa menunggu. Dia takut gelap………..,” seru Raka sembari beranjak pergi ke dalam hutan.

Semua panitia dan peserta pun heran dengan kelakuan Raka.Mereka tak habis piker kenapa Raka begitu khawatirnya dengan mahasiswi yang hilang itu.Dan mendengar dari omongannya yang mengatakan bahwa Naura takut gelap membuat mereka menduga-duga hubungan di antara keduanya.Termasuk Professor Daniel. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sendiri hari ini juga beberapa minggu yang lalu. Dia sudah menyimpan curiga itu sejak lama, tentang hubungan di antara keduanya.

“Apa hubungan mereka sebenarnya…,” gumam Prof. Daniel dalam kecemasannya akan keadaan Naura.

*****

Tim sar menyusur setiap hutan dan mencari keberadaan Naura. Turut serta dokter Farhan, Prof. Daniel dan dosen pria lainnya.Naura meringkuk ketakutan dengan bersandar di sebuah batu besar.Sementara Raka berkeliling mencari keberadaan gadis itu. Tiba-tiba ia mendengar isak tangis seseorang. Dengan bercahayakan lampu senter Raka mendapati Naura yang meringkuk dengan wajah pucat dan pakaian lusuh.

“Naura…,” ucap Raka.

Naura hanya diam tak menanggapi seseorang yang berada di hadapannya. Beberapa tim sar dan anggota panitia yang turut mencari pun menemukan Raka yang juga baru saja menemukan Naura.

“Naura, ini aku…,” ucap Raka sembari mendekati Naura perlahan demi perlahan. Anggota tim sar dan yang lainnya hanya mengamati.

Raka mengulurkan tangannya hingga menyentuh pergelangan tangan gadis itu.Naura yang sudah mengenal betul siapa pemiliki tangan itu pun merubah posisi tubuhnya dan melihat seseorang yang mengulurkan tangan itu.

“Raka…………….,” desahnya.

“Iya, ini aku…Raka…..,” ucap Raka.

Kemudian Naura pun segera memeluk Raka yang kini berada di depannya dengan mensejajari posisinya yang duduk.

“Raka aku takut. Aku tak bisa melihat apa-apa…..,” isaknya dalam pelukan Raka.

“Naura kau tidak apa-apa….,” tanya Prof. Daniel yang sontak membuat Naura menyembunyikan dirinya dalam pelukan Raka karena mendengar suara itu. Mendapati hal itu Prof. Daniel keheranan dengan sikap Naura yang seolah tidak mengenalnya.“Naura ini saya, Professormu.Professor Daniel….,” ucapnya lagi.

“Raka aku takut.Siapa dia, jangan biarkan dia mendekatiku Raka……,” ucap Naura dengan suara lemah.

Prof. Daniel tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Naura tidak ingin dia mendekatinya.Bukan hanya dia, Naura tidak ingin di dekati oleh siapapun yang ada di tempat itu kecuali Raka.

“Taka apa Ra, mereka orang-orang yang baik kok,” jelas Raka.

“Nggak mau pokoknya aku gak mau sama mereka Ka,” ucap Naura yang tentu saja masih dengan isak tangisnya seperti anak usia lima tahunan.

“Baiklah kalau begitu, ayo kita kembali pulang,” ucap Raka pada Naura. “Kau bisa jalan..,” tanya Raka kemudian yang membantu Naura berdiri dari posisi duduknya. Naura tak menjawab pertanyaan Raka.Dia hanya menggelengkan kepalanya.Raka tahu alasan Naura tak bisa berjalan.Rasa takut yang berlebihan pada kegelapan itu membuatnya begitu lemas hingga tak bisa menopang tubuhnya sendiri.“Baiklah aku akan menggendongmu,” ucap raka.Sembari membungkukkan badan dan meminta Naura untuk naik di punggungnya.Naura naik di punggung Raka dan menenggelamkan wajahnya hingga tak satupun yang dapat melihat raut wajahnya.Yang mereka tahu tentang keadaan Naura hanya satu, isak tangis gadis itu berhenti.

Tim sar kembali ke tempat mereka dan semua pun kembali ke kamar masing-masing. Acara pengumuman pemenang akan ditunda besok mengingat kondisi Naura yang tidak begitu baik. Sifa menangis tak henti melihat kondisi Naura yang terkulai lemas di tempat tidur.Raka yang telah membaringkan Naura di tempat tidur meminta Sifa untuk menyiapkan air hangat untuk membersihkan beberapa sisa-sisa tanah liat yang menempel di wajah Naura. Prof. Daniel, dr. Farhan, dr. Melisa dan lainnya melihat kondisi Naura di ambang pintu kamar tidur Naura. Raka pun beranjak pergi ketika Sifa bersiap tengah membersihkan badan Naura.

“Tolong jaga dia ya…,” ucap Naura pada Sifa.

“Baik dok…,” ucap Sifa

Prof. Daniel, dr. Farhan, dr. Melisa dan beberapa panitia lainnya menunggu penjelasan dari Raka tentang kondisi Naura.

“Dia baik-baik saja sekarang….,” ucap Raka.

“Tapi, kenapa dia begitu ketakutan…,” tanya dr. Melisa.

“Nyctophobia…………..,” ucap dr. Farhan, dokter senior diantara mereka.

“Ya, dokter benar.Nyctophobia, Naura menderita penyakit itu…,” ucap Raka.

“Apa Nyctophobia itu? Dan kenapa dia bisa menderita penyakit itu?” tanya Prof. Daniel yang tengah dipenuhi berbagai rasa penasaran.

“Nyctopobhia adalah penyakit dimana seseorang takut akan kegelapan. Ketika dia tidak melihat cahaya sedikitpun dia akan merasa ketakutan setengah mati dan tubuhnya akan terasa lemas perlahan-lahan akibat ketakutannya yang berlebihan itu.Itulah yang terjadi padanya,” jelas Raka.

“Itukah kenapa dia sangat ketakutan. Tapi kenapa dia bahkan tidak mau di dekati oleh orang lain? Dan tunggu, kenapa kau bisa tahu dia mempunyai penyakit itu?” tanya Prof. Daniel dengan penuh selidik.

“Professor haruskah kau bertanya terlalu jauh…,” ucap dr. Melisa.

“Kenapa, apa aku tidak boleh bertanya tentang hal itu..?” tanya Prof. Daniel.

“Ya, boleh tapi….tapi….itukan terlalu……….,”ucap dr. Melisa yang tak selesai karena di potong oleh Raka.

“Kami pernah tumbuh bersama…,” ucap Raka yang tentu saja membuat Prof. Daniel terkejut bukan main. Tapi ia masih diam mendengar penjelasan Raka lebih lanjut. Raka pun menceritakan semuanya :

“Sewaktu kecil ada kawanan perampok  yang berusaha untuk masuk rumah kami pada malam hari. Perampok itu berjumlah 2 orang dari yang dapat kami lihat. Dia mengenakan baju serba hitam dan topeng serba hitam, mereka menyandera Naura dengan meletakkan sebuah golok panjang di depan lehernya. Naura menangis ketakutan bukan kepalang.Aku hanya bisa berdiam diri dalam pelukan mamaku.Dan papaku mencoba untuk bernegosiasi dengan perampok itu.Meminta untuk melepaskan Naura dan mereka bebas mengambil apapun seisi rumah kami.Tapi perampok itu tak juga melepaskan Naura meski kawanannya telah mengosongkan semua benda berharga dari rumah kami. Kemudian tiba-tiba lampu padam seketika, bukan hanya mereka yang panic tapi kami sekeluarga juga panik karena tak bisa melihat apapun. Naura pun menjerit dan berusaha untuk melepaskan diri dari perampok itu.Terdengar terikan yang hebat dari seseorang malam itu.Dan ketika lampu menyala kembali salah satu teman perampok itupun sudah tergeletak bersimbah darah di lantai rumah kami.Golok yang sedari tadi dipegangnya mengenai tubuh temannya sendiri.Dan melihat semua kejadian itu Naura pun jatuh pingsan tak sadarkan diri hingga beberapa hari dia begitu ketakutan. Setelah kejadian itupun tiap lampu padam dia akan meringkuk memeluk lututnya dan tidak berani bergerak sedikitpun dari tempatnya berada. Dia bahkan tak mau siapapun mendekatinya termasuk mama dan papa.Hanya aku yang bisa mendekatinya.Hal ini karna sebelum pingsan selama beberapa hari akibat kejadian tragis waktu itu akulah orang terakhir yang dilihatnya.Dan ketika dia sadar nanti dia tidak akan lagi mengingat kejadian yang terjadi semalam, itu adalah bentuk perlindungan dirinya,” jelas Raka.

“Itukah alasan kenapa dia tak mau aku mendekatinya…,” desah Prof. Daniel.

Raka tak harus menjawab semua dugaan Prof. Daniel juga semua pertanyaan-pertanyaan yang mungkin masih saja bersarang di kepalanya.Raka meninggalkan semua dokter, dosen dan panitia-panitia lainnya di ruang tamu.Dia beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan beristirahat.Pasalnya tenaganya rasanya terkuras habis, bukan karena kelelahan mencari Naura tapi lebih karena dia terlalu mencemaskan gadis itu.

“Kenapa kau masih belum bisa sembuh dari traumamu itu Naura….,” gumam Raka dalam hati.

*****

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • FPujii

    Hai, Kak... aku udah baca loh, asik ya... jangan lupa baca ceritaku juga yaa, Script Sweet di TWM18

    Comment on chapter Prolog
  • ShiYiCha

    Hallo, Kak. Kebetulan aku lihat cerita ini waktu lagi melacak TWM, dan akhirnya mampir, deh karena tertarik sama cover dan blurbnya. Semangat terus, ya Kak menulisnya... Kutunggu karya-karya selanjutnya.
    By the way, klo boleh kritik/saran, nih... di beberapa kalimat di chapt. prolog masih ditemui kesalahan tanda baca. Setahuku sehabis ... tidak perlu ada ...(,). Terus titik2 sebagai jeda itu formalnya hanya bisa diketik 1x atau 3x. Maaf, ya kak klo salah.
    Anyway, kalo boleh tolong likeback, ya

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Communicare
0      0     0     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Let Me Go
304      246     4     
Short Story
Dear Groom
289      231     5     
Short Story
\"Kadang aku berpikir ingin seperti dulu. Saat kecil, melambaikan tangan adalah hal yang aku sukai. Sambil tertawa aku melambaikan tangan pada pesawat yang lewat. Tapi sekarang, bukan seperti ini yang aku sukai. Melambaikan tangan dengan senyuman terpaksa padanya bersama orang lain.\"
Good Art of Playing Feeling
2      2     0     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
Unending Love (End)
81      18     0     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...
Foto dalam Dompet
284      224     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Surat Kaleng Thalea
44      16     0     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Sherwin
4      3     1     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
The Bet
175      38     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
Cinta Datang Tanpa Menyapa
3      3     0     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?