Read More >>"> Starlight and Integra (Part 1. Menuju Pusat Kerajaan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Starlight and Integra
MENU
About Us  

"Ratusan tahun cahaya lalu, manusia berkelana mencari harapan baru, rumah baru di jagad raya. Bumi sudah rusak, akibat keserakahan manusia sendiri. Pencemaran, peperangan, kelaparan, kesusahan terjadi dimana-mana. Manusia tak mengenal kawan dan lawan lagi, kawan bisa menjadi lawan dan lawan bisa menjadi kawan. Hingga akhirnya terjadilah puncak krisis sehingga kematian sebagian besar ras manusia terjadi. Manusia yang tersisa pun akhirnya berdamai bersatu padu, mereka berjuang membuat kendaraan pengelana jagad raya. Pengembaraan pun dimulai, tempat demi tempat, galaksi demi galaksi dijelajahi, bintang demi bintang, hingga sampailah di suatu planet kosong yang kondisinya mirip dengan Bumi. Planet itu pun diberi nama Nu Hope yang artinya harapan yang baru...", ya inilah cerita yang kubacakan selama hampir 14 hari ini, inilah pekerjaanku sebagai pemandu wisata edukasi dengan status magang di Free Land Pedagogi Park bagian sejarah. Aku membacakan cerita itu sambil memutarkan hologram mengenai gambaran cerita itu. Di tempat inilah anak-anak kecil dari Kerajaan Star Light dikenalkan pada pengembangan teknologi. Lumayanlah setidaknya libur kuliahku tidak sia-sia.

"Kak Lia!" ucap salah seorang anak, mengacungkan tangan bioniknya.

"Ya, Sayang!" jawabku ramah,"ada yang ingin kau tanyakan?"

"Mengapa Free Land dibuat? Mengapa pengembangan dan percobaan teknologi tidak dilakukan di  tempat yang dekat dengan Pusat Kerajaan Star Light? Mengapa harus di tempat khusus seperti ini?"

"Iya Kak, kan ini jauh dari pusat kerajaan kita, kalo mau mengunjungi saudara sulit, Kak!" sahut seorang anak melalui pita suara buatan di mulutnya.

"Ya, kan kita harus belajar dari masa lalu, agar tempat tinggal kita tak lagi rusak maka percobaan dan pengembangan teknologi dilakukan di satu tempat saja, sehingga lebih mudah dikontrol. Di sini kita bisa bereksperimen apa saja, kecuali kloning manusia dan penghidupan manusia mati, hal itu terlarang. Selain itu, para peneliti akan lebih mudah saling bekerja sama jika penelitian difokuskan di satu tempat.

"Lalu Kak mengapa tempat penelitian ini disebut Free Land mengapa tidak Scientific Land atau Research Land gitu?" tanya anak dengan tangan bionik itu lagi.

" Karena di sini nama Free Land dirasa lebih cocok untuk tempat ini, Free artinya bebas dan Land artinya tanah. Di sini semua orang bebas melakukan eksperimen dan penelitian tanpa takut dihukum atau ditangkap tetapi tetap harus patuh pada peraturan yang berlaku, jika dinamai Scientific atau Research Land seakan-akan hanya ilmuwan yang jenius saja yang boleh melakukan percobaan, orang biasa seakan-akan tidak bisa...."

"Kak!" sela seorang anak yang memiliki dua kaki bionik,"Kakak keturunan ras rambut emas ya? Aku lihat tubuh Kak Lia normal dan sempurna, tidak ada kekurangan fisik sehingga harus memakai tubuh bionik..."

"Iya, Kakak bangsawan ya? Keturunan pendiri Kerajaan Star Light, Raja Diwangkara Goldenlight ya?" celetuk anak bermata bionik warna biru safir.

"Ah, kalian bisa saja," aku hanya tersenyum, "bukan kok bukan, aku bukan bangsawan, apalagi ras rambut emas, rambut pirangku ini cuma variasi fashion aja kok, lihat," aku menyentuh bandoku,"ini warna rambut asliku, hehehe!"

"Oh, jadi warna rambut Kakak coklat muda ya? Aku kira beneran pirang, hehehe, tapi Kak badan Kakak normal dan sempurna nggak ada kekurangan, kata ibu guru biologiku kecil kemungkinan generasi sekarang terlahir normal dan sempurna tanpa kekurangan fisik jika bukan keturunan murni ras rambut emas, perak atau rambut api.  Iya, jangan-jangan Kak Lia beneran ya dari keluarga ras rambut emas dengan darah murni?"

"Iya Kak, ceritakan tentang keluarga Kak Lia, aku pengen tahu ayah dan ibu Kakak dari ras apa? Sehingga bisa normal begitu, hehehe.", celetuk anak dengan pita suara buatan itu.

"Emm...", aku hanya terdiam sambil terus berpikir jawaban yang dapat dicerna oleh anak-anak ini,"emm ....", terdengar suara "Para pengunjung Free Land Pedagogi Park dimohon untuk segera kembali ke Star Railways, dikarenakan jam sudah menunjukkan pukul 5 FLT (Free Land's Time) maka taman segera tutup. Dimohon kemasi barang dan perlengkapan bionik Anda, jangan sampai ada yang tercecer atau tertinggal. Terima kasih.", akhirnya anak-anak akan segera pergi dengan Star Railways, semacam kereta supersonik yang lebih cepat dari kecepatan cahaya.

"Ayo anak-anak waktunya kita pulang kembali ke pusat kerajaan, jangan lupa membuat laporan kunjungan hari ini dalam bentuk terserah sesuai kreatifitas dan kemampuan kalian," ucap seorang wanita dengan mata bionik berwarna hijau tozka, nampak anak-anak lain yang mengekor di belakangnya. Anak-anak yang kupandu pun menatap ke arah ibu gurunya, "ayo anak-anak ucapkan terima kasih kepada Kak Lia, yang sudah memandu kalian!"

Anak-anak itu menunduk ,"terima kasih Kak Lia!" ucap mereka kompak sambil berlalu pergi mengikuti ibu guru mereka.

"Terima kasih bantuannya Nak, semoga murid-murid kami tidak menyusahkanmu, sampai jumpa lagi besok!" ucap Ibu Guru sambil menyalamiku. Mereka berlalu pergi, tinggallah aku sendirian di ruang sejarah ini. Kulihat hologram bergerak pendiri kerajaan ini, beliau berambut pirang dengan mata biru, dengan pakaian lebih seperti ilmuwan bukan raja. Tak ada mahkota yang dipakai hanya jubah lab berwarna putih dan kacamata pelindung. Aku menyetel semua alat peraga di ruang sejarah ini ke dalam mode hemat daya.

"Tolong password-nya hehehe!" ucap AIFLOG ( Artificial Intelegence of Free Land Pedagogi Park), AI (Artificial Intelegence) itu mengeluarkan emoticon tersenyum yang memakai topi tidur dan memegang bantal. Aku mengetik password-nya, secara otomatis semua perangkat masuk ke dalam mode hemat daya ultra, aku lebih suka menyebutnya tertidur, ya semua alat mengeluarkan hologram dengan emoticon tidur lengkap dengan huruf zzz yang menyembul. Aku berlalu ke ruang ganti pakaian dengan berjalan kaki, ya sebuah hal yang diinginkan banyak orang di Free Land, di sini banyak yang tidak memiliki kaki yang utuh, sehingga harus memakai perlengkapan bionik yang dihubungkan ke otak. Bisa juga dengan transplantasi kaki orang mati, tapi jumlah kaki utuh orang mati sangat terbatas, sehingga harganya mahal. Kakekku pernah berkata mungkin kecacatan ini adalah timbal balik dari perilaku leluhur di masa lampau, yang tubuhnya sudah banyak tercemar oleh zat kimia berat sehingga sampai ratusan tahun juga belum bisa terurai dan berlanjut terus dari generasi ke generasi. Di Free Land terlahir dengan kekurangan itu biasa, tapi jika kau terlahir dengan tubuh lengkap dan normal itu baru aneh. Secanggih apa pun teknologi yang telah dikembangkan, tetap tidak bisa menyaingi ciptaan Yang Mahakuasa, teknologi di sini mungkin sudah sampai ke tahap penumbuhan jaringan tubuh tetapi tetap terbatas, baru sekedar berhasil menumbuhkan jaringan lunak saja seperti kuping dan hidung. Belum mencapai tahap bisa menumbuhkan organ tubuh baru, seperti cicak yang dengan mudah berganti ekor setiap putus. Siapa bilang aku normal? Aku juga punya kekurangan yang justru lebih parah.

"Li! Lia! LIA!!!" teriak seseorang membuyarkan lamunanku, "Kamu baru ngapain? Berdiri di cermin lama banget!"

"Eh, kamu Mir, kenapa nggak bilang-bilang kalau dateng ke ruang ganti, bikin aku kaget aja!" ternyata saudara sepupuku. Setidaknya dia jauh lebih normal dariku, rambutnya coklat keemasan, matanya berwarna kuning, hidungnya ya bisa dikatakan lebih mancung dari aku. Jika dilihat dia mungkin sempurna, tapi "keistimewaaannya" ada di dalam tubuhnya, ya dia terlahir dengan jantung yang buruk, sehingga harus memakai jantung buatan sampai ada pendonor yang cocok.

" Kamu kenapa? Kok sedih? Ada yang bilang kamu ras rambut emas lagi ya?" ucapnya sambil menyeka air mataku, yang tak terasa menetes. Aku memeluknya sambil menahan tangis.

"Iya, dedek-dedek itu tanya, kenapa kok aku rambutnya pirang, aku lupa ngerubah warna rambutku jadi coklat kekuningan, aku ini cacatnya parah, mata biru laut, punya rambut pirang keemasan, aku nggak suka Mir!" ucapku sambil melepas softlens yang menutupi mata biru lautku." Aku jadi banyak dipertanyakan, jadi banyak yang gangguin aku bahkan mau nyakitin aku biar aku mau jual bagian tubuhku, yang lebih parah bahkan banyak yang maksa aku buat nikah!" teriakku meluapkan semuanya,"Aku baru 19 tahun Mir, baru kuliah semester 4, siapa sih yang bikin legenda kalo keturunan murni ras rambut emas ciri-cirinya berambut pirang dan bermata biru? Apa para anggota keluarga kerajaan seperti itu? Memangnya ada yang pernah melihat keluarga kerajaan tanpa topeng dan topi? Aku itu susah sendiri Mir, tiap kali pergi aku harus ngerubah warna rambutku sama pakai softlens. Mengapa harus kekurangan ini yang dianugerahkan kepadaku?" tangisku semakin dalam, "Ayahku rambutnya hitam warna matanya kuning gading, ibuku berambut coklat keemasan dan bermata hitam. Aku kekurangan gen bawaan dari Mama, sehingga penampilanku kayak gini. Aku kan malu Mir, tiap ketemu orang yang lebih tua diminta nikahin anaknya, katanya kalo keturunan ras rambut emas murni menikah dengan setengah ras rambut emas atau ras lain, keturunannya bisa normal dan sempurna, emang ada ya penelitian yang sudah membuktikan itu? Itukan cuma legenda atau mitos."

"Udahlah nggak usah terlalu dipikirin, maklum anak-anak itu kan masih kecil, mereka hanya mencerna apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka ketahui. Mereka kan nggak tahu kalo kamu kekurangan gen bawaan dari mamamu sehingga penampilanmu kayak gini."

"Aku rindu Mama, Mir, kapan Mama ke sini ngunjungi aku? Mengapa sih Mama yang harus terpilih jadi salah satu staf medis keluarga kerajaan? Aku jarang bisa ketemu Mama langsung, Papa juga, jarang pulang, katanya beliau diangkat jadi bodyguard Raja atau apalah gitu. Terakhir ketemu mereka sekitar 2 tahun yang lalu. Mengapa sih Papa dan Mama harus terpilih jadi staf kerajaan? Aku jadi jarang banget ketemu, cuma bisa video call itu pun nggak lama cuma bisa 5 menit, dan nggak setiap hari.", keluhku pada Mira.

"Kamu seharusnya bangga dong, papa dan mamamu bisa jadi staf kerajaan, kamu besok kalo mau jadi staf kerajaan bisa dipermudah loh, disana kan gajinya tinggi, keamanan kelas ring I, nggak bakal takut kena serangan dari separatis Kerajaan Integra. Pokoknya di pusat kerajaan alias Heart of  Star itu aman, damai dan pastinya lebih canggih dari Free Land.

"Sekali-kali kita ke Heart of Star yuk, aku ingin tahu kayak apa sih pusat kerajaan kita yang sebenarnya, katanya di sana lebih makmur dan  canggih daripada di sini, tapi....", aku menghela napas panjang,"pasti nggak bakal bisa ketemu Papa dan Mama, mereka kan nggak bisa seenaknya keluar istana."

"Sudah jangan murung terus, Watchi-i-mu, getar terus tuh, dari hologramnya lambang lope lope kayaknya dari si ayang yang baru pelatihan militer tuh, wkwkwk, cepet dibuka!" ucap Mira melirik ke arah tanganku, aku tak menyadari getaran dari Watch-i semenjak tadi, aku terlalu sibuk merenung. Aku membukanya sehingga layar hologram itu bisa membesar. Watch-i memang memudahkan aktifitas, bentuknya seperti gelang dengan layar touch screen yang sangat tipis, tapi bisa mengeluarkan layar hologram, yang bisa tahan bahkan di air sekalipun.

"Hallo Dear, apa kabarmu di sana?" sapanya gombal terlihat dia sedang memakai seragam pelatihan militer berwarna abu-abu,"jangan bekerja terlalu keras, nanti kau tidak punya waktu untuk mengagumi ketampananku, wkwkwk!" dia memang selalu kocak. Aku selalu terpesona oleh sifatnya, selain itu dia juga tampan, wkwkwk. Kulitnya putih, tinggi semampai, rambutnya hitam-salah satu ciri ras rambut api keturunan campuran, matanya berwarna coklat nan anggun saat menatap, hidungnya cukup mancung sih dibandingkan hidungku yang pesek ini. Dia bertubuh normal sama sepertiku, jarang ada keturunan campuran yang bisa terlahir normal.

"Ih, kamu dasar gombal kamu  Van, siapa juga yang bilang kamu tampan? Loreng-loreng dekil gitu dibilang tampan? Kayak arang buat BBQ aja!" ejekku.

"Hey, jangan mengejek Nona, gini-gini aku sedang berjuang untuk masa depan kita, agar aku bisa menjadi penjaga hatimu dan juga tanah air kita tercinta. Agar aku bisa mewujudkan impian kita untuk menyatukan hati di bawah gapura pedang nan agung (pedang pora) itu.", ucapnya semakin gombal.

"Cie...cie...cie...", ucap Mira dari samping, ia terlihat curi-curi pandang dan dengar.

"Iya, iya Tuan Pejuangku, gimana ujianmu? Lancar?" aku mengalihkan pembicaraan.

"Ya, seperti inilah, maafkan aku Li," ucapnya lirih,"aku sudah berusaha keras, tetapi beginilah hasilnya, aku...", dia menangis,"maafkan aku...",ucapnya semakin lirih.

"Ya sudah jika belum berhasil tak apa-apa," aku berusaha menghiburnya,"masih ada kesempatan lain, kau bisa ikut lagi musim depan atau ikut saja ujian yang lain, tak harus jadi pegawal kerajaan."

"Siapa bilang aku tak berhasil? Wkwkwk," dia tertawa, aku masuk jebakannya lagi,"aku berhasil Li, aku berhasil lolos ujian, hehehe! Tinggal menunggu pelantikan yang akan dilantik langsung oleh raja kita, Raja Surya Goldenlight III, hehehe!"

"Iya, iya terserah kamu deh!" aku lelah dengan jebakan jailnya.

"Oh ya ada yag mau aku omongin nih!" ucapnya dengan nada serius, aku membuang muka sambil cemberut.

"Mir, nanti malam kita masak menu instan vegetarian legenda Asia yuk! Kata Tante Jasmine itu menu baru yang baru lauching di pasaran loh!" aku mengalihkan pandanganku pada Mira.

"Jangan marah dong Li, aku kan cuma bercanda! Hey Lia! Lia!" panggil Revan dengan suara semakin keras. Aku pura-pura tidak mendengar.

"Ya udah kalo kamu nggak mau ketemu aku! Aku liburan sendiri aja besok! Padahal aku baru dapet tiket gratisan buat ke Bungah Dream Park, aku habisin aja deh sama temen-temenku!"

"APA TIKET GRATISAN?!" gawat aku terpancing umpannya,"aku mau ikut, jangan habisin sendiri dong, besok aku bisa libur kok!" entah mengapa kata-kata itu keluar dari mulutku.

"Kamu yakin diijinkan sama kakek nenekmu? Takutnya nggak boleh lagi, seperti dulu waktu kita mau nonton pertunjukan musik di Heart of Star, kamu dilarang ikut, kamu yakin kali ini boleh ikut?", ucap Revan, setengah khawatir,aku hanya terdiam.

"Pasti bolehlah! Jangan khawatir, Lia nggak sendiri kan aku ikut! Hehehe!" sahut Mira," kamu punya tiket banyak kan Van, sayang dong kalok nggak digunakan. Aku ikut boleh kan?" Mira merajuk.

"Iya aku punya banyak tiket kok tenang aja!" Revan mengedipkan salah satu matanya,"soal penginapan tenang aja aku juga ada tiket gratisan kok hehehe!"

"Wah! Kamu beruntung banget Van, baru dapet undian ya?" Mira penasaran.

"Hehehe, nggak kok ini hadiah dari kerajaan, soalnya nilaiku 3 teratas dari hasil seleksi, jika beruntung aku bisa jadi salah satu ajudan Komandan Royal's Guard!"

"Wah, ajudan Komandan Royal's Guard?!" seru Mira," kamu keren banget Van!....", keduanya terus berbicara tentang Royal's Guard dan tentang kerajaan.

"Memangnya ada yang spesial ya dengan yang disebut penjaga raja itu?" aku penasaran.

"Duh Lia, kau inilah akibatnya jika kau tidak suka pelajaran ketatanegaraan saat pendidikan Pedagogi (Pedagogi = pendidikan dasar (setingkat SD sampai SMA)," Mira menjelaskan panjang lebar kepadaku,"jadi keluarga kerajaan kita kan semuanya bertopeng, tiap anggota kerajaan punya orang kepercayaan , untuk raja dan ratu yang bertahta sekarang dan sebelumnya memiliki 1 sampai 2 orang kepercayaan, nah orang kepercayaannya itu disebut King's Guard atau Queen's Guard , tergantung siapa yang dilayani. Nah untuk penjagaan istana dan keluarga kerajaan ada pasukan khususnya namanya Royal's Guard. Setiap beberapa tahun sekali ada pelantikan anggota baru Royal's Guard. Setiap pelantikan pasukan Royal's Guard baru pasti akan ada komandannya kan?  Revan nilainya 3 teratas dia bisa jadi salah satu ajudan Komandan Royal's Guard. ", aku mendengarkan dengan seksama.

"Jadi gimana Li, kamu bisa dateng kan? Sekalian datang ke pelantikanku hehehe!" Revan terlihat sangat berharap dari tatapan matanya padaku, duh gimana ya? Aku diam sejenak.

"Tentu bisa dong Van, tenang saja!" Mira mengiyakan,"Jangan khawatir, Lia pasti datang kok hehehe! Iya kan Li?" aku terdiam, Mira menyikut lenganku.

"Eh! Iya! Iya, aku bakal datang kok Van, tenang aja!" aku tersenyum setengah tak yakin.

"Baguslah kalo gitu!" Revan terlihat sangat senang,"Aku akan menunggumu Dear, sampai jumpa!" hologram video call dari Watch-i-ku mati. Aku menghela napas,"Kok kamu mengiyakan sih Mir?!" ucapku pada Mira setengah berteriak,"Kan aku belum pasti bisa datang, nanti kalo Revan kecewa gimana?"

"Justru itu kamu pokoknya harus datang ke sana!" Mira memegang kedua pundakku sambil menatap langsung ke mataku,"Karena Revan udah berjuang keras buat masuk dan lulus ujian militer kamu juga harus nunjukin dong dukungan kamu! Biar impas!"

"Soal ijin dari kakek nenek biar nanti aku yang urus!" Mira mengedipkan sebelah matanya,"kan aku akan ikut denganmu hehehe! Siapa tahu aku bisa dapet couple dari temennya Revan!"

"Dasar kamu Mir! Memang pandai cari kesempatan aja!" aku menggeleng-gelengkan kepala.

"Ih saudara sepupu siapa dulu dong!" Mira menyikutku sambil tertawa terbahak-bahak" Saudara sepupu Nona Roselia Hope yang manis kan! Wkwkwk!"

***

06.45 Free Land's Time

Aku dan Mira segera bersiap menuju Star Railways Station. Baru pertama kali ini aku pergi meninggalkan Free Land. Entah seperti apa Heart of Star itu, aku hanya pernah mendengarnya dari cerita Mama, Papa, Revan dan sahabatku. Konon di sana jauh lebih maju daripada di Free Land. Ada banyak tumbuhan dan hewan yang lebih banyak daripada di Free Land. Sejak dulu Kakek dan Nenek tidak pernah mengijinkanku pergi ke sana, entah mengapa.

"Mir, kamu yakin kita jadi pergi ke Heart of Star?" ucapku sekali lagi sambil menurunkan koper kami dari Spin Taxy-taksi melayang berwarna kuning yang melayani perjalanan ke berbagai tempat publik di Free Land, desainnya mirip taksi yang ada di Bumi tetapi tanpa roda.

"Iya Li! Ayolah kita sudah sampai di perbatasan Free Land, stasiunnya sudah di depan mata, jangan mundur!"

"Tapi, bagaimana dengan kakek dan nenek? Bagaimana jika mereka...", aku merasa bersalah.

"Li, kita sudah dewasa! Kita sudah kuliah! Sudah menempuh pendidikan Andragogi", Mira meyakinkanku,"tak selamanya orang tua didampingi para orang tua! Ingat Li, dipelantikan Revan akan ada raja dan ratu, kemungkinan akan ada orang tuamu! Kau nggak mau coba ketemu atau sekedar melihat mereka dari jauh?"

"Mama dan Papa?!" ucapku spontan, sudah  cukup lama  Mama dan Papa tidak menjengukku, terakhir kali mereka pulang ketika usiaku 17 tahun. Mereka berkata, bahwa mereka diangkat ke posisi yang lebih tinggi sebagai staf yang mengurus langsung raja dan ratu sehingga akan sulit untuk bertemu denganku." Ayo Mir, kita pergi!" ucapku mantap,sambil mengaktifkan sensor pintar pada koperku dan Mira.

Aku melangkah dengan mantap bersama Mira. Tak seperti stasiun kereta konvensional Bumi yang pernah aku lihat di hologram sejarah Bumi. Stasiun kereta Free Land lebih cangggih, saat memasuki stasiun dari pintu depan pun sudah anti gravitasi, tak perlu lelah berjalan. Tubuh akan melayang sesuai dengan jalan pikiran kita. Hal ini untuk memudahkan sebagian besar populasi manusia yang memakai anggota tubuh bionik, agar tak kesulitan saat bergerak. Koper pun sudah tak perlu ditenteng lagi, sudah melayang mengikuti arah kemana kami bergerak karena sudah terintegrasi dengan Watch-i. Watch-i memang memudahkan aktivitas, bukan hanya sebagai alat komunikasi pengganti smartphone, tetapi juga sebagai alat identitas dan pembayaran. Di Free Land dan seluruh kerajaan Star Light semua pembayaran memakai mata uang digital yang disebut "Artastar". Watch-i selalu melekat dan dibawa kemanapun, alat ini tahan air, sejak lahir penduduk di kerajaan ini sudah memakai Watch-i .

"Wow!" ucapku spontan,"Aku tak pernah melihat Star Railways secara langsung, ternyata keretanya lebih canggih dari bayanganku. Kereta itu berbentuk lonjong, sengaja dibuat streamline (kecil memanjang), "Mira ayo kita foto!" ajakku pada Mira.

"Boleh!" Mira mendekat kepadaku,"Eh, kita kan mau ke Heart of Star, nih ganti dulu Watch-i-mu.", dia menyerahkan sebuah logam yang sangat tipis berwarna biru laut, warna kesukaanku.

"Wow! Cantik sekali!" ucapku sambil menerima Watch-i baru itu, aku langsung melepas Watch-i perakku yang sudah kuno,"Kapan kamu membelinya Mir? Ini yang keluaran terbaru itu ya? Bagus banget deh!" aku mencoba dan menyeting Watch-i itu.

"Baru aja kok itu di sini ada yang jual! Hehehe!" aku melihat ke arah yang ditunjuk Mira, ada semacam vending machine yang khusus menjual Watch-i. "Watch-i-mu kan udah kuno banget, dari kamu lahir belum pernah ganti."

"Iya, nih aku belum pernah ganti Watch-i dulu pernah punya baru Watch-i Gold Leopard tapi langsung dimarahi sama Kakek dan Nenek, Watch-i baruku langsung dibuang, padahal kan itu edisi terbatas, dapet hadiah dari menang lomba. Eh, tapi di Watch-i Silver-ku kan ada memori dari sejak kecil, harus ke pusatnya dulu dong biar bisa memindah data.", aku kecewa.

"Siapa bilang?" Mira melepas Watch-i biru lautku lalu memasang kembali Watch-i Silver-ku, dan memasang yang biru di atasnya. "Nah udah, datanya bisa dipakai! Canggih kan?"

"Wah, iya bener data di Watch-i lamaku masih bisa dibuka...."

"Eh, ayo Li!" Mira menggandengku sambil melayang menuju kereta,"keretanya sudah mau berangkat," kami melayang semakin cepat.

"Jangan lupa boarding pass dulu Mir!" aku menarik Mira menuju pintu sensor boarding pass. PIP!!! TUTT!!TETT!!PIPIP!!TUT!!TUTT!!, suara yang berbeda-beda dari antrian boarding pass, ya setiap Watch-i memang punya suara khas masing-masing tidak akan pernah sama satu dengan yang lsin biarpun satu seri keluaran. PINGPUNG! LALALA! itulah suara dari Watch-i punya Mira dan punyaku setelah kami dekatkan ke pintu sensor infrablue itu. Pintu kereta terbuka secara otomatis, masih sama seperti di stasiun, di dalam kereta juga anti gravitasi. Sekilas dari luar bentuk kereta super cepat ini mirip dengan kereta super cepat yang pernah ada di Bumi-yang pernah kulihat saat belajar sejarah di jenjang Pedagogi. Kereta yang dinamai "Trans Eka-010", di dalamnya tidak terdiri dari kursi-kursi, tetapi terdiri dari sebuah material berbentuk balok yang dapat dibentuk sesuai keinginan pemakainya.

"Wah, ini ya salah satu kereta yang menuju ke pusat kerajaan!" aku terkagum dengan interior di dalamnya, dipenuhi dengan lukisan hologram yang dapat berubah ubah, kebanyakan lukisan tentang pemandangan kota Heart of Star.

"Silahkan segera duduk Nona, kereta akan segera berangkat!" ucap emoticon berwarna kuning lengkap dengan topi hitam khas petugas stasiun. Emoticon itu muncul dari hologram pada dinding kereta sesuai dengan nomor urut tiket kami saat boarding pass. Aku mendekatkan Watch-i-ku pada material berbentuk balok itu, balok itu lalu menyala sesuai dengan warna kesukaanku, warna biru laut.

"Wow! Canggih ya Mir!" material itu lalu berubah bentuk saat disentuh, aku memikirkan bentuk bean bag yang besar seperti yang ada di kamarku. Ketika aku duduki, material ini berubah bentuk menjadi bean bag-yang secara otomatis melekat pada permukaan lantai kereta-lengkap dengan sabuk pengaman. Ya inilah desain kereta yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan sebagian besar populasi warga kerajaan Star Light yang dengan "kebutuhan yang berbeda-beda"."Rasanya aku ingin tidur Mir!"

"Jangan tidur, Li!" Mira mengguncang-guncang tubuhku,"Kita nggak bakal lama,kan ini kereta super cepat, paling 10 menit udah sampai, kita lewat jalur khusus bebas hambatan."

"Penumpang diharapkan segera turun, kereta sudah sampai di stasiun Heart of Star II. Terima kasih telah menggunakan jasa kami. Pastikan kembali barang Anda! Jangan sampai ada yang tertinggal!" ucap emoticon  hologram raksasa berwarna kuning pada bagian langit-langit kereta.

"Tuh kan udah sampai! Ayo turun!"

"Wow cepat sekali sampainya, katanya jauh tapi baru sebentar saja udah sampai!" aku bangkit dari bean bag, lalu kembali melayang, antri untuk keluar dari dalam kereta.

"Wow!" ucapku dan Mira bersamaan, stasiun pemberhentian ini sangat ramai. Tidak seperti stasiun tapi lebih seperti pasar kecil, ada banyak vending machine berjejer-jejer dilengkapi sales hologram sampai sales robotik. Aku mengamati sekitarku, entah hanya perasaanku saja atau memang semua orang memakai baju yang warnanya dominan sama. Atasan biru laut dengan dengan bawahan atau aksesoris berwarna putih.

"Mir, kok sepertinya semua orang pakaiannya sama semua ya?", aku menyikut Mira.

"Ehm, iya sih Li, tapi mungkin mereka bekerja di suatu perusahaan yang sama, makanya terlihat seragam, ini kan pusat kerajaan, pasti ada suatu pabrik atau perusahaan yang sangat besar sehingga banyak pegawainya."

"Oh begitu!" aku mengarahkan pandanganku ke semua penjuru, stasiun yang ramai tapi tertib. "Mir lihat, keluarga kerajaan", terlihat hologram bergambar Raja Surya Goldenlight III dan Ratu Anindya Agraciana II, berdiri sambil menyambut pengunjung yang datang. Raja dan ratu di Kerajaan Star Light tidak memakai mahkota dan gaun yang mewah nan megah. Raja memakai pakaian militer berwarna biru dongker lengkap dengan topi dan segala pangkatnya, sedangkan untuk ratu memakai pakaian formal seperti pegawai kantoran, blazzer dengan rok di bawah lutut, dengan warna menyesuaikan pakaian militer raja. Wajah raja tidak terlihat, ia memakai topeng berwarna silver yang nampaknya terbuat dari perak, sedangkan ratu memakai topeng berwarna emas.

"Mir, kenapa raja dan ratu selalu tampil sederhana ya? Nggak seperti di kisah-kisah Bumi di masa lalu gitu, dimana kalo yang nama ya raja dan ratu atau keluarga kerajaan itu pasti pakaiannya mewah, pakai gaun, mahkota atau tiara gitu."

"Yah, itu kan lambang Li, lambang kalo raja dan ratu yang memimpin negeri kita ini, sama seperti kita. Hanya mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Raja memiliki tugas untuk melindungi negeri makanya raja selalu berpakaian militer, sedangkan ratu seperti pegawai kantoran karena beliau mengatur "kantor besar" berupa urusan kerajaan yang tidak diurus raja. Kalo mereka berpakaian megah, nanti kesannya beda dengan kita dong, hehehe."

"Tapi keluarga kerajaan itu selalu memakai topeng ya, kita nggak tau seperti apa wajah keluarga kerajaan yang masih hidup, kita baru bisa tahu wajah mereka jika orangnya sudah meninggal. Bahkan mungkin orang lain akan lebih familiar dengan The King's Guard atau The Queen's Guard dibandingkan dengan keluarga kerajaan sendiri, keduanya kan tidak memakai topeng."

"Yah, itulah resiko jadi keluarga kerajaan, orang lain nggak bakal kenal kamu, tapi kelemahannya kalo kamu keluar tanpa topeng nggak bakal ada yang percaya kalo kamu keluarga kerajaan, wkwkwk! Aku bisa saja lho, ngaku-ngaku jadi bangsawan gitu biar dapet gratisan wkwkwk, kan belum ada yang pernah ngeliat kita di sini, wkwkwk!"

"Iya, bener Mir!" tanpa sadar aku tertawa terbahak-bahak dengan cukup keras.

"Iya, apalagi kan konon katanya rambut keluarga kerajaan-yang merupakan keturunan ras rambut emas- dominan kekuningan kita tinggal mengganti warna rambut kita Li! Hahaha! Dan kita sudah menjadi seorang putri! Kalo kamu tinggal pakai topeng perak saja sudah jadi putri kok, wkwkwk.", aku dan Mira terus mengoceh sambil menaiki semacam eskalator menuju ke atas permukaan tanah. Sesekali kulihat ke depan, terlihat ada semacam pos pemeriksaan yang dijaga ketat oleh Royal's Guard Ring III. Itu terlihat dari pakaian mereka yang serba hitam, lengkap dengan senjata laras panjang. Wajah mereka tidak terlihat, mereka semua memakai topeng berwarna hitam yang menutupi seluruh wajahya, bahkan sorot matanya pun tidak terlihat. Jika Revan terpilih menjadi Royal's Guard entah di ring keberapa pasti dia juga akan bertopeng seperti itu. Aku menghela napas, akan jarang bertemu juga sama seperti Mama dan Papa.

"Hey Li!" Mira menyikutku,aku terbangun dari lamunanku.

"Eh, iya Mir! Ada apa?"

"Jangan melamun! Nanti kita terpisah lho kalo kamu melamun!" Mira memperhatikan ke arah depan, jarak kami ke arah pos pemeriksaan masih cukup panjang,"menurutmu apa saja yang akan diperiksa?"

"Entahlah," aku memperhatikan ke arah depan juga,"aku juga tidak tahu!" terlihat para penjaga berpakaian serba hitam itu memeriksa dengan teliti secara manual maupun dengan sejenis alat sensor yang mengeluarkan sinar berwarna biru yang mampu menerangi seluruh tubuh orang yang diperiksa. Eskalator tiba-tiba berhenti begitu saja, beberapa penjaga ring III itu berjalan ke arah antrian. Suasana menjadi tegang, tak satu pun berani berbicara.

"Kau ikut kami!" kata seorang penjaga wanita dengan rambut terkuncir, semua mata tertuju padaku.

"Apa salah saya?" ucapku dengan gemetar,"saya tidak merasa berbuat salah!" aku membela diriku.

"Jangan membantah! Cepat jalan!" kata seorang penjaga lagi yang nampaknya merupakan komandan salah satu peleton di ring III ini. Tubuhku berusaha melawan, aku ingin lari, tetapi entah mengapa aku seperti terhipnotis. Aku tak lagi dapat berbicara, masih tersadar, tetapi aku begitu saja mengikuti para penjaga ini.

"Lia! Lia!" panggil Mira dari belakang, aku ingin menoleh, tapi tidak bisa, kakiku terus saja melangkah mengikuti para penjaga itu. Apa yang terjadi dengan tubuhku? Mungkinkah ini efek dari salah satu alat para Royal's Guard ini? Yang membuatku lebih bingung lagi, apa salahku?

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan
Similar Tags
Summer Rain
4      4     0     
Fan Fiction
Terima kasih atas segala nya yang kamu berikan kepada aku selama ini. Maafkan aku, karena aku tak bisa bersama dengan mu lagi.
KAFE IN LOVE
15      3     0     
Romance
Ini adalah cerita mengenai Aura dan segudang konfliknya bersama sahabatnya Sri. Menceritakan Kisah dan polemik masa-masa remajanya yang dia sendiri sulit mengerti. belum lagi, kronik tentang datangnya cinta yang tidak ia duga-duga. Lalu bagaimanakah Aura menyelesaikan konflik-konflik ini? Dan bagaimanakah akhir kisah dari cinta yang tak diduga?
karachi
3      3     0     
Short Story
kisah elo
When the Winter Comes
414      61     0     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
One-room Couples
7      3     0     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
Patah Hati Sesungguhnya adalah Kamu
14      5     0     
Romance
berangkat dari sebuah komitmen dalam persahabatan hingga berujung pada kondisi harus memilih antara mempertahankan suatu hubungan atau menunda perpisahan?
Bukan Kamu
110      25     0     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Love and your lies
59      20     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
NI-NA-NO
9      5     0     
Romance
Semua orang pasti punya cinta pertama yang susah dilupakan. Pun Gunawan Wibisono alias Nano, yang merasakan kerumitan hati pada Nina yang susah dia lupakan di akhir masa sekolah dasar. Akankah cinta pertama itu ikut tumbuh dewasa? Bisakah Nano menghentikan perasaan yang rumit itu?
Last Voice
12      6     0     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...