Read More >>"> Starlight and Integra (Part 6. Perjanjian Damai?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Starlight and Integra
MENU
About Us  

"Kita berada di sini untuk mendoakan sekaligus memberikan penghormatan terakhir kepada Saudara-Saudara kita yang telah wafat dalam tragedi pelantikan pasukan perdamaian. Marilah kita mengheningkan cipta sejenak untuk Saudara kita!" suasana hening, semua nampak khusuk memanjatkan doa,"Selesai! Sebelumnya, saya mewakili pemerintah Kerajaan Star of Light, menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban tragedi berdarah ini. Selanjutnya, karena hal ini murni disebabkan oleh kecelakaan gas halusinogen, maka semua pelaku baik yang masih hidup maupun yang telah gugur akan dibersihkan namanya. Pelaku yang masih hidup akan mendapat rehabilitasi sebelum bertugas kembali ke kesatuannya, sementara yang telah gugur akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa. Kami selaku pemerintah Kerajaan Star Light berharap agar kecelakaan seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Kami juga mengajak seluruh warga Kerajaan Star Light untuk turut bersama-sama selalu menjaga keamanan di sekitar kita, dengan tidak melakukan pengangkutan bahan percobaan tanpa pengawalan dan pengangkutan khusus, sehingga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.  Seluruh biaya pemakaman dan perawatan korban akan ditanggung oleh pihak kerajaan. Semoga Saudara-Saudara kita mendapat tempat yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.", Papa mengakhiri pidato penghormatan terakhir, beliau memakai topeng perak serta pakaian serba hitam, di sampingnya ada Kakek, Nenek, "Mama", Kakak serta "aku", semuanya kompak memakai pakaian warna hitam.

DOR!!! DOR!!! DOR!!! Tembakan salfo mengawali prosesi pemakaman. Tampak isak tangis keluarga korban dari balik pagar Taman Kota Heart of Star atau sekarang lebih tepat disebut "Monumen Hitam Pelantikan". Ya, taman kota itu sudah berubah menjadi tempat pemakaman semua korban. Panggung kehormatan tempat Papa berpidato sebenarnya adalah sebuah tugu prasasti raksasa. Berdiri kokoh dengan ukuran panjang kurang lebih 30 meter dan lebar 20 meter. Prasasti itu terbuat dari batu Bumi yang kalau tidak salah disebut marmer. Marmer tersebut berwarna hitam. Prasasti itu tempat menulis nama-nama korban yang gugur, dengan warna tulisan kuning. Satu per satu peti jenazah korban dimasukkan ke liang lahat. Isak tangis keluarga terus terdengar dari luar pagar. Air mataku menetes jika teringat dia, ya Revan! Aku teringat Revan, masih teringat jelas di pikiranku perjuangannya ketika menyelamatkanku. Yang lebih membuatku bingung dalam daftar korban itu pada chip itu, tertulis meninggal, tetapi di kolom keterangan terdapat tulisan "tubuh tidak dapat diidentifikasi karena hangus terbakar". Percaya tidak percaya, tapi itulah kenyataan pahitnya. Aku pingsan ketika itu, jadi tidak ingat jika terjadi kebakaran besar di peristiwa itu.

"Kuatkan dirimu, Sayang!" sosok hangat memelukku dari belakang,"Kita hanya manusia yang bisa berencana, tetapi Yang Mahakuasa yang menentukan nasib kita."

"Iya Mama, aku akan berusaha kuat.", aku memeluk Mama sambil menangis.

"Jangan menangis, aku yakin kekasihmu tak ingin kau bersedih. Aku yakin dia sudah tenang di sisi-Nya. Buatlah dia tersenyum dengan tak bersedih berlebihan.", Mama memelukku sambil mengusap rambutku. Ya, mungkin inilah salah satu fungsi robot pengganti, aku dan Mama tak perlu duduk di podium kehormatan itu. Aku bisa menyamar sebagai Merisa Sky dan Mama sebagai sekertaris pribadi Ratu.

"Ma, boleh aku bertanya sesuatu?" aku berkata lirih.

"Boleh, apa yang ingin kau tanyakan?" Mama masih mengusap-usap rambutku.

"Apa Mama juga membuang cincin yang ada di tanganku? Cincin berwarna silver dengan baru safir berwarna biru laut. Cincin itu pemberian Revan Ma, aku ingin menyimpannya."

"Cincin?" Mama berhenti mengusapku, "Cincin apa Lia? Mana memang membakar  barang-barangmu tapi itu cuma Watch-i, bando, pakaian berlumuran darah serta barang-barangmu di hotel. Mama tidak menemukan perhiasan, jika perhiasan pasti tidak kubuang tapi pasti kusimpan."

"Jadi, Mama tidak menemukanku dalam keadaan memakai sebuah cincin?" aku menatap mata Mama.

"Ya, ketika Papa turun langsung untuk mencarimu, beliau menemukanmu pingsan di bawah pohon dengan keadaan luka tembak di paha dan lengan. Kau berlumuran darah, tetapi nampaknya ada penolong misterius yang menolongmu. Papa merasa seperti itu, dia melihat bercak darahmu beberapa meter dari lokasi kebakaran. Kami menggangapnya penolong karena jika orang itu tak membawamu ke bawah pohon, bisa jadi kau sudah ikut terbakar saat kejadian itu. Karena salah satu robot penjaga mengalami malfungsi sehingga meledakkan dirinya sendiri saat kejadian itu. Aku dan Papamu sudah memeriksamu, kau tidak diapa-apakan oleh orang itu. Hanya jika perhiasanmu hilang berarti orang itu bukan penolong tapi perampok yang memanfaatkan keadaan. Tapi melalui perbuatannya kau bisa terhindar dari peristiwa kebakaran akibat robot penjaga yang meledakkan dirinya sendiri."

GREK!!! Pintu gerbang hitam pembatas antara para pelayat dan pemakaman terbuka. Nampak di sepanjang pagar pasukan gabungan dari unsur polisi, militer serta Royal's Guard ditambah robot penjaga berjaga di sepanjang pagar. Harum semerbak bunga tercium saat angin berembus. Bunga-bunga hybrid warna-warni bertebaran di batu nisan masing-masing korban.  Korban dimakamkan secara urut secara alfabet dari A sampai Z.

"Mama, nisan Revan dimana ya?" aku menguatkan diri sambil mencari deretan nisan di huruf R. Aku membawakan Bunga Lily Putih sesuai warna kesukaan Revan. Itu dia! Nampak sebuah nisan terukir dengan nama "REVAN ATIYANTA", aku tak mempedulikan gelarnya. Aku fokus pada namanya, air mataku menetes. Aku mengusap-usap nisannya yang berbentuk kotak terbuat dari batu Bumi-marmer warna hitam sesuai seragamnya saat dilantik. Nisan itu memiliki tulisan warna putih. "Revan! Kenapa kamu ninggalin aku? Kita udah janji bakal usaha sama-sama. Sekarang aku sendirian!" aku menangis tersedu-sedu di pelukan Mama.

"Sudah Sayang!" Mama menghapus air mataku,"Kau ingatkan tujuan kita datang ke sini? Untuk melepas Revan, agar dia juga senang ada yang melepasnya ke peristirahatan terakhirnya. Sekarang letakkan bunganya lalu berdoalah kepada Yang Mahakuasa.", aku meletakkan karangan bunga itu, lalu berdia sejenak. Setelah itu aku bangkit, lalu mengajak Mana pergi. Sesekali aku menoleh ke nisan itu, Van setidaknya kamu sudah tenang di sana ya, sama papa dan mamamu. Sampai jumpa Revan! Aku berusaha mencerna apa yang terjadi dalam hidupku beberapa minggu ini. Kekasihku meninggal saat pelantikan, ternyata aku seorang putri raja. Aku punya seorang kakak, dia seorang putra mahkota-yang sudah koma selama 2 tahun dan sadar saat aku datang. Tragedi berdarah ini bukan terjadi akibat kudeta atau semacamnya tetapi akibat gas halusinogen. Cincinku hilang, tetapi ternyata ada penolong misterius yang menolongku. Dalam gandengan Mama, aku memikirkan semua kemungkinan yang terjadi, penolong misterius? Mungkinkah yang waktu itu menabrakku? Mungkinkah dia yang aku curigai sebagai musuh? Aku masih mengingatnya, orang misterius yang menabrakku malam itu melepas seragamnya, ia berganti seragam dengan lambang yang paling kubenci, ya lambang Kerajaan Integra. Lambangnya berbentuk burung elang berwarna emas dengan kepala yang menengok ke kanan. Di genggaman elang itu ada bintang segi lima, ya secara tidak langsung merepresentasikan cita-cita leluhur mereka untuk dapat menaklukkan Kerajaan Star Light. Tadi malam aku juga melihat rekaman video berisi percakapan tentang The Parama, ternyata The Parama tidak akan berefek pada orang yang tidak bersentuhan langsung dengannya. The Parama hanya berefek pada seseorang yang jiwanya terlatih untuk bertempur, ia hanya akan berefek ketika terhirup atau tersentuh dalam bentuk cair, meski dalam jumlah sedikit. Berdasarkan hasil rekaman itu, The Parama dapat merubah seseorang yang terlatih seakan-akan melihat orang yang berada di dekatnya sebagai musuh yang paling dibencinya, sehingga ia akan bertarung hingga mati. Berdasarkan dokumen yang kukopi itu juga, aku baru tahu jika seharusnya The Parama diluncurkan ke daerah musuh agar musuh bertarung satu sama lain sampai mati. Berarti aku tidak terpengaruh oleh zat halusinogen berbentuk gas itu. Berarti dalang kejadian ini adalah musuh besar Star Light, Kerajaan Integra. Aku harus mengatakan ini pada Papa, tapi bagaimana? Aku tak punya bukti

"Lia!" Mama berhenti melangkahkan kakinya, baru kusadari bahwa Mama membawaku ke salah satu sudut pemakaman, jauh dari keramaian,"Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan!" Mama menatapku tajam.

"Emm...ada apa Ma? Mengapa kita di sini?"  aku sedikit takut dengan tatapan Mama.

"Papa dan Mama sudah tahu jika kau mengkopi dokumen rahasia kerajaan tanpa ijin.", Mama menatapku semakin tajam.

"HAH?!" teriakku spontan,"Emm...ma...ma...af...kan a...ku....Ma....a...ku.", air mataku menetes.

"Mengapa kau menangis? Aku dan Papa tidak marah Sayang, hehehe.", Mama menghapus air mataku.

"Tidak marah? Tapi aku kan sudah berbuat salah Ma. Aku kan...."

"Dengar, setiap dokumen yang ada di istana sudah menjadi hakmu sebagai seorang putri untuk melihatnya. Jika kau mau mengkopinya tidak masalah Sayang, Papa pasti mengijinkanmu bahkan kau tidak ijin pun kami sudah tahu. Lain kali ijin Papa ya, hormati beliau sebagai ayah dan sebagai raja. Tak perlu diam-diam seperti ini ya.", Mama mengecup kepalaku.

"Mama, apa aku perlu minta maaf ke Papa?", aku tidak berani menatap Mama.

"Ya, sebenarnya Papamu sudah memaafkanmu. Tapi sebaiknya kau mengakui kesalahanmu dan meminta maaf ya."

***

Apa ini saat yang tepat? Aku terus-menerus memandangi ruangan yang dijaga ketat para Royal's Guard dan robot penjaga. Jika aku menemui Papa sebagai seorang putri mungkin akan lebih mudah, tapi nanti aku jadi canggung. Aku tak suka memakai topeng emas itu, bikin susah bernapas. Aku melihat diriku di cermin,"Mama kan tidak bilang aku harus jadi apa ketika meminta maaf,"aku memastikan make up-ku tidak luntur. Tidak buruk juga style make up yang diajarkan Mama, cukup berani tapi flawless. Aku memakai lipstik warna merah ceri dipadukan dengan blazzer dan rok warna putih. Dipadukan dengan scarf warna hijau limun. Rambutku dikuncir ke belakang.

"Akhirnya kami menemukan Anda, Nona. Mengapa Anda masih di sini? Acaranya akan segera dimulai," Mr. Boma? Mengapa dia mendatangiku? Acara apa? Aku tidak melangkah dan hanya diam."Apa yang Anda tunggu Nona? Ayo acara penting itu akan segera dimulai. Tanpamu acara itu tak bisa dimulai.", Mr. Boma menarik tanganku, aku hanya bisa pasrah mengikuti kemauannya. Aku dan Mr. Boma masuk ke dalam istana, tunggu! Kemana aku akan dibawa? Aku belum pernah menjelajah istana selain kompleks kediaman raja dan ratu.

"Kemana kita akan pergi, Mr. Boma?" aku bertanya sebenarnya kakiku gemetar.

"Jangan bercanda Nona, aku tahu kau gugup. Santai saja, aku yakin Yang Mulia Ratu tidak akan salah memilih orang", aku dan Mr. Boma terus berjalan ke arah bagian istana yang lebih depan. Aku tidak tahu arah mana.

"Tuan, ini dokumen yang Yang Mulia Raja minta!" seorang Royal's Guard ring I menghampiri kami. Ia membawa sebuah koper berwarna silver. Mr. Boma menerimanya, lalu membukanya.

"Ini Nona!" ia menyerahkan sebuah map berwarna hitam dengan tulisan "Top Secret" di bagian sampulnya. "Jangan gugup, masa depan kerajaan ini ada di tanganmu.", aku dan Mr. Boma berada di depan sebuah pintu besar berwarna coklat. Pintu itu dijaga ketat oleh Royal's Guard dan pasukan yang seragamnya belum pernah kulihat. Mr. Boma masuk ke dalam, acara apa? Ini benar-benar di luar perkiraanku. Belum sempat aku membaca isi map itu..."Ayo Nona, silahkan masuk!" aku  benar-benar masuk ke dalam ruangan itu. HAH?! Aku tak percaya ini. Papa dan Raja Integra? Di ruangan itu ada dua meja panjang yang saling berhadapan. Di sebelah kanan dimana aku berdiri, dari yang paling dekat di posisiku ada Papa, Kakek dan beberapa orang yang nampaknya pejabat kerajaan. Di sisi yang berlawanan, ada Raja Integra dan beberapa orang yang nampaknya pejabat Kerajaan Integra. Papa langsung menepuk wajahnya ketika melihatku datang, nampaknya dia tahu bahwa aku sedang menyamar. Aku mengamati keadaan, Papa dan pejabat kerajaanya semua kompak memakai seragam warna putih. Jadi ini alasan mengapa aku bisa terseret dalam situasi ini. Jadi itu ya Raja Integra, beliau dan pejabatnya juga kompak memakai warna putih. Sama seperti  Papa, Raja Integra juga tidak memakai mahkota tetapi banyak atribut militer di seragamnya. Raja Integra berkulit putih, mata serta rambutnya  berwarna coklat kehitaman-ciri khas ras rambut api keturunan murni.

"Karena asisten pengganti Anda sudah tiba, sebaiknya bagaimana jika kita mulai lagi perundingan ini Yang Mulia?" Raja Integra menatap Papa. Papa menatapku tajam, lalu menggangguk.

"Yang Mulia Raja Surya Goldenlight III, dan para pejabat Kerajaan Integra yang sama hormati. Perkenalkan saya Levi Khan, asisten Yang Mulia Raja Erik Phoenix III. Seperti yang telah kami kirimkan dalam surat, kedatangan kami kemari untuk membahas perundingan damai dengan Kerajaan Star Light.", pria tinggi berkacamata itu mengakhiri perkenalannya. HAH?! Perundingan damai? Dengan Kerajaan Integra? Ya ampun, sepertinya aku benar- benar masuk ke kandang singa. Tenang Lia, tenang, jangan gugup. Nasib tempat tinggalmu ada di perundingan ini

"Terima kasih atas kehadiran Yang Mulia Raja Erik Phoenix II beserta para pejabat Kerajaan Integra. Perkenalkan saya Merisa Sky, asisten Raja Surya Goldenlight III dalam perundingan ini," aku membuka map hitam itu, lalu membacanya sekilas,"kami menyambut baik tawaran Kerajaan Integra untuk melakukan perundingan damai. Marilah kita mulai perundingan ini.", aku tersenyum. Jika aku tak terjebak dalam samaran ini, ingin rasanya aku nengumpat Kerajaan Integra yang kejam itu.

"Yang Mulia Raja, kami mewakili Kerajaan Integra ingin berdamai dengan Kerajaan Star Light,"Levi mulai memulai perundingan,"seperti yang kita tahu, perang ini telah menelan kerugian baik materiil maupun fisik di kedua belah pihak. Banyak nyawa yang sudah berjatuhan, hingga kerugian berupa sumber daya alam yang jumlahnya cukup banyak. Kami benar-benar berdamai dengan Kerajaan  Star Light, apakah Kerajaan Star Light menerima tawaran kami?"

"Ya kami menerimanya secara bersyarat", aku mengikuti teks yang ada dalam map hitam itu,"dengan beberapa syarat: 1. Kerajaan Integra benar-benar menghentikan segala bentuk penyerangan ke wilayah Kerajaan Star Light; 2. mengakui segala wilayah yang menjadi teritorial Kerajaan Star Light selama ini; 3. menarik seluruh pasukan militer serta intelijen dari wilayah Kerajaan Star Light; 4. membebaskan tawanan perang; 5.mengembalikan jasad para tentara Kerajaan Star Light yang gugur; 6. menghentikan boikot  produk dari Kerajaan Star Light; 7. mengganti biaya perang yang telah dikeluarkan oleh Kerajaan Star Light; 8. mengembalikan wilayah Kerajaan Integra yang telah diduduki; 9. menarik pulang warga Kerajaan Integra yang menempati wilayah pendudukan tersebut; 10. mengganti lambang Kerajaan Integra dengan lambang yang lebih netral serta tidak melecehkan Kerajaan Star Light; 11. memberi kemudahan akses serta tidak mendiskriminasi bagi warga Kerajaan Star Light yang mengunjungi Kerajaan Integra ", aku membacanya dengan berapi-api,"para pejabat Kerajaan Integra nampak berbisik-bisik,"bagaimana Yang Mulia?" aku menatap ke arah Raja Integra.

"Kami menerima semua syarat yang diajukan, bahkan jika itu termasuk menghukumku sebagai penjahat perang. Aku juga akan menerimanya.", jawab Raja Integra sambil berkaca-kaca.

"Yang Mulia!" pejabat Kerajaan Integra nampak kaget. Raja Integra memberi isyarat untuk diam.

"Tetapi sebagai imbal baliknya dengan segala kerendahan hati, kami meminta satu hal kepada Kerajaan Star Light."

"Apa itu Yang Mulia?" Papa menyahut. Raja Integra memberi instruksi kepada asistennya. Asisten tersebut lalu mengeluarkan map berwarna biru dari dalam koper besar berwarna coklat. Asisten itu lalu menyerahkan map biru itu kepadaku.

"Syarat kami ada di dalam map biru tersebut Yang Mulia!" Raja Integra menatap Papaku. Aku lalu menyerahkan dan membagi map biru itu pada Papa dan pejabat istana lainnya. Papa dan pejabat lainnya mulai membuka dan membaca map biru itu, CLING! Layar hologram di tengah ruangan dinyalakan oleh asisten Raja Integra."Kerajaan kami sedang ditimpa sebuah penyakit, kelainan atau entah apa namanya. Bahkan bayi yang baru lahir pun menderita wabah atau kelainan tersebut. Lebih dari setengah populasi bahkan terus bertambah dari kerajaan kami menderita wabah tersebut. Peneliti kami menyebutnya sebagai pelemahan sistem kekebalan tubuh.  Warga kami menjadi terserang beragam penyakit menakutkan yang pernah ada di Bumi. Kami belum bisa menemukan obatnya, sampai secercah harapan muncul. Ada salah satu anak dari peneliti di pusat riset kesehatan kami yang berhasil sembuh dari penyakit tersebut. Setelah diteliti, ternyata warga kami tersebut dapat sembuh setelah mendapat transfer darah dari seorang penduduk Kerajaan Star Light yang berwisata ke daerah zona non militer. Pendonor tersebut merupakan orang yang ditangkap oleh petugas perbatasan kami, pedonor tersebut mencoba masuk ke wilayah kami tanpa ijin. Tetapi dia dibebaskan oleh petugas penjaga kami, sebagai tanda terima kasih karena telah menolong putrinya yang sakit sehingga butuh donor darah. Dari data yang kami ketahui penduduk tersebut memiliki sel darah yang unik yang dapat bermutai genetik untuk menyembuhkan penyakit maupun meningkatkan kekebalan tubuh...."

"Jadi, maksud Anda kami harus menyerahkan warga kami untuk dikorbankan nyawanya agar dapat diambil darahnya untuk menyelamatkan warga Kerajaan Integra?" salah seorang pejabat Kerajaan Star Light nampak emosi.

"Ijinkan saya melanjutkan penjelasan saya, Yang Mulia!" Raja Integra menatap Papa.

"Silahkan Yang Mulia!" Papa memberi isyarat kepada pejabat itu untuk tenang.

"Kami tidak akan membunuhnya atau pun menyakitinya. Kami membutuhkannya untuk diambil darahnya dalam skala normal yang tidak membahayakan nyawanya. Darah tersebut akan kami gunakan untuk membuat serum untuk perawatan warga kerajaan kami. Dari data kami, penduduk tersebut berjenis kelamin perempuan. Saya menjamin tidak akan menyakiti warga kerajaan Anda Yang Mulia, kami membutuhkan bantuannya. Sebagai imbal balik baginya, dia akan saya nikahkan dengan putra mahkota Kerajaan Integra, Pangeran Viktor Phoenix. Aku akan memastian dia hidup bahagia, makmur dan terjamin bersama putraku seumur hidupnya. Kami juga akan memberinya gaji berapa pun yang ia mau seumur hidupnya. Kami juga akan memberi perawatan kesehatan VIP padanya, jika diperlukan kami juga akan memdatangkan dokter dari Kerajaan Star Light untuk mengawasi.", para pejabat Kerajaan Star Light mulai berbisik-bisik.

"Yang Mulia, saya rasa warga kita tidak akan rugi. Saya rasa perundingan ini menguntungkan kedua belah pihak.", ucap salah seorang pejabat Kerajaan Star Light kepada Papa. Papa terlihat berpikir serius. Ia masih membaca dokumen dalam map itu.

"Tapi, aku ingin warga Star Light tersebut mendapat kekebalan hukum atau hak imunitas terhadap hukum di Kerajaan Integra. Jika dia bersalah, dia hanya bisa dihukum oleh hukum yang berlaku di Kerajaan Star Light. Jika dia setuju untuk menikah dengan Pangeran Viktor, maka Anda harus bersedia menerima apa pun syarat lain yang diajukannya Yang Mulia, apakah Anda menerima tambahan syarat dariku?" Papa menatap mata Raja Integra. Suasana hening sejenak. Tak ada pejabat yang berbicara.

"Saya menerima tambahan syarat tersebut Yang Mulia Raja Surya!" Raja Integra menjawab dengan mantap.

"Baiklah agar syarat dari pihak kalian bisa kami penuhi, siapa warga kami yang kalian maksud tersebut, Yang Mulia?", seorang pejabat kerajaan bertanya.

"Ini adalah foto warga Star Light yang kami cari, Yang Mulia.", Asisten Raja Integra memberikan sebuah map berwarna hitam kepada Papa. Papa membuka map itu, ia terlihat berpikir sejenak.

"Mengenai masalah warga Star Light ini bisakah saya bicara empat mata saja dengan Anda, Raja Erik?"

"Tentu, aku siap berdiskusi dengan Anda, Yang Mulia Raja Surya!" aku dan para pejabat di kedua kerajaan meninggalkan ruangan. Akhirnya berakhir sudah penyamaran menyiksa ini. Ya kuharap perundingannya lancar, aku ingin tahu siapa gadis "beruntung" yang dimaksud Raja Integra itu.....

***

"Dia masih terlalu muda, Anata!", terdengar suara dari kamar Mama dan Papa,"dia belum lulus kuliah, dia juga tak berbakat untuk hidup di istana, apa kau tega melakukannya?"

"Aku tahu Dear, tapi Kerajaan Integra memintanya ini demi perdamaian dua kerajaan. Lagi pula dia juga takkan diperlakukan buruk. Dia akan menikah dengan putra mahkota.", terdengar suara Papa. Aku ingin masuk tapi aku tak yakin.

"Bagaimana dengan Ayahku, Anata? Bagaimana reaksinya juka beliau tahu hal ini? Kau tahu kan beliau tidak suka terlibat dalam urusan politik? Apalagi kerajaan?", aku mencuri pandang dari pintu yang sedikit terbuka. Nampak Papa dan Mama sedang tidak satu pendapat.

"Ini juga demi kemanusiaam, Dear", Papa nampaknya coba menenangkan Mama, "kau tahu kan jika dia istimewa?!"

"Sejak kecil dia memang sudah istimewa Surya. Jika dia terluka, lukanya sembuh lebih cepat", Mama memeluk Papa,"aku tidak bisa membayangkan jika dia jauh dari keluarganya. Dia masih terlalu muda untuk mengalami hal ini."

"Aku tahu, Dear," Papa memeluk Mama semakin erat,"tapi bagaimana lagi? Inilah jalan untuk menyelamatkan negeri kita dari kehancuran. Kerajaan Integra mau melakukan segala persyaratan yang kuajukan dan mereka hanya meminta hal itu."

"Tapi bagaimana dengannya? Apakah dia akan setuju?" aku tak terlalu paham apa yang sebenarnya dibicarakan Mama dan Papa. Apa ini terkait gadis yang akan dinikahkan dengan Pangeran Viktor Phoenix? Tapi bukankah Papa juga tidak perlu persetujuan Mama? Mungkin Papa belum yakin jadi dia meminta sudut pandang dari segi seorang perempuan. Aku menghela napas, ingin kuceritakan apa yang belum Papa ketahui soal penyelamat atau perampok di tragedi pelantikan itu. Integra ya aku yakin tak salah lihat. Lambang elang emas yang mencengkeram bintang segi lima, pastilah lambang Integra. Tapi bagaimana aku bisa membuktikannya? Aku tak punya bukti untuk menyakinkan bahwa kemungkinan Integra turut andil dalam tragedi berdarah itu. Tak terasa kakiku kembali ke kamar perawatanku dan Kakak.

"Ada apa Dik?" Kakak menatapku, dia menutup buku cetak yang dibacanya,"Mengapa kau terlihat murung? Apa ada masalah?" aku duduk di tepi tempat tidur, Kakak mendekatkan kursi rodanya padaku.

"Tidak! Tidak ada apa-apa kok Kak, hehehe. Aku hanya lelah," aku berusaha mengalihkan pembicaraan,"oh ya bagaimana keadaan kakimu apa sudah terasa baikan?"

"Jangan mencoba menutup-nutupi masalahmu, seperti yang kau lihat kakiku masih butuh waktu untuk proses penumbuhan tulang. Dengar!" Kakak menggenggam tanganku,"Aku ini kakakmu, saudaramu.  Ya meski baru beberapa saat kita bertemu dan tahu satu sama lain, tetapi aku tak bisa melihat adikku bersedih. Ceritalah padaku, siapa tahu aku bisa membantu," aku berpikir sejenak,"jangan ragu! Aku bisa kok menjaga rahasia. Kau tak perlu takut.", dia tersenyum, sambil menatap ke mataku.

"Apa Kakak percaya padaku?" aku menatap balik matanya.

"Tentu, kau kan adikku. Aku lebih percaya padamu dibandingkan orang lain."

"Emm...em...jadi begini Kak....",aku menceritakan kecurigaanku pada Kerajaan Integra,"tapi aku tak punya bukti yang kuat, serta saat aku menyamar sebagai Merisa Sky kemarin untuk meminta maaf pada Papa....", aku menceritakan kesalahanku serta perjanjian perdamaian itu,"begitu aku bingung Kak, aku harus bagaimana?"

"Jadi begitu ya," Kakak berpikir,"jika kau tidak memiliki bukti yang kuat, tetapi kau menceritakannya pada Ayahanda, Ayahanda bisa saja mengganggapmu berusaha untu menggagalkan perundingan damai itu. Kau harus punya bukti yang kuat, Dik. Aku tak bermaksud untuk menyakiti hatimu, tapi aku ingin ya ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku sejak dulu soal mendiang kekasihmu Revan itu. Aku memang belum pernah bertemu dengannya tetapi aku merasa aneh dengan cerita mengapa kau bisa sampai di sini..."

"Maksud Kakak apa?", aku tak mengerti mengapa Kakak jadi membahas Revan?

"Kau tahu Dik, kau pernah bilang jika kau ke sini untuk menghadiri pelantikan Revan sebagai Royal's Guard ring III bukan?", aku menggangguk,"kau tahu bahwa pihak kerajaan tidak tidak memberi hadiah berupa voucher menginap di hotel apalagi hotel mewah serta tiket kunjungan atau liburan, Dik."

"Hah?!" aku terkejut,"Kakak tidak bohong kan? Jadi, maksud Kakak, Revan berbohong padaku?"

"Aku tidak tega mengatakannya, aku bisa bilang iya. Jika kau tak percaya bertanyalah pada Mr. Boma, Ayahanda atau Kakek. Mereka tahu segala hal tentang Royal's Guard dari awal sampai akhir di semua ring."

"Tapi...tapi mengapa Papa tidak pernah menyinggung hal ini Kak? Seharusnya beliau kan...."

"Emm...mungkin beliau tidak ingin kau kembali teringat kejadian itu, Dik. Lagipa kau baik-baik saja tidak disakiti atau pun terancam. Satu hal lagi Dik, apakah kau pernah tahu seperti apa latar belakang keluarganya Revan?"

"Emm...tidak, Kak. Aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya Revan, dia bilang dia anak yatim piatu. Hubungan kami pun LDR karena dia sejak lulus pendidikan Pedagogi pindah ke Heart of Star."

"Jujur aku tak mau menyakitimu Dik, aku ingin kau melanjutkan hidupmu. Tapi kau harus tahu bahwa dari pencarian data yang kulakukan pada data induk penduduk Kerajaan Star Light. Nama Revan Atiyanta itu tidak ada Dik."

"Hah?! Benarkah Kak?" aku tak percaya pada apa yang kudengar. Aku membuka Watch-i-ku lalu masuk ke website data penduduk kerajaan. Benar! Nama itu tak ada." Seharusnya meskipun dia meninggal kan datanya tetap ada. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Tapi Kak, bagaimana Revan bisa masuk dan lolos pada seleksi Royal's Guard padahal data dirinya saja tidak ada."

"Itulah hal yang kucurigai, Dik. Seleksi itu dilakukan dengan ketat, seharusnya hal seperti ini tidak terjadi. Seharusnya...."

"Tapi nisan Revan ada Kak....", aku bingung dengan  apa yang terjadi,"mungkinkah Revan seorang mata-mata? Yang dikirim Integra untuk menyakitiku? Mungkinkah dia dihabisi karena justru berbalik menjadi menyayangiku? UH!!! Semua ini membuatku frustasi."

"Aku tak tahu, Dik. Tapi semua kemungkinan bisa terjadi. Apalagi kau memang seorang putri bisa saja musuh kerajaan berusaha menyakitimu. Kau harus lebih berhati-hati mulai sekarang meskipun publik tidak tahu bahwa kau juga adalah Roselia Hope."

"Aku harus menyelidikinya, Kak,"aku menatap mata Kakak,"akan kubuktikan bahwa Integra terlibat dalam tragedi pelantikan itu."

"Tapi bagaimana caranya, Dik? Kau hanya melihat lambang saja tidak punya bukti lain."

"Emm...soal itu aku akan....", benar bagaimana aku akan membuktikannya? NGEEEK!!! Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Nampak seseorang masuk

"Lia!" Mama mencium dahiku,"Apa kau sedang sibuk?" Mama bertanya padaku.

"Tidak Ma, aku hanya sedang berbincang dengan Kakak saja kok."

"Emm...baiklah kalau begitu," Mama mengambil sesuatu dari dalam laci,"pakailah topeng emasmu dan ikutlah dengan Mama.", Mama membuka kotak beludru biru itu, lalu mengeluarkan isinya..

"Emm...baiklah Ma.", aku memakai topeng enas itu. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memakai topeng ini.

"Kau juga, Juna. Pakailah topeng perakmu dan ikutlah dengan Ibunda.", Kakakku hanya menggangguk, ia memakai topengnya. Mama sudah menajai topeng emas sejak masuk ke kamar kami.

"Ma, ada apa? Mengapa aku harus memakai topeng? Apa ada acara kerajaan? Mengapa tak memakai robot pengganti seperti biasanya?" aku bertanya pada Mama. Entah kemana Mama akan membawaku dan Kak Juna. Kami berjalan melayang.

"Karena ini acara ini tidak bisa dilakukan oleh robot pengganti. Harus dilakukan sendiri olehmu," Mama mengecup dahiku,"jangan khawatir, semua akan baik-baik saja.", mengapa Mama berkata seperti itu? Ia juga terlihat murung, apa yang akan terjadi?

***

Mama membawaku ke bagian tengah istana di luar kompleks kediaman raja dan ratu. Aku belum pernah menjelajahi istana seluruhnya. Entah apa saja yang ada di dalamnya. Sama seperti yang saat Mama berjalan melayang, kali ini pun aku mendapat sapaan. "Selamat lagi Tuan Putri", suatu sapaan yang baru pertama kali kudengar seumur hidupku. Jujur rasanya masih seperti mimpi di siang bolong, aku ini tuan putri yang sengaja "disembunyikan". Semua pelayan, penjaga serta robot berhenti sejenak lalu menundukkan kepalanya ketika aku, Mama dan Kakak melintas. Kami sudah berjalan melayang cukup lama, tetapi belum sampai juga. Kuakui istana ini memang benar-benar luas.

"Beritahukan kedatangan kami," Mama berkata pada seorang Royal's Guard ring I. Aku berusaha bersikap senatural mungkin agar tak ada yang curiga bahwa aku pertama kalinya ke sini. Tapi tetap tak bisa. Tetap saja aku melihat ke semua arah. Ada sebuah pintu berwarna biru tua yang besar, engselnya terbuat dari bahan stainless steel. Pintu itu bercorak marmer kebiruan. Seperti pada ruangan kerja Papa, Royal's Guard ring I juga menjaga ketat di depan serta samping pintu.

" Anda boleh masuk, Yang Mulia Ratu, Tuan Putri, Yang Mulia Pangeran.", pintu itu terbuka. Kami bertiga masuk ke dalamnya. Nuansa putih nan tenang begitu terasa saat memasuki ruangan itu. Seluruh dinding dan plafonnya berwarna putih. Lantainya terbuat dari marmer putih. Mataku menatap ke depan.

"Rosi!" terdengar panggilan yang lama tak kudengar. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat.

"Grandpa, Granny!" aku langsung memeluk keduanya,"Aku merindukan kalian", tak terasa air mataku menetes,"maaf sudah pergi tanpa pamit!" keduanya memelukku semakin erat.

"Tak apa, Rosi, yang terpenting kau baik-baik saja sekarang.", ucap Granny, CUP! Dia mengecup dahiku.

"Tak apa Cucuku, lupakan saja semua yang terjadi. Yang penting kau baik-baik saja. Aku merindukanmu!" Grandpa mengelus-elus rambutku. Aku melepaskan pelukanku.

"Apa yang Grandpa dan Granny lakukan di sini?" aku menatap keduanya,"Apa kalian datang untuk menjemputku?" kedua saling bertatapan. Granny menatapku,ia tersenyum.

"Kami di sini untuk memgunjungimu, sekaligus memenuhi undangan dari Yang Mulia Raja."

"Undangan dari Papa? Memangnya ada apa?" apa yang terjadi? Bukankah kata Mama, Grandpa tidak suka dengan hal yang berhubungan dengan politik dan kerajaan.

"Duduklah Rosi, anggap saja ini acara pertemuan keluarga biasa.", aku pun duduk di sofa berwarna biru tua di samping Granny. Mataku melihat sekeliling, jadi ini ya keluargaku yang sebenarnya, kami duduk seakan melingkar. Di samping kanan Grandpa ada kakek dan nenek dari Papa. Keduanya merupakan raja dan ratu sebelumnya.  Di sebelah Kakek ada Papa, Mama dan Kak Juna. Semua duduk di sofa beludru berwarna biru. Ada sebuah meja kaca dengan rangka berwarna emas di tengah-tengah kami.

"Agar lebih nyaman lebih baik kita lepas topeng kita Yang Mulia Raja,"  Kakek Bima melepas topengnya, Papa mengikuti. Aku, Mama dan Kak Juna juga mengikuti. Suasana hening, "emm....bagaimana perjalanan Anda ke sini, Tuan Edward?"

"Panggil saja saya, Edward, Yang Mulia. Ya, terima kasih atas jemputan yang sudah diberikan, kami jadi bisa bertemu Rosi dengan lebih cepat."

"Takdir memang aneh ya Tuan Edward, dahulu kita sepakat untuk menyembunyikan semua ini demi kebaikan cucuku Lia, tapi dia justru datang ke sini lebih cepat, "suasana hening sejenak,"oh ya silahkan dinikmati teh dan kuenya.", nampak ada teh serta kue kering di atas meja kaca itu. Teko dan cangkirnya berwarna coklat kayu, agak mengkilap. Aku meminum tehku, enak juga.

"Sebaiknya kita mulai saja, Yang Mulia Raja. Jangan sampai semakin kebingungan dengan apa yang terjadi. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, entah dia tahu sekarang atau besok bahwa dia itu sebenarnya putri raja, semua sudah kehendak Yang Mahakuasa."

"Maksud Grandpa apa?" aku menjadi semakin bingung dengan apa yang terjadi,"Mulai apa?"

"Begini Rosi, kau tahu kan perundingan perdamaian yang dilakukan kemarin. Dari cerita ibumu, kau sedang menyamar menjadi Merisa Sky dan menjadi asistem ayahmu, Yang Mulia Raja Surya. Grandpa yakin kau pasti sudah tahu kan alasan mengapa kau dibesarkan di Free Land? Karena Grandpa ingin ada keturunanku dari Mamamu yang meneruskan usaha dan risetku. Kau tahu apa tujuanku mendirikan perusahaan riset? Semua demi kemanusiaan, tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan teknologi yang dapat membantu sesama disamping mencari laba. Aku sebenarnya tidak benci politik atau kerajaan, hanya aku ingin ada keturunanku yang fokus pada masalah itu. Aku ingin kau menjadi pengganti mamamu, yang sudah ditakdirkan menjadi ratu sehingga berjuang dijalur kerajaan. Sebenarnya tujuan utamaku, aku hanya ingin Star Light menjadi maju lewat teknologi,  karena itu aku berjuang melalui jalur pengembangan teknologi. Katakan padaku," Grandpa menatapku tajam,"apakah kau siap berjuang demi Star Light?"

"Emmm...", aku bingung garus menjawab apa,"ya aku akan berusaha, Grandpa. Kurasa aku lebih cocok menjadi peneliti daripada seorang putri raja. Yah, jika ditanya siap berjuang, aku siap. Memangnya teknologi apa yang akan dikembangkan?"

"Kau jadi membuat Rosi kita  semakin bingung, Edward", Granny menyahut,"lupakan yang dikatakan kakekmu ini. Aku tidak suka  berbelit-belit dan membuat cucuku semakin bingung, Rosi," Nenek menyentuh pipiku,"kau tahu kan soal perjanjian damai itu dengan Kerajaan Integra? Kau tahu kan ada gadis istimewa yang menjadi harapan dan permintaan Kerajaan Integra?"

"Iya, Granny, aku tahu itu. Tapi apa hubungannya denganku?"

"Kaukah gadis itu, Sayang. Kau yang dimaksud dalam syarat  perjanjian damai itu."

"AKU?!", teriakku,"Ba....ba....ba...gai ....ma...na mungkin Granny?"

"Kau spesial Nak. Darahmu mengalami mutasi genetik sehingga bisa dijadikan obat untuk seseorang yang mengalami pelemahan sistem kekebalan tubuh sehingga terserang penyakit. Nak, aku dan kakekmu sebenarnya sudah tahu ini sejak kau, kami besarkan. Kami setuju untuk mengikutsertakanmmu dalam perjanjian itu karena kau satu-satunya harapan bagi warga Integra. Itu sejalan dengan tujuan kemanusiaan yang aku dan kakekmu perjuangkan...."

"AAAA!", Mama berteriak,"Aku sudah tidak tahan dengan semua drama ini. Dari tadi tidak selesai-selesai, seperti mau memberitahu pasien bahwa dia terkena penyakit berbahaya saja," Papaku menatap tajam ke arah Mama. Mamaku mendekatiku lalu berjongkok di depanku.

"Dear!" Papa memanggil Mama,"Kau ini ratu jaga tingkah lakumu.", Mama balik menatap Papa.

"Sudahlah Surya, lupakan hal itu sejenak. Lagipula ini juga cuma acara kumpul keluarga kok," Mama menatapku,"dengar Lia! Aku mengatakan ini bukan sebagai Ratu Star Light, tapi sebagai Mamamu. Jadi intinya, apa kau mau menyumbangkan darahmu untuk diambil sebagai obat bagi para warga Integra? Apakah kau mau menikah dengan Pangeran Viktor Phoenix?"

"HAH?!" teriakku kencang,"Mama, jika darahku diambil untuk obat warga Integra, it's okay. Tetapi mengapa aku harus menikah? Aku masih muda, kuliah saja belum selesai, Mama."

"Agar selama kau di sana kau juga punya kedudukan,Sayang. Raja Integra ingin kau tinggal di kerajaannya. Kau tahu mengapa di akhir perundingan papamu dan Raja Integra berunding berdua saja? Karena Raja Integra tidak tahu bahwa kau adalah Roselia Hope yang juga Putri Star Light. Papamu berusaha melindungi kerajaan juga identitasmu, makanya dia berbicara empat mata dengan Raja Integra. Agar kau benar-benar aman serta perjanjian ini semakin kuat, jika kau setuju untuk ikut dalam perjanjian damai ini, kau harus menikah dengan Pangeran Viktor Phoenix. Kami mengundang Grandpa dan Granny ke sini, untuk meminta pendapat mereka. Karena merekalah yang dominan berperan membesarkanmu. Keduanya menyetujui jika seumpama kau turut serta sebagai syarat dalam perjanjian damai ini, karena ini demi menyelamatkan warga Integra serta demi perdamaian kedua kerajaan agar tak lagi ada korban berjatuhan," Mama menatapku tajam,"sekarang tergantung dirimu, apakah kau setuju dengan pernikahan dan ketentuan perjanjiian damai ini? Aku, Papa, kakek dan nenekmu tidak memaksamu, kami menyerahkan semua keputusan padamu. HAH?! Menikah? Aku tidak terlalu peduli pada pengambilan darah itu, aku hanya tertuju pada pernikahan ini. Aku benci harus menikah, apalagi dengan orang yang belum pernah kutemui. Tapi, ini demi kerajaanku. Aku menatap Papa, kakek dan nenek, mereka hanya tersenyum. Papa mendekatiku.

"Aku ayahmu, aku ingin kau selalu bahagia," Papa memelukku,"putriku adalah manusia bukan barang, jadi apa pun keputusanmu, aku, kakek dan nenekmu akan selalu ada di sampingmu. Kau tidak harus setuju dengan perjanjian damai ini.", CUP! Dia mengecup dahiku

"Jadi, bagaimana Sayang? Apa keputusanmu?", Mama menatapku.

"Emm...aku....", sungguh keputusan yang sulit.

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan
Similar Tags
Dear Diary
4      4     0     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
BELVANYA
1      1     0     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
karachi
3      3     0     
Short Story
kisah elo
Deepest
6      4     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
Persinggahan Hati
17      7     0     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
Violetta
3      3     0     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
SiadianDela
63      20     0     
Romance
Kebahagiaan hanya bisa dicapai ketika kita menikmatinya bersama orang yang kita sayangi. Karena hampir tak ada orang yang bisa bahagia, jika dia tinggal sendiri, tak ada yang membutuhkannya, tak ada orang yang ingin dia tolong, dan mungkin tak ada yang menyadari keberadaanya. Sama halnya dengan Dela, keinginan bunuh diri yang secara tidak sadar menjalar dikepalanya ketika iya merasa sudah tidak d...
Selfless Love
36      15     0     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Sekotor itukah Aku
3      3     1     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Got Back Together
3      3     0     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...