Read More >>"> The Friends of Romeo and Juliet (18. Dilar) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Friends of Romeo and Juliet
MENU
About Us  

Molor lagi, padahal aku berencana fokus mengurus kafe untuk minggu ini. Kak Yudi akan ke Bandung untuk menghadiri pesta pernikahan temannya waktu SMA. Plus, dianya mau libur sebentar, korupsi 3 hari selain hari undangan, untuk berkeliling kota Bandung. Sebenarnya ada tenaga bantuan, tapi…

Suara tinggi memanggil namaku. Aku berjengit. Hamka menepuk punggungku saja, lalu pergi. Sialan, bukan ditolongin, malah temen dibiarin berkorban!

Suri, salah satu cewek paling centil dan menurutku muka badaknya melebihi Hamka, melambai sok mesra dan bergerak ingin menggelayuti lenganku. Dengan refleks kuberi dia pandangan menghina dan kutarik lengaku sebelum ujung bulu kudukku yang berdiri dipegang olehnya. Dia cemberut sedetik, tapi langsung tersenyum dengan cara, (opininya sendiri pastinya), yang menggoda. Teman-teman OSIS lain pada bersiul. Beberapa menatapku kasihan.

“Dilar….aku takut nih kalau udah malam…anterin yah?”

“Buta ya? Masih terang bego,” aku tanpa rasa kasihan memberinya kata-kata itu.

Namanya juga muka badak. “Iiiih,” (aku berjengit mendengar suara sok imutnya, kok bisa dia tahan sama suaranya sendiri? Melengking, lagi.), “kok gitu sih? Ketua Divkemdip kan harusnya menjaga keselamatan siswa lain….”

Hampir kukatakan kalau sekarang keselamatanku yang dalam bahaya dengan kehadirannya. Aku memutar otak. Padahal kepalaku sedang terasa agak sakit.

“Itu gunanya anggota, ketua divisi bisa mendelegasikan. Pulang sama temenmu sendiri atau kusuruh Adif yang nemenin?” itu ancaman. Adif, anggotaku, mendengar namanya dipanggil langsung melesat kea rah kami dengan berseri-seri. Suri langsung pucat melihat celana kedodoran dan tubuh ceking kecil Adif, lalu menggeleng, “eng…nggak usah deh, Lar. Aku inget ada janji sama Ayu, eng…dah!”

Akhirnya aku bisa bernapas lega, Adif yang prospek cewek minta dijagainnya lenyap tanpa jejak, langsung kembali dengan murung dan kepala menunduk. Aku minta maaf padanya dalam hati, besok biar kutraktir deh. Lumayan juga dia berguna sebagai anggota, bisa kujadiin tameng untuk menghadapi cewek-cewek itu.

Tapi tentu saja, karena aku harus mengembalikan kunci ruangan OSIS ke Hamka yang ngacir mengorbankan sahabatnya, maka aku yang terakhir ada di ruangan untuk memastikan tidak ada anggota yang barangnya ketinggalan di ruang OSIS dan tidak ada orang ketinggalan. Nggak lucu kalau ada yang pingsan nggak ketahuan terus kekunci gara-gara aku.

Si Risa, melambai padaku, pamit. Aku mengangguk padanya. Akhirnya…aku membiarkan kepalaku sedikit rileks. Sakitnya agak terasa lebih kuat sekarang.

“Mmm…”

Aku membuka mata, kulihat ke pintu. Rey. Dia tersenyum, tapi tatapan matanya cemas. “Kak…Dilar nggak papa?”

Kok dia tahu? Hamka aja nggak sadar tadi, meski aku sudah berulang kali memijit dahiku selama duduk di sampingnya. Aku tersenyum, “Nggak papa.”

“Oh…” dia terdiam lagi, dia masuk ke ruang OSIS lagi. Tapi tanpa melakukan apa-apa. Matanya memang memandang ke seluruh ruangan…kecuali aku. Aku tersenyum. Dia salah tingkah karena kami masih di sekolah.

Aku mengulurkan kedua tanganku, “Rey,” kupanggil namanya selembut mungkin, dia melihat ke arahku, “sini.”

Tangan kami saling menggenggam. Dingin, tangannya kutempelkan ke dahiku. Aku menghela napas, merasa jauh lebih nyaman.

“Kenapa balik? Yuki mana?”

“Dia duluan, ada les…”

“Oh….terus kamu? Ada yang ketinggalan? Mau dibantuin?”

Dia menggeleng, “tadi selama rapat, Kak Dilar kelihatan…..agak pucat. Terus mijit dahi sampe berkali-kali, kupikir lagi sakit…”

Aku menunduk, lalu menghela napas. Tangan kami yang bertaut jadi tumpuan. Tuhan…kok bisa sih, aku dapet cewek sebaik ini…aku mendongak, tersenyum, “agak sakit kepala aja kok. Tapi nggak papa, pulang nanti aku tidur dulu aja. Abis itu kalo masih sakit, minum obat juga sembuh kok.”

Wajahnya yang khawatir jadi sedikit lebih lega.

“Oh, ada Rey!”

Kami terlonjak dan langsung memisahkan diri. Wajahku mengeruh. Yosi.

“Kak Yosi?”

“Kucariin lho, mau kuajak ke kafe. Enak tempatnya. Hari ini bisa nggak?”

“Nggak bisa.”

Kami bertiga terkejut. Karena yang menjawab mulutku sendiri. “Aku mau minta bantuannya hari ini.”

Wajah Yosi sekilas terlihat biasa, tapi aku curiga dia sendiri sudah melihat kami dari tadi. “Bantuan apa?”

“Si Hamka minta tolong soal tugas seni.”

“Oh….kelasnya dapet yang lukisan surealis ya? Kok nggak minta tolong aku?”

Aku tersenyum mengejek. Pertanyaan bagus Yos, aku nggak akan bohong untuk yang ini.

“Nggak mau katanya. Entar dia kamu godain juga kayak cewek-cewek lain.”

Wajah playboy pas-pasan itu memerah karena marah. Rey sendiri terlihat geli dan menahan tawa karena jawabanku tadi. “Enak aja! Emangnya aku….?!” Dia begidik sebentar, lalu dengan langkah kaki dihentak-hentakkan pergi. Akhirnya tenang juga….

“Mau pulang sekarang?” Aku bertanya pada Rey. Dia membuka mulut, tapi kuinterupsi.

“Kita bareng.”

Matanya membulat,“heh?”

“Sekolah udah sepi, lagian udah mulai gelap, Rey.”

Dia menahan tawa lagi, aku mengerutkan dahi, “kenapa?”

“Tadi pas Kak Suri yang minta dibilang masih terang.” Sial, dia liat cewek lain ngedeketin aku? Ya iyalah! Aku merutuk diriku sendiri, kami sama-sama OSIS (Suri divisi Humas. Atau divisi lain? Bodo amat.), jelas-jelas dia masih di ruangan tadi. Jelas dia lihat setiap hari bagaimana Suri dan cewek-cewek ganjen lain itu nempel ke aku.

“Itu kan dia. Kalau kamu, mau gelap mau terang harus kujagain Rey.” Sengaja menyelipkan gombalan supaya keren dan, jangan kira aku nggak bisa ngegombal ya. Apapun juga bisa, demi satu-satunya cewek…cewek ini.

Wajahnya memerah. Kami berjalan seiringan menuju tempat pemberhentian bus. Untung perkataanku benar, memang sudah hampir gelap, dan sekolah sudah kosong. Ekskul ditiadakan selama ujian, serta satu minggu setelah dan sebelum ujian.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Camelia
3      3     0     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Life
4      4     0     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
The Secret Of Donuts
5      5     0     
Fantasy
Masa lalu tidak dapat dibuang begitu saja. Walau, beberapa di antara kita berkata waktu akan menghapusnya, tapi yakinkah semuanya benar-benar terhapus? Begitu juga dengan cinta Lan-lan akan kue donat kesukaannya. Ketika Peter membawakan satu kue donat, Lan-lan tidak mampu lagi menahan larangan gila untuk tidak pernah mencicipi donat selamanya. Dengan penuh kerinduan, Lan-lan melahap lembut kue t...
Intuisi Revolusi Bumi
9      6     0     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
Sepi Tak Ingin Pergi
5      5     0     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
You Can
12      4     0     
Romance
Tentang buku-buku yang berharap bisa menemukan pemilik sejati. Merawat, memeluk, hingga menyimpannya dengan kebanggaan melebihi simpanan emas di brankas. Juga tentang perasaan yang diabaikan pemiliknya, "Aku menyukainya, tapi itu nggak mungkin."
My Reason
11      7     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
IMAGINATIVE GIRL
25      5     0     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Dear Vienna
4      4     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.
NIKAH MUDA
7      7     0     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...