Read More >>"> L for Libra [ON GOING] (9. Amarah Seorang Sahabat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - L for Libra [ON GOING]
MENU
About Us  

9. Amarah Seorang Sahabat

Kenta menggendong Claire yang terkulai lemas di pelukannya. Tatapannya sendu, lama tidak melihat adiknya seperti ini. "Apakah kalian tahu siapa yang melakukan ini?" tanyanya. Geram tidak lagi bisa ditahan karena adik kecilnya diganggu dengan trauma terbesarnya.

Kepala sekolah menggeleng. "Kami belum tahu siapa pelakunya. Tapi, kami akan mencari pelakunya dengan segera. Terima kasih sudah datang."

Kenta keluar dengan Claire di tangannya bersama Varo dan Lala mengekorinya. "Gue duluan," kata Lala. Kenta dan Varo mengangguk.

Lala pergi meninggalkan mereka. Memang, jam pelajaran sudah dimulai. Lala yang sadar dirinya adalah seorang pelajar pergi ke kelasnya, hendak mengikuti pelajaran. Berbeda dengan Varo, yang masih saja mengikuti Claire yang digendong Kenta.

"Ehm, Ken. Sejak kapan Claire bisa setenang itu saat kamu memainkan seruling itu?" tanya Varo, "apa karena itu sebuah seruling ajaib, atau kamu memanterai adikmu sendiri?"

Kenta menendang kaki Varo pelan. "Jangan konyol. Mana ada seruling ajaib. Lagipula, untuk apa aku memanterai adikku sendiri? Itu tindakan bodoh."

Varo teraduh. Tendangan Kenta yang disebut "pelan" sangatlah menyakitkan, tidak sepelan yang dikira. "Kan, bisa saja. Belum tentu kamu manusia tulen. Bisa jadi, kamu penyihir atau monster."

Kenta menatap tajam. "Claire sudah seperti itu sejak bayi. Dulu, saat aku berumur 7 tahun dan Claire hanya 9 bulan, ada seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah. Saat itu, hanya Claire yang ada di rumah. Mama sedang pergi ke rumah tetangga untuk arisan. Saat mama pulang, dia mendapati rumah acak-acakan dengan tangis Claire yang sangat kencang dari kamar."

Varo mendengarkan dengan saksama. Claire sudah ditaruh di mobil dengan selamat. Namun, sepertinya Kenta masih ingin bercerita.

"Mama kewalahan dalam menenangkan Claire. Tetangga kami datang menengok ke dalam rumah karena bisingnya suara dari rumah kami," cerita Kenta sambil bersandar pada mobil. "Di saat itulah, aku tiba di rumah sambil memainkan seruling dengan Genta yang bernyanyi semangat. Kemudian, Claire tak lagi menangis."

"Wah, anak ajaib," ejek Varo.

Kenta kembali menendang Varo. "Beberapa saat kemudian, Claire kembali menangis. Para tetangga menarik kesimpulan, permainan kami menenangkan Claire. Kami kembali melakukannya dan tangis Claire reda dengan begitu cepatnya."

Varo mengangguk mengerti.

"Sejak saat itulah, aku bercita-cita menjadi seorang pemain seruling profesional, sedangkan Genta ingin menjadi penyanyi yang bisa membantu menenangkan Claire. Itu juga merupakan salah satu alasan mengapa kami menolak tenar," jelas Kenta. Dia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. "Duluan," pamitnya.

🍁🍁🍁

"Gue duluan," kata Lala pada Kenta dan Varo. Firasatnya mengarahkan kakinya ke pojok kantin yang sepi. Memang, saat ini kantin sedang tidak ada pengunjung. Hanya saja, terdengar suara-suara dari pelosok kantin yang paling tersembunyi.

"Gue nggak nyangka kalau si cewek itu bakal setakut itu pas dikurung. Lucu banget dia," tawa seorang gadis. Beberapa gadis lainnya ikut tertawa. Lala yang menguping menebak arah pembicaraan mereka.

"Apalagi pas dia nangis. Cengeng banget, sih, gitu aja nangis." Tawa mereka menusuk telinga Lala.

"Apa bisa tertawa biasa saja? Tawa mereka mengerikan sekali," pikir Lala, "aku kembali ke kelas saja. Tidak ada gunanya aku berada di sini mendengar seru tawa mereka akan sesuatu yang bukan urusan gue."

"Siapa ya, namanya? Kalau tidak salah Clarisse?" sebut seorang gadis.

"Bukan, namanya Claire."

Lala menghentikan langkahnya dan berbalik. Seketika, tatapannya dipenuhi aura membunuh. "Oh, jadi kalian yang mengganggu Claire," serunya senang telah menemukan pelaku pembullyan pada Claire. Tangannya mengepal, senyumnya mengerikan.

"Siapa lo?" seru si bongsor gagah berani melindungi teman-temannya.

"Gue? Gue teman orang yang kalian bully, bodoh!" Kakinya berputar dan mengenai tepat di wajah gadis itu. Dia ambruk.

Teman-temannya berseru ketakutan. "Maafkan kami!"

"Tiada ampun untuk kalian," seringai Lala.

🍁🍁🍁

"Bisa-bisanya anak saya yang cantik ini diperlakukan seperti ini?!" bentak salah seorang orangtua murid pada ibu kepala sekolah. "Bisa-bisanya seorang berandalan menghajar anak saya. Lihat dia sekarang, terlihat buruk. Nanti tidak ada yang mau bersamanya," omel ibu itu.

"Siapa yang berandalan coba? Anak anda yang lebih parah daripada sampah," seru Lala. Ya, inilah Lala si pembangkang, yang akan terus melawan apabila dia tidak salah.

"Kamu!"

"Ibu, apakah ibu sadar akan perbuatan anak anda sendiri?" tanya ibu kepala sekolah dengan sabar.

"Saya tidak sadar dan tidak akan mau sadar. Toh, yang salah bukan anak saya. Masa, anak saya yang manis melakukan hal buruk? Saya mau dia minta maaf," marah ibu dari ketua geng yang menindas Claire sambil menunjuk Lala.

Ketua geng itu hanya tersenyum sambil memperhatikan Lala yang terlihat sangat lemah saat ini. "Dia tidak punya cara lain selain minta maaf. Harga dirinya lebih rendah dari seekor binatang."

"Maaf saya menolak. Sekian dan terima kasih." Lala membungkuk hormat pada ibu kepala sekolah, mencibir sang ibu dari ketua geng itu, dan menjitak kepala ketua geng yang terbalut perban.

"Dasar, anak itu!" marah ibu itu, "bu kepsek, skors dia!"

Ibu kepala sekolah menghela napas. "Karena sudah jelas kalau anak ibu yang menindas seorang anak dari kelas lain yang mengalami trauma di tempat gelap dan sempit, saya tidak segan mengeluarkan anak ibu dari sekolah. Mohon keluar dari ruangan saya."

🍁🍁🍁

Varo mendekati Lala yang berjalan gagah di lorong. "Ada apa?"

"Lo tahu siapa yang menindas Claire?" tanya Lala. Varo menggeleng. "Penggemarmu."

Mata Varo mengkilat marah. "Gue akan hajar mereka. Beraninya membuat Claire ketakutan."

"Hei, laki-laki tidak boleh memukul perempuan. Dan lagi, gue sudah menghabisi mereka. Dua orang masuk UGD, dua orang cedera berat, dan satu orang, si ketua geng, memiliki wajah yang hancur," tawa Lala senang.

Varo bergidik ketakutan. "Lo benar-benar melakukannya?"

Lala mengembalikan ekspresi wajahnya seperti semula. "Tentu saja. Mereka harus menerima ganjaran karena sudah mengganggu sahabat karibku. Lihatlah, kawan. Ini adalah amarah seorang sahabat!"

🍁🍁🍁

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Goddess of War: Inilah kekuatan cinta yang sesungguhnya!
170      106     0     
Fantasy
Kazuki Hikaru tak pernah menyangka hidupnya akan berubah secepat ini, tepatnya 1 bulan setelah sekembalinya dari liburan menyendiri, karena beberapa alasan tertentu. Sepucuk surat berwarna pink ditinggalkan di depan apartemennya, tidak terlihat adanya perangko atau nama pengirim surat tersebut. Benar sekali. Ini bukanlah surat biasa, melainkan sebuah surat yang tidak biasa. Awalnya memang H...
Cazador The First Mission
92      52     0     
Action
Seorang Pria yang menjadi tokoh penting pemicu Perang Seratus Tahun. Abad ke-12, awal dari Malapetaka yang menyelimuti belahan dunia utara. Sebuah perang yang akan tercatat dalam sejarah sebagai perang paling brutal.
GEMINI
135      72     0     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...
IRIS
322      257     2     
Short Story
Alf terlahir dalam dunianya yang gelap, sementara Faye hidup dalam sisi yang berlawanan dengannya. Namun, siapa sangka jika ternyata sesekali Faye menginginkan hidup di posisi Alf. Sedangkan Alf telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan hitamnya, bukan beralih ke dunia putih milik Faye, namun ke kehidupan yang sebelumnya telah dipilih ibunya, Sang Pengkhianat.
Dream
382      307     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Alicia
40      28     0     
Romance
Alicia Fernita, gadis yang memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya. Gadis yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya karena memiliki banyak kelebihan. Tanpa mereka semua ketahui, gadis itu sedang mencoba mengubur luka pada masa lalunya sedalam mungkin. Gadis itu masih hidup terbayang-bayang dengan masa lalunya. Luka yang berhasil dia kubur kini terbuka sempurna beg...
Bulan dan Bintang
62      40     0     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Dimensi Kupu-kupu
401      218     0     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Coldest Husband
59      42     0     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
High Quality Jomblo
1017      361     0     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...