Read More >>"> Puisi, Untuk... (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Puisi, Untuk...
MENU
About Us  

Mutia. Cewe berambut panjang yang selalu diikat seperti kuncir kuda itu kini tepat berada di hadapan gue. Entah sejak kapan dia ada di sini. Gue ga sadar. Mungkin karena sedari tadi, gue terlalu fokus sama games android yang hampir membuat gue frustasi ini.

“Ada apa? Lo udah buat keputusan?”Gue mendahului pembicaraan karena gue tau maksud kedatangan Mutia sekarang.

“Hm”Angguknya.

 Gue menatap wajah Mutia sejenak. Sekalipun anggukannya mantap, gue masih bisa melihat keraguan di matanya. Gue tau ini adalah pilihan yang sulit. Tapi dia harus memutuskan. Siapa yang paling layak diantara gue dan Nino. Siapa yang paling pantas dipilihnya.

“Jadi?”Gue menaikkan bahu. Apa keputusan lo?

Mutia mengeluarkan sesuatu dari tas gendong ungunya, lalu menyodorkan benda itu pada gue.

Bingo, gue yang menang. Gue merasakan lengkungan bibir gue.

“Dateng! Awas kalo lo ga dateng”Nada bicaranya agak mengancam, tapi tetap terdengar lucu di telinga gue.

Gue mengambil tiket itu dengan sangat gembira. “Pasti dong” Jawab gue tanpa ragu.

Thanks udah milih gue, Mut

“Oh satu lagi” Kali ini suara Mutia agak mengecil. “lo jangan dulu kasi tau Nino soal ini. Kasian dia. Gue gamau dia marah. Dan gue gamau hal sepele kayak gini ngehancurin persahabatan kita”

Gue tersenyum lebar sambil mencoba memainkan kuncirnya “Iya bawel. Gue ngerti. Eh, tapi... Kalo Nino nanyain, lo mau jawab apa?”

“Hm.. gue bakal bilang kalo tiketnya udah gue kasiin ke adek gue sama pacarnya” Mutia menghela nafasnya “semoga Nino ga curiga sama kebohongan ini”

“Amin”Sahut gue segera dan kembali memandangi tiket nonton film spiderman yang diberikan Mutia.

“Yaudah. Ayok pulang! Nino udah nungguin di depan daritadi” Mutia menutup kembali resleting tasnya, lalu berbalik, dan berjalan keluar dari kelas. Gue menyusulnya di belakang sambil terus-terusan bergumam atas kemanangan gue dari Nino.

Yes! Mutia ternyata milih gue, No. Lagi-lagi gue tersenyum, karena terlalu bahagia.

                                                                                                      ***

“Udah ada kabar dari Mutia?”

Pertanyaan Nino membuat gue teringat kembali akan kejadian di sekolah tadi. Di mana seorang Mutia memilih gue sebagai pasangannya untuk nonton film spiderman, bukan Nino.

“Belum”Sahut gue sambil menaikkan bahu. Ya. Gue tau kalo gue bohong. Tapi ini perintah Mutia. Gue gamau membuat Mutia kecewa karena gue telah melanggar janji.

“Tuh cewek bener-bener susah diprediksi. Jangan-jangan dia ga akan ngasihin tiket itu ke salah satu dari kita”

Merasa tidak terima dengan pernyataan Nino, gue akhirnya berkomentar.“Emang ke siapa lagi dia mau ngasih?”. “Kan cuma kita berdua yang bantuin dia menangin lomba kuis berhadiah tiket nonton itu. Dia bukan tipe orang yang gatau diri kayak lo” Gue menunjuk hidung Nino.

“Sembarangan terus lo kalo ngomong!”Elak Nino karena tidak terima dengan pernyataan gue yang terakhir.

Gue terkekeh sambil menepuk bahunya “Gue becanda sob”

Disaat kayak gini, gue ngerasa ga ada pertarungan apapun diantara gue dengan Nino. Yang gue rasain hanya kehangatan persahabatan. Rasanya gue enggak rela kehangatan persahabatan ini harus ternodai dengan adanya perasaan cinta. Tapi sayang, semuanya udah terlanjur. Gue udah jatuh cinta pada cewek yang beranama Mutia Pratiwi. Yang tidak lain adalah sahabat gue sendiri. Begitupun dengan Nino, yang juga ternyata sudah memendam perasaan pada Mutia sejak lama.

Kami bahkan pernah berkelahi satu sama lain ketika gue berkata jujur pada Nino mengenai perasaan gue pada Mutia. Nino bilang ga boleh ada perasaan cinta dalam sebuah persahabatan yang udah lama dirajut.  Sayangnya nasihat Nino cuma omong kosong ketika suatu hari gue memergoki Nino memasukan surat ke loker Mutia. Ternyata Nino adalah penggemar rahasia Mutia yang lebih dulu mempunyai perasaan pada Mutia. Dan tak lama setelah kejadian itu terbongkar, kami berkelahi kembali untuk yang kedua kalinya.

Tapi akhirnya kami menyadari, betapa bodohnya perkelahian itu. Perkelahian antara dua sahabat yang memperebutkan cinta seorang cewek tomboy yang bahkan belum tentu memiliki perasaan yang sama.

Gue dan Nino pun saling mengibarkan berdera putih.

Mulanya gue mengira perasaan ini akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Namun ternyata kenyataan malah berbanding terbalik dengan pengharapan gue. Semakin hari gue semakin ingin bareng dengan Mutia. Gue semakin ingin menjaganya. Gue semakin terjatuh pada perasaan gue.

Sialnya, Nino juga ngerasain hal yang sama persis seperti yang gue rasain. Dia bahkan bilang kalo dia stress mikirin perasaan dia pada Mutia. Dia juga pernah bilang kalo dia ingin pindah sekolah demi menghilangkan perasaannya itu. Tapi gue melarangnya. Gue melarangnya untuk pindah sekolah karena gue gamau persahabatan kami retak. Gue juga takut Mutia akan sedih jika Nino harus pindah sekolah.

Dan kali ini gue yang menasihati Nino dengan berkata bahwa persahabatan yang sudah lama dirajut ini tidak boleh dibiarkan retak hanya karena perasaan cinta.

Akhirnya gue dan Nino membuat sebuah pertarungan untuk memperebutkan Mutia kembali. Namun kali ini pertarungan yang kami buat adalah pertarungan yang sangat sehat. Kami bertarung untuk membuat Mutia jatuh cinta pada salah satu dari kami. Dan siapa yang mendapatkan hati Mutia, dialah yang boleh jadi pacar Mutia. Dalam pertarungan ini kami juga menetapkan peraturan ‘tidak boleh melukai satu sama lain’. Dan gue rasa pertarungan ini sangat cocok untuk kami.

“Tapi.. apa lo pikir Mutia bener-bener udah jatuh cinta sama salah satu dari kita?”Tanya Nino lagi. Kali ini nada bicaranya terdengar agak khawatir.

Gue mengangkat bahu. “Tapi lo liat ‘kan tweet nya yang kemaren? Gue rasa dia mulai jatuh cinta sama salah satu dari kita”

Kemaren. Gue dan Nino dihebohkan oleh Mutia yang menulis ‘love and friendship? What will you choose?’ di akun twitternya. Karena itulah kami menyimpulkan bahwa Mutia sedang jatuh cinta. Dan yang kami yakini, dia jatuh cinta pada salah satu sahabatnya, yang tidak lain adalah gue dan Nino.

Setelah kejadian Mutia memberikan tiket nonton itu pada gue, gue tau siapa orang yang udah berhasil membuat Mutia jatuh cinta.

Orang itu adalah gue.

                                                                                              ****

Gue udah menunggu di luar bioskop. Menunggu kedatangan cewek yang sangat gue tunggu-tunggu kehadirannya, yaitu Mutia. Hari ini adalah hari dimana gue akan menyatakan perasaan gue pada Mutia. Gue akan berkata jujur tentang perasaan gue pada Mutia selama ini. Dan gue berharap Mutia akan mengerti dengan perasaan gue. Gue udah menyiapkan setangkai bunga mawar biru kesukaan Mutia dan sekotak coklat yang nantinya akan menjadi sedikit bukti nyata dari perasaan gue.

Tapi dimana cewek itu? Kenapa dia belum datang juga? Padahal film yang akan kami tonton tak lama lagi akan dimulai. Lantas gue mengambil ponsel dari saku celana jeans. Dan menekan bebrapa tombol di layar ponsel. Tak lama, seorang cewek di seberang sana menjawab.

“Halo?”Mutia mengangkat panggilan gue.

“Lo dimana? Jadi kagak nontonnya?”Tanya gue dengan nada agak kesal.

“Jadi kok. Gue kejebak macet nih”Jawab Mutia.

“Filmnya udah mau mulai”Sambung gue

“Aduh.. gimana nih? Yaudah. Lo masuk aja duluan. Di tiket ada nomer kursinya kan?”

“Ada. G-15 sama G-16”Jawab gue singkat.

“Lo masuk duluan aja! Nanti gue nyusul masuk. Gue sekarang mau cari ojek dulu. Kalo ngangkot nanti gue malah dateng pas filmnya udah kelar”

“Iya...Iya.. cepetan”Ucap gue yang lalu menutup panggilan. Bersamaan dengan itu, Film akan diputar 5 menit lagi. Gue pun memutuskan untuk masuk ke dalam bioskop sambil menunggu kedatangan Mutia.

Sudah sekitar 15 menit film berjalan. Tapi Mutia bahkan belum menampakkan batang hidungnya. Kursi di sebelah gue tetep kosong. Gue hanya berharap Mutia dateng sebelum kursi di sebelah gue ditempatin setan. Tak lama setelah itu, pandangan gue terganggu oleh sesosok tubuh jangkung yang berusaha melintasi tempat duduk gue.

“Permisi”Ujar pemuda jangkung itu. Gue mengangkat kaki gue untuk memberikan jalan pada pemuda itu. Namun yang aneh, ternyata pemuda ini duduk di sebelah kursi gue, kursi yang seharusnya ditempati Mutia.

“Eh mas, Kursi ini udah di—“

Gue membelalakan mata ketika berpandangan dengan pemuda jangkung itu. Hening beberapa saat sebelum akhirnya gue sadar kalo gue hampir teriak ketika gue merasa mengenali wajah pemuda itu.

 “Nino?!”

Dengan Ekpresi yang sama-sama terkejut, Nino hanya bengong ketika dia menatap gue.

“Halah.. sialan”Ujar Nino pada akhirnya sambil menghela nafas agak panjang. “Tuh cewek udah nipu gue”Lanjutnya yang lalu memalingkan wajahnya dari gue.

“Ngapain lo di sini?!”Gue masih belum bisa menerima kehadiran Nino.

“Ceritanya mau nonton, bareng Mutia. Eh ternyata malah ketemu kentongan satpam!” Ejek Nino.“Eh,tunggu” ia kembali menatap gue. “Jangan bilang…”

“Mutia ngasih satu tiket itu ke gue lho. Dia bilang dia mau nonton bareng gue”Kata gue memotong.

“Lah sama”Sahut Nino yang sudah mengerutkan dahinya.

“Sama?”

“Iya, dia juga bilang gitu sama gue. dan dia bakal bilang kalo dia udah ngasihin tiket nontonnya ke adek sama pacar adeknya kalo kalo lo nanyain soal tiket itu ke dia”

Penjelasan Nino sama persis seperti apa yang diucapkan Mutia 2 hari yang lalu. Ternyata gue juga tertipu.

“Dan bodohnya gue. Kenapa gue percaya ya? Kan adeknya belum punya pacar”Lanjut Nino yang memukul jidatnya.

Kini giliran gue yang menghela nafas. Ya. Gue juga bodoh ternyata. Gue menyandarkan diri ke kursi. Mencoba menghabiskan kekesalan gue dengan menonton sisa dari film spiderman yang tengah diputar.

“Sial!”Bisik Nino.

 “Kenapa lagi sih?”Tanya gue pada Nino karena masih kesal.

“Lo mesti liat ini!” Nino menujukan layar ponselnya pada gue. Layar ponsel Nino menampilkan sesuatu yang di tulis Mutia di akun twitternya sekitar 10 menit yang lalu.

Gue tidak bisa menutup mulut gue setelah membaca tulisan Mutia yang terbaca jelas di layar ponsel Nino. Sialan!

Love and Frienship? I choose Friendship. Lol

                                                                                                                               SELESAI

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dear.vira

    CERITANYA BAGUS BANGET, KUNJUNGI CERITAKU YUK https://tinlit.com/read-story/1436/2575, BANTU LIKE DAN CMMENT NYA YAA.. :)

    Comment on chapter Aku masih belum ingin tidur.
  • nepotisme

    <3

    Comment on chapter Aku masih belum ingin tidur.
Similar Tags
Love and Pain
381      230     0     
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.
One of The Boys
470      335     8     
Romance
Summer is here, and Mercy O\'Keefe\'s will consist of sun, sea, sand - and her cousin Blake and his friends. But for Mercy, being \'one of the boys\' is about to take on a whole new meaning.
Memeluk Bul(a)n
459      153     0     
Fantasy
Bintangku meredup lalu terjatuh, aku ingin mengejarnya, tapi apa daya? Tubuhku terlanjur menyatu dengan gelapnya langit malam. Aku mencintai bintangku, dan aku juga mencintai makhluk bumi yang lahir bertepatan dengan hari dimana bintangku terjatuh. Karna aku yakin, di dalam tubuhnya terdapat jiwa sang bintang yang setia menemaniku selama ribuan tahun-sampai akhirnya ia meredup dan terjatuh.
High Quality Jomblo
447      90     0     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...
CHANGE
7      7     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Maaf katamu? Buat apa?
7      7     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Why Him?
6      6     0     
Short Story
Is he the answer?
Shane's Story
30      14     0     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
SENJA
7      7     0     
Short Story
Cerita tentang cinta dan persahabatan ,yang berawal dari senja dan berakhir saat senja...
Pasha
14      10     0     
Romance
Akankah ada asa yang tersisa? Apakah semuanya akan membaik?