Seorang gadis kecil berdiri mematung di tempat. Saat isak tangis orang-orang di sekitar beradu dengan derai hujan, dirinya hanya bisa menatap kosong peti putih yang perlahan-lahan tenggelam bersama tumpukan tanah.
Akal sehatnya masih berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini. Jika ini sebuah mimpi, dia hanya perlu menunggu seseorang untuk datang membangunkannya.
Ya, dia hanya perlu menunggu. Sebentar saja, menunggu sebentar saja, tak masalah baginya untuk menunggu sebentar saja asalkan dia bisa terbangun dari mimpi buruk ini.
Namun, rasa sakit di hatinya terlalu nyata untuk sebuah ilusi. Rasa sakit itu memaksanya untuk menerima kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa dia tidak sedang tertidur.
Dia menjatuhkan tubuhnya, terduduk di atas tanah yang lembab oleh jejak hujan. Air mata yang sedari tadi tertahan pada pelupuk, kini mengalir bersama rasa sakitnya. Dia mengalihkan pandangan pada anak laki-laki yang juga sedang menatapnya dari balik kerumunan pelayat.
Dua pasang mata itu bertemu cukup lama, saling bertukar pandang dalam diam. Satu tatapan dengan dua rasa yang berbeda, yang satu membawa rasa bersalah, sementara yang satunya lagi membawa kebencian.
Dan keduanya menyatu dalam kenangan penuh luka, tersimpan dalam ruang abadi bernama ingatan.
baca paragraf pertama membuat harti pembaca melecus karena "merasa" pernah mengalaminya...
Comment on chapter Prologtragis!