Read More >>"> Annyeong Jimin (Just One Day) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Annyeong Jimin
MENU
About Us  

Maafkeun Typo....✌

Berjalan kaki menikmati sore hari mereka dengan pemandangan kota yang ramai. Mereka menyaksikan musisi jalanan yang menyanyikan lagu romantis.

Ra In kegirangan melihat dance dari B-boy. Lucu juga membayangkan bagaimana jika Jimin yang melakukannya.

Ra In mendorong Jimin hingga berada ditengah-tengah penonton. Para member B-Boy mengajak Jimin menari. Namun, karena malu dan kaku Jimin hanya menari sesuka hati.

Banyak penonton yang ikut menari bersama Jimin. Banyak siswa SMP yang mendekati Jimin dan tak sedikit memuji nya. Membuat Ra In kesal.

Tiba-tiba ponselnya berdering.
Ia melihat ada panggilan masuk.

Kookki is calling....

Ra In segera mematikan ponselnya. Hari ini tidak boleh ada yang mengganggunya. Ia kembali menyimpan ponselnya dan menyeruak ke tengah menarik Jimin dari sana.

"Itu menyenangkan Ra In. Kau harusnya ikut menari"

"Tidak"

...

Ra In dan Jimin masuk kedalam sebuah Mall besar. Tangan Jimin diseret paksa memasuki area time zone. Ra In begitu antusias. Ia berlarian kesana-kemari membawa Jimin dan menunjukkan permainan yang sangat ia sukai dan selalu menjadi andalannya jika datang kesana.

Jimin meraih bola basket dan memasukkannya kedalam ring. Ra In pun melakukan hal yang sama. Mereka beberapa kali berdebat memperebutkan siapa yang terbaik.

"Lihat! Aku yang paling banyak masukan bola"

"Tidak, Jimin. Itu aku"

"Aku dong Ra In"

Ra In mengibaskan rambutnya.
"Itu aku. Jelas aku, Nam Ra In"

Baiklah Jimin mengalah. Ia membawa Ra In ke sebuah permainan yang mempunyai misi membunuh zombie.

Lewat sebuah layar monitor yang cukup besar, Jimin menembakkan zombie-zombie lebih banyak dari Ra In.

"Kau hebat. Ayo Jimin habiskan mereka"

"Yeay...Jimin berhasil"

Wajah Ra In berseri-seri memperhatikan tulisan 'Best Score' di layar monitor. Selama ia bermain baru kali ini ia menang. Meskipun, bukan dia yang main.

Mereka berhenti tepat didepan sebuah photo box. Ra In selalu ingin kesana bersama Jimin. Tanpa ragu gadis itu menarik Jimin dan mengajaknya masuk.

"Ayo berfoto dan mengenang hari ini. Just one day, story about Park Jimin and Nam Ra In"

"Lakukan lah. Aku akan berpose tampan"

Ra In menepuk bahu Jimin. Sejak kapan Jimin jadi narsis begitu. Apa karena dia menjadi selingkuhan Ra In.

Nam Ra In mencubit pipi Jimin begitu pun sebaliknya. Mereka bukannya mengambil foto yang bagus tapi malah bergaya konyol. Itu karena Jimin tidak hentinya mengganggu Ra In.

Diam-diam Ra In sembunyi dan tidak tertangkap kamera. Ia tertawa melihat wajah Jimin yang ia edit sendiri.


"So cute my Jimin..." kekeh Ra In.

"Yakh! kau mengeditnya kenapa seperti itu?"

Ra In bahagia sekali berhasil membuat Jimin marah-marah.Begitu fotonya tercetak, Ra In membaginya dengan Jimin. Foto berdua pertama mereka.

"Simpan ini Jimin" Ra In mengulurkan foto dirinya dan Jimin. Gadis itu tersenyum namun seperti menahan tangis.

Jimin kembali ditarik menuju permainan yang selalu menantang. Yaitu, menjepit boneka. Permainan yang selalu Ra In bayangkan suatu hari akan ia mainkan bersama orang yang dicintainya.

"Dapatkan boneka itu untukku"
Seru Ra In menunjuk sebuah boneka yang berbentuk bebek.

"Terserah aku yang main. Yang mana saja tidak apa-apa kan? lagipula ini permainan yang paling sulit"

Ra In secara jelas menggeleng,gadis itu menolak.
"Aku hanya ingin yang itu"

"Wae?"

"Well...ducky doll itu mirip kamu Jimin"

What? Jimin yang tampan disamakan dengan bebek? Dunia pasti sudah benar-benar terbalik.

"Ko bisa?" heran Jimin.

"Bibirnya mirip denganmu" jawab Ra In.

"Kau mengataiku dower? Oh ya Tuhan, Nam Ra In. Kau merendahkan harga diriku. Aku tidak terima dikatai seperti itu. Apa-apaan, dari sekian banyak jenis boneka. Kau memilih ducky doll karena bibirnya mirip dengan---"

Cup!

Bedanya, Saat Jimin yang mengecup Ra In maka gadis itu akan tegang dan canggung. Tapi, saat Ra In yang melakukannya. Jimin dan Ra In malah saling tersenyum. Mereka melupakan dimana mereka berada. Dengan mengenakan seragam sekolah Ra In berani mencium Jimin ditempat umum.

"Kita seri. Kalau kau terus mengomel kapan akan memberikan ducky doll itu untukku? Aku juga tidak mengataimu dower. Bibirmu itu seksi." rengek Ra In.

"Salah siapa menciumku"

"Jadi kau tidak mau aku cium?"

Jimin mengerlingkan matanya. Mengerjai Ra In sungguh menyenangkan.
"Cium aku lagi kalau aku berhasil"

"Mwo? Akan aku pikirkan"

Jimin mulai memasukkan koin dan menggerakkan tombolnya. Ternyata untuk memenangkan permainan itu Jimin harus gagal berkali-kali.

Ra In tidak mau mengubah pilihannya. Membuat Jimin kesusahan mendapatkan boneka itu. Harusnya jika Ra In ingin boneka bilang saja, maka Jimin pasti akan membelikannya kenapa mesti repot-repot.

"Fighting...My ducky doll. Cup..cup" Ra In berusaha menggoda Jimin dengan berpura-pura akan menciumnya. Alhasil semangat Jimin kembali membara.

"Yeay!!!" teriak Jimin dengan mengepalkan tangannya. Ra In sudah melompat-lompat sambil bertepuk tangan karena keinginannya tercapai.

Usaha Jimin untuk mendapat ciuman Ra In ternyata tidak berakhir sampai disini. Begitu ia memberikan bonekanya pada Ra In. Gadis itu malah melenggang pergi berseru bahwa ia lapar.

"Yakh! Tepati janjimu"

"Aku lapar Jimin"

...

Setelah menghabiskan satu jam didalam time zone. Jimin dan Ra In beristirahat disebuah restauran. Masih ditempat yang sama.

Ra In sibuk memainkan bonekanya dan Jimin mengepalkan tangannya. Dadanya kembali terasa bagai ditusuk jarum.

Tuhan...tolong jangan hari ini. Just one day!

Ra In meraih pesanan yang baru saja dihantarkan. Melihat Jimin diam, Ra In menyodorkan menu milik Jimin.

"Ayo makan Jimin"

Jimin mengangguk dan meraih makanannya. Hanya satu Hamburger dan minuman yang dipesan. Jimin berusaha menelannya.

"Habis ini kita kemana?" tanya Ra In.

"Terserah kau saja"

"Kita ke akurium dekat sini Jimin. Melewati jalan yang ditumbuhi bunga sakura. Meskipun belum mekar tapi jalan itu sangat indah"

Jimin bersyukur dadanya kembali normal. Tapi, jantungnya tidak bisa seirama kalau melihat senyum Ra In.

"Baiklah"

"Setelah itu, kita ke gedung theater. Kau tahu siapa yang berperan hari ini? Ada Cha Eun Woo. Kemudian kita pergi ke studio foto, namsan tower dan--"

"Stop! Kau mau berfoto lagi?"

Ra In mengangguk. Apa yang salah?photo box dan studio foto sangat berbeda. Menurut Ra In, tempat itu tidak boleh dilewati.

"Tidak apa-apa Jimin"

Sekali lagi, Jimin hanya menuruti Ra In. Setelah selesai makan Ra In dan Jimin keluar dari Mall tersebut. Namun, sampai didepan langkah mereka dihadang oleh seseorang.

"Boleh minta bantuannya? Kalian couple yang sangat serasi. Nama saya Eunkwang, saya baru launching baju couple disini. Bisakah kalian menjadi model saya? Saya akan memberikan pakaian couple gratis untuk kalian"

Ra In mengangguk antusias. Sebenarnya Jimin merasa malu, tapi melihat Ra In bahagia. Jimin melupakan rasa malunya.

"Tentu dengan senang hati"

Namja itu memberikan satu pasang baju couple pada Ra In. Setelah beberapa menit mereka sudah berganti pakaian dan memperlihatkannya kepada para pengunjung lain.

Ajaibnya setelah Ra In dan Jimin menjadi model. Banyak yang berdatangan membeli pakaian couple pada Eunkwang. Setelah diperbolehkan pergi, Ra In dan Jimin keluar dari Mall.

Ra In berjalan didepan Jimin sambil mendongak melihat kuncup-kuncup bunga sakura. Jimin yang berada dibelakangnya hanya bisa tersenyum memperhatikan Ra In.

Ia tidak sadar menyukai pakaian yang dipakainya sama dengan Ra In. Jimin mengejar Ra In dan berjongkok didepannya.

"Kau sedang apa?"

"Menurut buku dan drama yang aku pelajari. Satu lagi metode kencan yang romantis yaitu menggendong gadis nya"

"Oh..ya?"

Ra In mengalungkan lengannya dileher Jimin. Begitu tubuhnya terangkat, Ra In bersenandung dengan mengibas-ibaskan rambutnya ke kanan dan ke kiri.

Hari sudah mulai larut, Namun kencan mereka masih panjang. Ra In masih akan mampir ke akuarium lalu ke gedung theater karena ada idolanya, Cha Eun Woo yang bermain.

Jimin terus memotret Ra In yang tengah sibuk menyaksikan ikan-ikan. Bahkan matanya tidak pernah lepas menyaksikan atraksi mermaid.

Kamera itu sengaja Jimin ambil karena ia ingin mengabadikan momen kebersamaannya Dengan Ra In.

Cekrek!

"Kau dapat dari mana kamera itu?" tanya Ra In. Karena sejak tadi Ra In tidak melihat Jimin membawanya.

"Aku menghubungi supir Appa untuk mengirimnya. Kau tidak tahu karena sibuk melihat ikan" jelas Jimin.

Ra In memegangi kamera Jimin. Melihat foto-foto hasil tangkapan Jimin. Foto Ra In yang tengah tersenyum, candid dari belakang, bahkan foto Ra In yang blur pun Jimin tangkap.

"Jimin, kau tidak lelah? apa aku berat?" tanya Ra In tidak enak. Melulu harus digendong. Tapi, Jimin menggeleng.

"Tidak. Aku kan menggendong dengan cinta"

Jimin terus menggendong Ra In sampai memasuki gedung theater. Mereka beruntung karena hampir saja kehabisan tiket. Mereka mendapat tempat duduk paling belakang. Tapi, sedikitpun tidak menyesal. Selama itu bersama Jimin. Ra In pasti akan senang.

...

Ra In tertawa sangat renyah melihat Jimin berfoto menggunakan kostum caplin. Lihat juga make up nya. Ra In sampai sakit perut karena terus tertawa.

Cekrek!

Seorang fotografer nya memfoto Jimin. Belum selesai sampai disitu, Jimin bahkan kembali berganti kostum seperti anak kecil. Memakai jumpsuit dan topi chrismast. Ra In gemas dan mencubit pipi Jimin.

Cekrek!

Setelah puas menertawakan Jimin. Kini Ra In dan Jimin yang harus difoto. Mereka memakai hanbok dan berpose memperlihatkan punggung.

"Lucu sekali kalian" puji sang fotografer.

Jimin dan Ra In kini diminta memakai pakaian bertema
pre-wed. Ini yang selalu Ra In pikirkan. Ia bisa mencoba gaun pengantin dan melihat Jimin tampan yang menjadi pengantin prianya.

Berbeda dengan Ra In yang terus mengumbar senyum. Jimin justru malah terlihat sedih. Ia mengingat kembali soal penyakitnya, soal masa depan dan sisa waktunya.

Andaikan aku diberi waktu seperti orang normal. Aku ingin berjalan diatas altar dan meraih tanganmu dari Ayahmu. Menyaksikan anak-anak kita tumbuh. Dan aku akan selalu menjagamu hingga akhir hayatku-----Jimin membatin.

Cekrek!

...

Udara malam dari atas menara namsan terasa sangat sejuk. Malam ini rasa dingin seolah tergantikan oleh kehangatan tangan Jimin.

Ra In dan Jimin memandangi nama mereka yang terikat erat digembok biru.

"Kau mau tau rahasia?"

"Apa?"

Ra In mengajak Jimin duduk di bangku dan mereka saling berhadapan.
"Aku suka melukismu"

"Oh..iya?"

"Jika aku merindukanmu aku akan melukis. Kau ingat saat kau mengatakan kalau aku menjijikkan. Saat itu aku menangis di pelukan Ayahku dan mengatakan kalau ada yang mengataiku menjijikkan."

Jimin merasa sangat bersalah. Kalimatnya saat itu tidak tentu. Ia hanya tidak ingin Ra In menolak Jungkook.

"Kau tahu Ra In. Aku juga tersiksa setelah mengatakan itu. Aku koma selama sebulan. Itu hukuman Tuhan karena aku sudah menyakitimu"

"Lupakan itu dan berjuanglah Jimin. Aku ingin kau bertahan"

Jimin tersenyum dan mengeluarkan ponselnya kemudian memasang kan aerphone ke telinganya dan telinga Ra In.

Ditengah gemerlapnya kota Seoul. Alunan lagu 'Just One Day-BTS' mengisi kekosongan hati mereka.

Haruman neowa naega hamkkehal su itdamyeon.
Haruman neowa naega sonjabeul  su itdamyeon.
Haruman neowa naega hamkkehal su itdmayeon.
Haruman...haruman...
Neowa naega hamkkehal su itdanyeom...

Tes!

Jimin mengelap rahang atasnya. Ia buru-buru mengusap darah itu.Untung saja mimisannya tidak terlalu banyak. Oh God! Jimin lupa bawa obat. Seharusnya ia minum obat sekarang.

Begitu lagu tersebut habis. Jimin dan Ra In turun dan berjalan menghampiri penjual ice cream. Gadis itu memekik saat Jimin menyuapinya.

Ra In sengaja membelokkan suapannya saat Jimin membuka mulut. Jimin kesal dan membuang muka. Ia memilih memotret Ra In yang tengah memakan ice cream.

Ra In mengerucutkan bibirnya mendekati lensa kamera. Jimin gagal mendapat foto Ra In.

"Haha....ini Jimin" Ra In mengarahkan sendok ice cream didepan mulut Jimin. Kali ini ia benar-benar menyuapi Jimin.

"Kau bilang aku akan diberi ciuman"

"Uhuk.." Ra In terlonjak hingga ice cream nya mengotori mulutnya. Belum sempat ia mengelap Jimin kembali mendekatkan wajahnya.

Ra In menaik-turunkan alisnya melihat wajah Jimin begitu dekat. Sejurus kemudian bibir mereka bertemu. Jimin dan Ra In sama-sama memejamkan mata mereka dan lumatan lembut mereka rasakan. Merasakan manisnya ice cream rasa strowberry dari cara yang berbeda.

Ra In melepaskan pagutannya. Dengan malu-malu ia menangkup wajah Jimin yang tengah memandang langit.

"Kau mau apa?" tanya Jimin saat wajahnya kembali berdekatan tanpa jarak dengan Ra In.

Kening mereka sudah menempel.
"Aku yang akan mencium mu bukan kau"

Ra In menempelkan bibirnya kembali dengan Jimin. Pagutan lembut kembali mereka rasakan. Hingga rasa strawberry nya lambat laun tidak terasa lagi.

...

Dengan kamera yang dibawa Ra In. Senyum gadis itu tidak pernah meredup. Bahkan memorinya selalu berputar saat Jimin mencium bibirnya.

Ra In terus membayangkan hal itu. Bahkan ia bersyukur ciuman pertamanya adalah Jimin.

"Apa naik bis berdua juga salah satu metode kencan mu?"

"Tidak. Hanya saja ini sudah malam. Kau harus pulang. Supaya cepat maka kita naik bis"

"Menurutku ini romantis"

"Benarkah? kau menonton ini juga di drama?"

Polosnya pemikiran Jimin. Ra In terkekeh tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Hanya menurutku saja Jimin"

"Kau kenapa memandangi terus fotoku?"

Ra In memang sibuk melihat foto Jimin dan teman-temannya. Pastilah Jimin suka memotret. Ia melihat banyak momen berhasil Jimin abadikan.

"Kau suka memotret?"

"Iya. Sejak aku ikut eskul fotografer waktu SMP" jelas Jimin. Ternyata masih banyak yang belum Ra In ketahui dari Jimin.

"Kau tahu kenapa aku menyukaimu, Nam Ra In? rahasiaku?"

Ra In memperhatikan wajah Jimin lebih lekat. Kalimat barusan membuatnya tertarik.

"Wae?"

"Rahasia"

Ra In sontak melongo dan memukul pelan dada Jimin.

"Apa-apaan itu? katakan kenapa, Jimin?"

"Aku bilangkan rahasia. Kalau kuberitahu namanya bukan rahasia lagi dong"

Ra In semakin gencar memukuli dada Jimin.
"Aww...sakit" tipu Jimin.

Ra In berhenti dan mengelus dada Jimin. Ia lupa Jimin punya penyakit kanker.

"Mian...Jimin. Mianhee...Pasti sakit ya.Mian..." wajah Ra In begitu panik.

"Aku hanya bercanda"

"Ih...nyebelin"

Begitu turun dari bis, Ra In dan Jimin terkejut melihat seseorang didepannya. Matanya melebar dan Jimin melepaskan genggaman tangan Ra In.

Bugh!

"Jungkook apa yang kau lakukan?"

Bugh!
Meski pukulan melayang di wajahnya. Jimin hanya diam. Jimin tidak sanggup melawan. Dadanya sakit dan yang lebih membuatnya sakit adalah membuat Jungkook kecewa.

Jimin tersungkur dan memandangi Ra In yang tengah menelfon.
 

TBC.
Jangan lupa Voment ☺

Ra In ❤

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • Indriyani

    @yurriansan Iyaa ya, haha😁. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. 😊

    Comment on chapter Dia-ku
  • yurriansan

    aku ada masukan nih, untuk istilah asing baiknya dikasih footnote. untuk orang yang udah lama gk ke korea (drama, maksudnya) gk tau artinya. so far bagus. kental korea,

    Comment on chapter Dia-ku
  • Indriyani

    @aisalsa09 Okee oke.. Makasih ya sarannya 😘

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • Indriyani

    @ShiYiCha makasih yaw hehe

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • aisalsa09

    Aku sukanya Jung Soek dong, wkwk
    Btw untuk bagian deskripsi, yang cerita tentang, C nya kapital aja gimana? Hwaiting eonni :))

    Comment on chapter Dia-ku
  • ShiYiCha

    Korea-nya kental sekaleh. Good FF

    Comment on chapter Lukisan Dia
Similar Tags
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
54      16     0     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Camelia
2      2     0     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Ketos in Love
13      5     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
My LIttle Hangga
562      379     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.
Werewolf, Human, Vampire
25      11     0     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY!(username: msjung0414) 700 tahun lalu, terdapat seorang laki-laki tampan bernama Cho Kyuhyun. Ia awalnya merupakan seorang manusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis vampire cantik bernama Shaneen Lee. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu dikarenakan perbedaan klan mereka yang tidak bisa diterima oleh kerajaan vampire. Lalu dikehidupan berikutnya, Kyuhyun berub...
PUBER
16      6     0     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Rumah Laut Chronicles
13      6     0     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
The Story of Fairro
26      11     0     
Horror
Ini kisah tentang Fairro, seorang pemuda yang putus asa mencari jati dirinya, siapa atau apa sebenarnya dirinya? Dengan segala kekuatan supranaturalnya, kertergantungannya pada darah yang membuatnya menjadi seperti vampire dan dengan segala kematian - kematian yang disebabkan oleh dirinya, dan Anggra saudara kembar gaibnya...Ya gaib...Karena Anggra hanya bisa berwujud nyata pada setiap pukul dua ...
Melawan Takdir
10      4     0     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
Love Invitation
353      272     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?