28 Maret 2347
Tokyo, Jepang
Perempuan dengan rambut jingga muda yang disanggul itu mendecak pelan, seraya melihat arlojinya. Sudah berlalu setengah jam sejak pesawatnya landing, tetapi dia masih saja terjebak di Bandara Tokyo ini. Dia pikir, taksi yang ia pesan sesaat setelah mendarat sudah menunggu di bandara karena titik lokasi pengemudi itu berada di bandara, sehingga ia buru-buru keluar dari bandara. Namun, ternyata itu hanya lokasi palsu yang dibuat oleh pengemudi itu karena tidak ada taksi sama sekali di parkiran bandara.
Dia mengeratkan pegangannya terhadap ponselnya, entah kenapa, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, membuatnya ingin segera pergi dari bandara itu sesegera mungkin, tetapi sebelum dia beranjak satu inci pun dari tempatnya sekarang, seseorang lebih dahulu menepuk bahunya, sambil menyapanya, “Xicha, bukan? Ah, ternyata aku tidak salah. Lama tidak berjumpa, Adikku yang nakal.”
Xicha terkejut, membuatnya reflek menepis tangan kakaknya itu sambil menatap kakaknya dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan. “Kenapa, Xicha? Kau tidak senang bertemu lagi dengan kakakmu ini? Kenapa? Kau malu? Kau malu sudah kabur dari rumah? Ah, sayangnya, kau tidak tahu betapa ayah merindukanmu. Kau tidak ingin melihatnya? Bertemunya?”
“Akihara Miyu. Kau bukan kakakku.” Xicha berkata dengan nada ketus, dengan cepat ia berlari pergi, menjauhi perempuan bernama Akihara Miyu yang sedang tersenyum sinis itu. Sambil menatap Xicha yang berlari menjauh, dia mengangkat tangannya, membuat beberapa lelaki berbadan kekar muncul di belakangnya. “Kejar dia. Lumpuhkan jika ia mencoba kabur, jangan sampai lolos.”
“Baik, Nona Miyu.” Dengan segera para lelaki berbadan kekar itu bergerak dengan kecepatan yang langsung dapat mengejar Xicha yang telah berlari jauh itu dalam waktu tidak sampai 2 menit, dan berhasil menghadang Xicha pas pada menit ke-2 sejak para lelaki itu berlari.
Iris kelabu milik Miyu memandang perlawanan sia-sia yang dilakukan oleh Xicha. Miyu menyunggingkan senyum terbaiknya sambil berjalan menuju Xicha dan pada pria berbadan kekar yang menahan Xicha yang terus memberontak. “Bawa dia masuk, jika dia masih tidak bisa berhenti memberontak, ikat saja.”
Para pria berbadan kekar itu mengangguk, mengikuti Miyu yang berjalan dengan angkuh menuju satu-satunya mobil yang tersisa di parkiran Bandara Tokyo itu. Xicha masih saja memberontak, mencoba melarikan diri dari Miyu, model psikopat yang pernah menjadi kakak tirinya, tetapi sia-sia. Ketika sampai di mobil itu, Miyu langsung duduk di jok belakang sambil memainkan kuku-kuku berkuteknya, menunggu para pria berbadan kekar yang sibuk mengikat adiknya dengan tali yang pasti tersedia di bagasi mobil abu-abu mengilap miliknya.
Merasa bosan, Miyu mengambil pusilli-nya, mengecek media sosialnya. Kedua sudut bibirnya tertarik naik ketika melihat satu dari beribu notifikasi yang masuk ke salah satu media sosialnya. Dari sebuah akun palsu, Miyu tahu itu, tetapi siapapun dia yang membuatnya, Miyu akan sangat berterima kasih. Jemari Miyu dengan cepat membalas pesan masuk dari akun tersebut. Terima kasih informasinya, siapapun kau. Maaf, aku sempat tidak mempercayaimu.
Awalnya, Miyu hanya sekedar mengisi kebosanan seperti sekarang dengan melihat-lihat pesan masuk di media sosialnya. Namun, tanpa sadar ia menemukan pesan dari akun tersebut, yang berisi: Selamat siang, Nona Akihara Miyu. Nona tidak perlu tahu siapa saya. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu. Adik Nona yang Nona cari akan ada di Bandara Tokyo jam 1 pagi waktu Tokyo tanggal 28 Maret 2347. Nona tidak perlu takut saya hanya membual. Sebaiknya, Nona pastikan terlebih dahulu, jika saya berbohong, Nona bisa meminta apa saja dari saya. Terima kasih.
Pesan itu terkirim tiga hari yang lalu, dan baru dilihat oleh Miyu kemarin. Awalnya, Miyu ragu, tetapi apa salahnya memastikan? Jika memang dia berbohong pun, Miyu tidak dirugikan. Karena Miyu memiliki jadwal pemotretan sampai jam 11 malam waktu Tokyo kemarin. Hanya menunggu 2 jam, apa salahnya? Lagipula, jarak tempat pemotretan ke Bandara Tokyo memakan waktu setengah sampai satu jam.
Miyu menoleh sebentar ke belakang, melihat apa pengawalnya selesai mengurus adiknya, lalu dia kembali lagi melihat pusilli-nya. Ada balasan lagi. Sebelumnya, pada jam 1 pagi tepat, akun itu kembali mengirim pesan. Apa Nona Akihara Miyu di Bandara Tokyo? Pesawatnya sudah landing. Japan Airlines. Pesan itu sudah dibalas tadi, sekarang ada balasan untuk jawaban Miyu untuk pesan yang menanyakan apakah Miyu di Bandara Tokyo. Pesan itu berisi: Saya tidak salah, bukan? Terima kasih Nona telah mempercayai saya. Saya akan menghapus akun ini beberapa menit lagi, apa ada yang Nona ingin tahu lagi?
Tentu saja, Miyu penasaran siapa dia, walau sebelumnya sudah diberitahu untuk tidak bertanya, Miyu tetap bertanya. Aku hanya ingin tahu satu hal, sebenarnya siapa kau? Sepuluh detik setelah Miyu mengirimnya, pesan Miyu dibalas. Saya hanya seseorang yang pernah memiliki konflik dengannya. Bisa dibilang, saya dendam, maka dari itu, ketika saya tahu Nona juga tidak menyukainya, dan saat itu saya dapat informasi dia akan ada di Bandara Tokyo hari ini, saya segera memberitahu Nona. Nona boleh memanggil saya Reseau. Saya bukan orang Jepang, jadi maaf jika nama saya terdengar aneh bagi Nona.
Baik, Reseau, terima kasih informasinya. Aku tidak ada pertanyaan lain. Ah, ya, namamu tidak terdengar aneh, kok. Aku sudah sering mendengar nama yang lebih aneh. Balas Miyu, dan beberapa detik setelahnya, Reseau kembali menjawab. Oh, begitu, ya. Terima kasih, Nona. Saya pamit. Saya akan segera menghapus akun ini. Sampai jumpa jika ada kesempatan lain, Nona. Sesuai dengan pesan terakhirnya, Reseau segera menghapus akunnya setelah memastikan Miyu membaca pesan itu, bersamaan dengan itu, pengawal Miyu selesai dengan Xicha. Dengan kasar, Xicha yang terikat dan mulut tersumpal kain itu dilemparkan ke dalam bagasi oleh pengawal Miyu, dan satu menit setelahnya, mobil itu melaju pergi meninggalkan Bandara Tokyo.
Udah namatin novel zor the teenager eh ternyata ada kelanjutannya disini, telat tau :')
Comment on chapter 0.1 | Bonus!