Read More >>"> Zo'r : The Scientist (10 | Kalung) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Zo'r : The Scientist
MENU
About Us  

Saya harus adaptasi sekolah baru, jadi kayaknya sebulan sekali updatenya, maaf, tapi saya usahain cepet hehehe. Terima kasih, untuk kamu yang (kalau saja) menunggu <3

 

28 Maret 2347

Roma, Italia

 

Vilfredo melirik jam tangannya. 07.54 Waktu Roma. "Aku lapar. Aku akan memasak. Kau mau ravioli, Vior?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Kak." Vior menatap tajam Vilfredo yang sudah mulai bergerak menuju dapur. Langkahnya terhenti sejenak, suara hangatnya yang terasa tidak sehangat biasanya, sedikit lebih dingin, menyapa indra pendengaran Vior, setelahnya Vilfredo kembali berjalan. "Aku memang benar-benar lapar. Akan kubuatkan untukmu satu. Jika kau tidak mau, aku akan menghabiskannya. Silakan duduk diam dan menunggu, Vior."

Batin Vilfredo berkecamuk. Dia lelah. Jika bisa, dia juga ingin berhenti menjadi manusia sok sempurna. Vilfredo ingin menjadi dirinya sendiri, tetapi dia tidak bisa. Bibirnya bergerak, pita suaranya bergetar, lantunan melodi yang terjalin berdesakan berlari keluar dari mulutnya. Dia bernyanyi, dengan suara tidak terlalu besar yang hanya bisa didengar orang lain dalam jangkauan satu meter darinya. Sebuah melodi, yang tidak ia ketahui judulnya, yang tidak dia ketahui kapan pertama kali dia menyanyikannya, siapa yang membuatnya, siapa yang mengajarinya, dia tidak tahu, dan hanya tahu satu hal …, melodi itu dari masa lalunya.

 

Diam, dan amati,

Inginku maju, menyampaikan pikiranku,

Namun, aku sadar,

Aku tidak bisa,

 

Seseorang berbisik padaku,

Memintaku melepasnya,

Juga mengunci keinginanku,

Aku hanya diperbolehkan untuk diam

 

Dengarlah ini,

Kau hanya boleh diam,

Keinginanmu harus kau singkirkan,

Jangan membantah

 

Kau hanya sebuah boneka.

 

 

Bibir Vilfredo terus bergerak, melantunkan lagu itu berulang kali sambil menyiapkan ravioli. Dia butuh. Dia butuh melodi itu untuk menenangkan batinnya yang bergejolak. Dia terus menikmati pekerjaannya, tetapi belum selesai ia bekerja, melodi yang mengalun dari mulutnya tiba-tiba berhenti. Dia berbalik perlahan, kata-kata bernada dingin meluncur dari bibirnya. “Bukankah, aku sudah bilang untuk duduk diam dan menunggu, Vior?”

“Lagu apa yang baru saja kau nyanyikan, Kak?” Vior bertanya. Sengaja tidak menjawab pertanyaan yang lebih mirip dengan pernyataan dari kakaknya itu. Vilfredo melirik, sebenarnya tidak berniat menjawab pertanyaan Vior. “Untuk apa kau mengetahuinya, kurasa tidak perlu.”

“Jam 12 nanti aku akan ke Museum Roma, silakan ikut jika kau mau, aku tidak akan melarangmu.” Vilfredo mendengkus pelan, lalu melirik cincin Zo’r yang bertengger manis di jarinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Anca tiba-tiba kembali setelah sekian lama?

Hening, tidak ada percakapan lagi di antara mereka hingga hampir jam 12, bahkan hingga mereka berangkat menuju museum. Tidak ada, benar-benar hening, membuat Vior merasa tidak nyaman, tetapi tidak berefek apa pun pada Vilfredo.

“Kau tidak takut aku membocorkan rahasiamu?” Anca mengukir senyum miring. Vilfredo balas tersenyum. “Tidak ada gunanya, Vior sudah mengetahui semuanya. Tanpa terkecuali. Bahkan yang tidak kau ketahui, dan mungkin aku perlu bertanya. Kita sudah pernah sepakat untuk tidak lagi bertemu, bukan? Kenapa kau melanggarnya?”

“Itu tidak penting. Sekarang, maukah kalian pergi ke tempat yang lebih sepi? Aku rasa tidak baik mengobrol hal pribadi di tempat ramai seperti ini.” Usulan Anca diterima setelah dipikir-pikir, itu memang ada benarnya. Akhirnya, mereka sepakat untuk berbicara di mobil milik Anca, tidak perlu tempat yang benar-benar sepi, hanya perlu tempat yang bisa membuat mereka bebas membuka privasi.

“Aku percaya Vior sudah mengetahui semuanya, tetapi jangan kira kau bisa lolos dariku begitu saja. Kau tidak tahu apa yang aku persiapkan agar apa yang kulakukan ini tetap bermakna.” Anca tersenyum sambil merogoh tasnya, mengambil sesuatu. Setelah mendapatkannya, dia langsung menunjukkannya ke Vilfredo. “Aku yakin, kau mengingat ini, Vil.”

Mata Vilfredo membelalak. Tubuhnya mulai bergetar, kilasan-kilasan masa lalunya datang menyergapnya. Suara Vilfredo tidak terkendali seperti biasanya, sangat bergetar, sehingga membuat Vior bingung. Sebenarnya, ada apa dengan kalung itu? Kenapa bisa kalung berwarna perak dengan bandul angka 4 itu menghancurkan semua dinding yang dibangun kakaknya? “Da-dari mana? Da-ri mana kau mendapatkan itu, Anca?! Dari mana!”

Vilfredo merampas kalung itu dengan tangan kanannya yang masih tidak stabil. Matanya menatap lekat bandul itu. Tubuhnya terus memberontak, memintanya berhenti, tetapi dia tetap memegang bandul kalung itu. Dia memaksa otaknya terus berjalan, menggali kenangan lama yang ia lupakan. Kilasan-kilasan yang tidak pernah ia ingat terus membayanginya, mengungkap sebagian dari masa lalunya. Memori yang terasa asing, tetapi juga akrab.

Tangan kiri Vilfredo bergerak, menutup separuh wajahnya. Sakit merambati kepalanya, mengaburkan pandangannya, memaksanya mengalihkan pandangannya dari bandul itu. Tanpa sadar, bibirnya bergerak. Pita suaranya kembali bergetar, menghasilkan melodi yang kacau, tetapi cukup untuk menenangkannya sedikit. Anca yang melihatnya tersenyum miring, sambil menggunakan kemampuan berbahasa Indonesianya, yang dulu ia pelajari untuk mengerti Vilfredo. “Kau masih tergantung dengan melodi itu? Melodi aneh yang mungkin sebenarnya bukan melodi, tetapi hanya paksaan agar kau diam. Tidak kusangka kau menggunakannya menjadi lagu penenang.”

Vilfredo melirik Anca, tatapannya sangat mematikan dan menyeramkan bagi Vior yang hanya mengamati. Vilfredo terus melanjutkan melodinya, walau dia tahu suaranya sudah benar-benar tidak terkendali. Ketika ia selesai menyanyikan lagu itu sekali, Vilfredo menatap lekat Anca dan mengeluarkan suara tegas yang tidak bisa dibantah, dan setelahnya kembali menenangkan dirinya. “Kau tidak tahu apa pun, Anca.”

Vilfredo mengacak rambutnya dengan tangan kiri. Dia tidak bisa tenang. Anca tersenyum melihatnya, merasa menang, sama sekali tidak merasa prihatin, atau sedikitpun rasa iba. “Bagaimana, kau ingin lagi? Ya, sebenarnya aku masih punya lagi, ingin melihatnya?

“Tidak, kumohon jangan.” Pertahanan Vilfredo runtuh, tidak bisa, dia tidak bisa lagi menerimanya. Sakit, kepalanya sakit. Sangat-sangat sakit. Vilfredo terus mengacak dan menjambak rambutnya sendiri, berharap rasa sakitnya berkurang. Namun, itu malah memperparah sakitnya. Vior meringis, tidak tahan melihat kondisi kakaknya yang kacau. Vior memeluk Vilfredo, menyalurkan kehangatan yang ia punya. Ia tahu, mungkin tidak terlalu berefek, tetapi apa salahnya mencoba?

Anca tergelak menahan tawa, dia kembali merogoh tasnya sambil mengejek. “Kau tahu itu tidak berguna, bukan, Vior? Untuk apa kau melakukannya? Sebaiknya, kau melepasnya sekarang juga, karena setelah ini kau bebas mau melakukan apa pun. Hanya untuk ini saja.”

Dengan ragu, Vior melepas pelukannya, melihat lebih jelas kakaknya yang terdiam. Tidak apa, pikirnya. Namun, Vior salah besar, ketika netra Vilfredo bergerak untuk melihat apa yang diperlihatkan Anca, Vilfredo kembali menggila, hanya karena sebuah kalung yang sama dengan yang sebelumnya, tetapi dengan bandul yang berbeda, bandul angka satu.

Vilfredo kembali menjambak rambutnya, kelenjar keringatnya bekerja lebih cepat, dan getaran tubuhnya sangat jelas terlihat. Vior bergerak mempersempit jaraknya dengan Vilfredo di mobil Anca yang sebenarnya kecil itu, tetapi Vior didorong Vilfredo menjauh tepat ketika ia melihat netra milik kakaknya. Sorot mata yang baru pertama kali kakaknya tampilkan di depannya. Sorot mata yang sangat ketakutan.

Tidak lama setelahnya, Vilfredo gagal mempertahankan kesadarannya. Pandangannya memburam sepenuhnya, menyisakan hitam yang hampa. Dia tidak sanggup mengingat semuanya. Kepalanya bergerak jatuh ke samping, membuat Vior bergerak mendekap Vilfredo tanpa sadar, dan saat itu jugalah, mobil Anca melaju diiringi suara dingin Anca. “Sebaiknya, kau tidak bertanya ke mana kita akan pergi.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • MiraRahayu

    Woooowww. Mantap. Eh book 2? Satunya?

    Comment on chapter 0 | Prolog
Similar Tags
The Secret
4      4     0     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
DELUSI
275      215     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
Noterratus
4      4     0     
Short Story
Azalea menemukan seluruh warga sekolahnya membeku di acara pesta. Semua orang tidak bergerak di tempatnya, kecuali satu sosok berwarna hitam di tengah-tengah pesta. Azalea menyimpulkan bahwa sosok itu adalah penyebabnya. Sebelum Azalea terlihat oleh sosok itu, dia lebih dulu ditarik oleh temannya. Krissan adalah orang yang sama seperti Azalea. Mereka sama-sama tidak berada pada pesta itu. Berbeka...
Surat Dari Masa Lalu
13      4     0     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
Cute Monster
2      2     0     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Kebaikan Hati Naura
3      3     0     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
Finding Home
2      2     0     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
LINN
147      30     0     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
The Prince's Love
4      3     0     
Fantasy
some people are meant to meet, not to be together.
GEMINI
76      17     0     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...