23 April 2347
Moskow, Rusia
"Ada surat untukmu, Nona." Avian menyodorkan sebuah amplop yang langsung Camella kenali siapa pengirimnya, Iustum. Tidak susah untuk menebaknya, karena logo organisasi itu besar terpampang jelas di depan. Sebenarnya, Camella juga bisa menebak isinya, pasti tentang kepulangannya. Mengingat itu, Camella mendengkus. "Terima kasih, Avian."
Camella membuka amplop itu perlahan, menemukan sebuah tiket pesawat dan kertas berlogo Iustum, surat resmi. Camella sedikit berdebar, kala tahu jadwal penerbangannya, tiga hari lagi. Tidak sabar menggelayutinya, tetapi pada saat yang sama ada sisi tubuhnya yang takut, menghancurkan semua kegembiraannya bertemu dengan anggota Zo'r lain. Setelah beberapa detik tenggelam dalam pikirannya, akhirnya Camella membuka surat dari Iustum tersebut.
Dear Miss Camella,
With this letter, we like to inform you about your checkup. We have already sent you the flight ticket, so please don't forget about it. We'll be waiting for you. If there any questions, please contact us, and for your schedule, we include it on the bottom. Have a nice day.
Shin In-sik,
Head of Iustum.
Camella melihat sekilas jadwal tubuhnya dimainkan oleh para peneliti itu, kemudian meremas surat itu dan melemparnya asal. Suaranya terdengar kesal, "Memangnya siapa yang peduli? Aku lebih peduli tentang taruhanku, dasar sialan!"
"Inal, bagaimana perkembangannya?" Camella mendudukkan dirinya di sebuah kursi, setelah meletakkan tiket pesawatnya di kamar. Batinnya sedikit bergejolak, besok adalah hari penentu. Apa Camella bisa? Harusnya, Camella tidak menyetujuinya, tetapi jika tidak … orang itu akan kembali mengganggunya. "Ah. Manusia racun menciptakan obat? Konyol sekali."
"Lelah sekali." Camella menjejakkan kakinya di laboratoriumnya, mengejutkan famula-famula miliknya. Mengetahui itu, Camella hanya tersenyum kecut sambil melambai pelan dengan wajah yang terlihat sangat lelah setelah melakukan perjalanan dari Indonesia. Tanpa banyak basa-basi, dia lebih memilih langsung menuju kamar dan membanting tubuhnya ke kasur, kemudian terlelap.
Namun, ketenangannya terganggu karena interupsi dari salah satu famula-nya. Dia memasang wajah masam, dengan pasrah dia mengeluarkan suara malasnya seraya beranjak, "Ada apa, Avian? Aku ingin tidur, nanti saja, ya, akan kuceritakan semuanya. Biarkan aku istirahat dulu, ya."
"Tidak bisa, Nona! Di depan, Hezartierth!" Avian terlihat panik, sama seperti Camella yang langsung terlonjak kaget. Camella segera merapikan rambutnya, mencuci wajahnya sebentar sambil balas berteriak pada Avian, "Kau tidak bercanda, bukan, Avian? Aku tidak akan memaafkanmu jika ini semua hanya leluconmu!"
Camella terdiam sejenak, kala melihat wajah yang dikenalnya di kursi, Hezartierth Lucien, manusia yang paling Camella hindari. Untuk apa bedebah satu ini mendatanginya? Camella jadi mual melihat tampang sok tampannya itu. "Hezartierth Lucien, bukankah kita sudah pernah berjanji untuk tidak lagi saling berkomunikasi? Untuk apa kau ke sini?!"
"Galak sekali, Sepupuku." Hezartierth mencibir pelan. Kemudian mengisyaratkan Camella untuk diam sejenak sementara ia melanjutkan, "Tidak masalah jika kau ingin marah. Ya, maaf saja, aku juga tidak mau bertemu denganmu lagi. Kau tahu sendiri kalau kau itu menjijikkan, bukan?”
“Apa katamu?! Kalau memang aku menjijikkan, mengapa kau ada di sini sekarang, huh?!” Camella tidak terima. Hezartierth tertawa pelan. “Wah, selama kita tidak bertemu ternyata kau tidak berubah sama sekali, ya.”
“Jangan mengalihkan, Hezartierth.” Camella mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi depan Hezartierth, matanya menatap tajam lelaki berambut cokelat itu. “Well, well, okay. Aku tidak akan berbasa-basi lagi. Aku ingin menantangmu.”
“Apa-apaan?!” Camella terkejut. Sejenak, Camella dapat menangkap sorot kesedihan dari Hezartierth, tetapi Camella memilih mengabaikannya. Hezartierth tersenyum kecil, dia menyerahkan sebuah amplop dokumen pada Camella. “Itu adalah proyekku. Aku tahu ini bukan bidangmu, tetapi kali ini saja aku akan mengakuinya, kau seorang ahli racun. Kau tahu racun yang kini beredar di pinggiran Rusia? Bantu aku menemukan penawarnya.”
“Bukannya …, kau menantangku?” Camella bingung. Hezartierth menyeringai. “Ya. Ini sebuah tantangan sekaligus kerja sama, will you?”
“What are the benefits for me? And, if I won’t?” Camella balas menyeringai, tetapi Hezartierth tidak melunturkan seringaiannya, dia menatap Camella tajam, dingin, dan menusuk. “How about a slander? Oh, no, I think it’s not slander because some people already think like that. You’re the one who made that poison. So, what is your choice?”
“The benefits?” Camella menuntut. Hezartierth menjentikkan jarinya. “It’s simple. Ask me whatever you want, then I provide it to you. So, how?”
“Anything?” Camella mengulang, dan Hezartierth mengangguk. “Yes, anything.”
“Okay, fine then. I’ll do it. Remember your promise.” Camella mengangguk pasrah. Tentu saja dia tidak akan membiarkan namanya tercoreng. Lagi pula, Hezartierth menawarkan hadiah terserah padanya, kesempatan langka. Dengkusan lega terdengar dari Hezartierth sementara Camella melamun. “Okay, thank you, Little Cousin.”
“I’m not little, please.” Camella meringis kesal, menyebabkan Hezartierth tertawa kecil sebelum menyerahkan sebuah tabung kecil dan map lagi pada Camella. “Yang ini dokumen tentang semua hasil percobaan yang kulakukan, yang itu tentang racunnya secara umum. Kemudian itu contoh sampel racunnya. Good luck.”
“Aku menunggu hasilnya tanggal 24 April, ya. Tenang saja, aku akan datang lagi. Sampai jumpa, Sepupuku!” Hezartierth melambai sambil berjalan pergi, seenaknya keluar masuk laboratorium milik Camella. Menyebabkan Camella sedikit geram. “Dasar kau, Hez! Kenapa pula aku menyetujuinya, bodoh sekali kau, Camella!”
“Avreliya, apa tidak ada perubahan yang berarti?” Camella menjambak pelan rambutnya sendiri sambil mengerang putus asa kala mendapat gelengan dari famula-nya itu. “Coba aku bisa menyentuhnya sendiri, pasti aku bisa menemukan langsung bisa menemukan penawarnya!”
“Ah! Itu dia!” Camella tiba-tiba berseru. Camella beranjak menuju tempat penyimpanan suntikan bersihnya dan mengambil satu, kemudian mengambil darahnya. Dia menyodorkan suntikan penuh darahnya itu pada Inal. “Sampel racunnya masih ada, bukan? Cari kecocokannya dengan racun-racun yang ada dalam darahku.”
“Siap, Nona. Sekarang sebaiknya kau beristirahat, Nona. Ini sudah terlalu larut.” Inal mengangguk sambil mengingatkan Camella bahwa sudah hampir tengah malam. Camella tersenyum kecil. “Ya, terima kasih. Tolong bangunkan aku jika kalian menemukan sesuatu. Selamat malam.”
“Selamat malam juga, Nona,” balas ke-tiga famula-nya kompak. Kemudian para famula yang sebenarnya tidak berperasaan itu kembali ke pekerjaan mereka, mencoba memecahkan formula racun itu, dan membuat penangkalnya.
***
“Nona Camella, apa Nona sudah bangun?” Avreliya mengetuk pintu kamar Camella. Tidak ada jawaban, berarti Camella masih tertidur. Avreliya melirik jam di dinding, jam empat pagi, baru berlalu sekitar lima jam, karena itu Avreliya memutuskan untuk berbalik dan membangunkan Camella kembali jam lima lebih.
“Inal menemukan kecocokan pada salah satu tipe racun di tubuhmu, Nona.” Sapaan pertama Avreliya yang dapat didengar jelas oleh Camella, menyebabkan Camella berseri-seri dan segera membereskan keperluan pribadinya sejenak.
Udah namatin novel zor the teenager eh ternyata ada kelanjutannya disini, telat tau :')
Comment on chapter 0.1 | Bonus!