Selamat membaca~
Semoga suka chapter ini, ya!
24 April 2347
Moskow, Rusia
“Aku berhasil.” Camella menatap Hezartierth di depannya seraya memberikan sebuah dokumen yang baru saja dia print. Tertera bahan untuk membuat penawarnya dan identitas dari racun itu sendiri. “Aku akan langsung saja, Hezartierth. Seseorang pasti punya sampel darahku.”
“Jangan bilang rumor itu benar?” Hezartierth terlonjak kaget. Camella menaikkan sebelah bahunya. “Kau tahu sendiri jika bukan aku yang membuatnya, tetapi benar kalau racun ini dari tubuhku. Aku tidak akan menyangkalnya. Sebenarnya, lebih tepat bisa kubilang hasil modifikasi dari racun di dalam tubuhku. Racun ini memiliki kecocokan 94% dengan salah satu di dalam tubuhku, maka tidak terlalu susah untuk mencari penawarnya.”
Hezartierth tertawa kecil di balik maskernya, mengundang pertanyaan mengapa ia tertawa dari Camella, dan Hezartierth hanya menjawab singkat. “Bukankah kau butuh waktu hampir sebulan, Sepupuku? Kau bilang itu tidak sulit?”
“Dasar kau!” Camella kesal, kemudian dia memberikan sebotol kecil penawar yang telah dibuatnya bersama para famula subuh tadi.“Ambil ini, replika sesukamu. Jangan lupa janjimu, hadiahku.”
“Tenang saja, aku tidak lupa. Apa yang kau inginkan? Maaf, aku kurang sehat setelah begadang berhari-hari.” Hezartierth bertanya di sela-sela batuknya. Camella terdiam sejenak, dan setelahnya langsung menarik masker Hezartierth tanpa aba-aba, membuat lelaki itu terkejut dan berusaha mengambil maskernya kembali. “Kau pikir kau bisa membodohiku, Hez?! Turtleneck, kau bisanya benci memakainya karena bagian lehernya terlalu tinggi, kemudian kau batuk-batuk, dan kau terlihat pucat. Jujur saja, kau tidak perlu menutupinya. Kau kena racunnya, bukan?!”
“Kau terlalu tanggap, Mel.” Hezartierth menutup mulutnya yang tidak berhenti batuk. Camella terlihat gusar, dia melepas turtleneck yang dipakai Hezartierth, melihat punggung lelaki itu, memeriksa sejauh mana racun itu telah menyebar. “Avian! Tolong ambilkan kaus Hez di kamarku. Sial, sejak kapan kau keracunan, Hez!”
“Seminggu yang lalu, aku tidak sengaja menyentuh sampel darah mereka.” Hezartierth kembali batuk. Kondisinya sama sekali tidak baik, konsentrasi racun itu di tubuhnya sudah dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Sedikit lagi saja dia racun itu menyebar, Hezartierth tidak akan tertolong. Camella membopong Hezartierth ke kamarnya, dan segera menyuruh Hezartierth tiduran setelah memakai baju dari Avian. “Bodoh sekali, Hez. Kau itu bukan aku yang bisa hidup dengan racun!”
“Maaf.” Hezartierth menjawab lemah, seluruh tubuhnya terasa sakit, tetapi dia memaksakannya untuk pura-pura sehat di depan Camella tadi. Berselang beberapa detik, Inal membawakan penawar racun itu dan segera memberikannya ke Hezartierth, sementara Camella membawa masuk beberapa peralatan yang mungkin akan ia butuhkan untuk merawat Hezartierth ke dalam kamar bersama Avreliya. Setelah selesai, dia duduk di tepi ranjang. “Penawar itu akan selesai bekerja dalam dua jam, tetapi aku tidak yakin dengan kondisimu sekarang penawar itu bisa selesai secepat itu, maka bertahanlah, Hez. Panggil aku jika kau butuh sesuatu, aku akan mencari cara untuk mempercepat proses detoksifikasi pada tubuhmu.”
“Ya, terima kasih banyak.” Hezartierth kembali batuk, sepertinya racun itu sudah menyebar ke paru-parunya. Camella tidak menjawab, mata, tangan, dan pikirannya dengan cepat bekerja untuk mencari cara lain. Pasti ada, kali ini saja, Camella ingin egois. Dia tidak ingin kehilangan Hezartierth Lucien, manusia yang paling dibencinya, sekaligus sepupu yang sangat dia kagumi. Tidak akan dan tidak mau, Hezartierth harus sembuh.
Sudah hampir dua jam berlalu, belum ada tanda-tanda perubahan besar pada Hezartierth, yang ada malah kondisinya semakin menurun. Jika seperti ini, hanya ada satu yang bisa dilakukan Camella untuk menyelamatkan Hezartierth. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada tubuhmu, apakah kau akan kebal sama sepertiku atau tidak. Namun, dalam darahku ada zat yang bisa menetralisir segala jenis racun. Aku akan menyuntikkannya ke tubuhmu, kau siap?”
“Tenang saja, ini darahku yang bersih, tidak ada kandungan racun sama sekali di dalamnya.” Camella mengambil stok darah bersihnya yang sebenarnya untuk percobaan dan memasukkannya sebagian ke dalam suntikan setelah melihat Hezartierth mengangguk pelan. Camella mengecek sebentar bagian tubuh Hezartierth yang dipenuhi racun kemudian menyuntikkan darahnya perlahan ke setiap bagian yang dia rasa perlu. “Mungkin ada reaksi penolakan, tetapi tolong tahan itu, Hez.”
Tidak sampai lima menit, reaksi penolakan yang disebut Camella terjadi. Camella panik, tetapi untungnya Hezartierth dapat melewatinya dan berangsur-angsur membaik. Camella terus mengamati persebaran racun di tubuh Hezartierth yang semakin sedikit karena darahnya, syukurlah. Walaupun memakan waktu lebih lama, Camella tahu itu berhasil sampai-sampai dia tidak sengaja tertidur.
Camella terbangun sekitar jam tiga sore karena kelaparan, dia tidak sempat makan kala merawat Hezartierth. Baru bangun, Camella dibuat terkejut oleh Hezartierth yang menghilang dari kasurnya, membuat Camella segera berteriak, “Hez, kau di mana?!”
“Sudah bangun, Mel?” Hezartierth menyodorkan sepiring pancake dengan toping cokelat pada Camella. "Makanlah, kau belum makan, bukan? Maaf, bukan makanan berat, tetapi paling tidak isi perutmu."
"Kau! Kembali ke kasur!" Camella marah, merubah ekspresi Hezartierth menjadi syok. Camella mengambil piring yang dibawa Hezartierth dan meletakkannya di nakas, seraya berkata, "Kembali ke kasur, Hezartierth. Aku harus memeriksamu."
"Apa tidak bisa kau makan dulu?" Hezartierth menurut, dia membaringkan kembali tubuhnya ke kasur Camella, sedangkan si pemilik kasur diam tidak menjawab dan mulai memeriksa Hezartierth. Kesal, Hezartierth mencengkeram lengan Camella. "Makan dulu, Mel. Kau bisa sakit nanti."
"Lepaskan aku, aku harus memeriksa kondisimu. Aku tidak bisa jika kau terus menahanku seperti ini!" Camella mencoba melepas tangan Hezartierth, tetapi bukannya lepas, cengkeraman Hezartierth malahan lebih kuat, membuat Camella sedikit meringis. Iris cokelat Hezartierth terlihat menyala, bersamaan dengan terdengarnya suara dingin tidak ingin dibantah olehnya, “Tidak sebelum kau makan. Kalau kau sakit, kau juga tidak akan bisa menyembuhkanku.”
“Aku tidak akan sakit, percayalah!” Camella menolak, tetapi Hezartierth tetap kukuh meminta Camella untuk makan. "Kau itu manusia, Mel! Kau tetap bisa sakit!"
“Tidak, Hez, tidak! Kau belum sembuh! Pasti ada yang salah.” Camella terus mencoba melepaskan tangannya, netranya terlihat sedikit berkaca-kaca, mengejutkan Hezartierth, tetapi tidak menyebabkan dirinya melepas cengkeramannya. Hezartierth bingung, ada yang salah dengan Camella, hingga dia bertanya, “Apa maksudmu ada yang salah? Memangnya secepat apa aku harusnya sembuh?”
“Aku tidak tau, Hez. Pasti ada yang salah. Avian sudah pergi untuk memberikan penawar-penawar yang kami buat, dan … aku sudah menerima hasilnya.” Camella terdengar putus asa, membuat Hezartierth ikut panik. “Kenapa? Apa tidak bekerja?”
“Ya, penawar itu tidak bekerja … padamu, tetapi bekerja pada mereka.” Camella mengejutkan Hezartierth. Camella menjatuhkan kepalanya di atas tubuh Hezartierth, menyerah, sambil berucap nanar, “Apa yang terjadi padaku, Hez? Kenapa aku tidak bisa menyembuhkanmu, kenapa?!”
“Tidak ada yang terjadi padamu, Mel. Tenang saja, bukankah masih ada banyak waktu?” Hezartierth mengelus rambut Camella, mencoba memberi ketenangan walaupun sebenarnya dia sendiri juga cemas. Camella menggeleng pelan, dan Hezartierth merasa kausnya basah. “Aku harus pergi, Hez. Dua hari lagi, dan baru akan kembali awal Mei.”
“Aku tidak bisa membatalkannya, itu semua di luar kendaliku. Aku harus bagaimana?” Camella menangis, dia bingung, dia frustasi. Suaranya yang lemah menyapa telinga Hezatierth, “Aku takut, Hez. Aku … tidak ingin kehilanganmu.”
Hezartierth membatu, dia tidak menyangka. Dalam hati, dia bersyukur. Berselang beberapa detik, Camella tampak lebih tenang, bahkan perempuan itu sudah memanggil salah satu famula-nya, “Avreliya, apa kau bisa mengambilkan pusilli-ku? Aku harus menghubungi seseorang.”
“Ada apa?” Hezartierth bertanya sambil beranjak duduk dan batuk-batuk pelan. Camella menatap Hezartierth serius. “Di mana paspormu dan segala identitasmu, Hez?”
“Di apartemenku, di kamar, di laci nakas, ada apa?” Hezartierth menjawab. Mendengarnya, Camella segera memasang wireless bluetooth headset dan menginstruksi, “Avian, pergi ke apartemen Hezartierth, kau tahu di mana, bukan? Masuk ke kamarnya, ambil paspor dan kartu identitasnya di laci nakas. Password apartemennya 71712422, cepat. Terima kasih.”
“Kau … hapal password apartemenku? Apa yang mau kau lakukan?” Hezartierth bingung, tetapi Camella tidak menjawab dan malah mengutak-atik pusilli-nya, kemudian berucap pada seseorang dengan bahasa yang tidak Hezartierth pahami, Bahasa Indonesia. “Ini aku, Camella. Aku tidak akan basa-basi, dua hari lagi, aku akan pulang bersama sepupuku. Aku tidak akan menyerahkan tubuhku untuk kalian mainkan bulan depan jika kalian tidak mengizinkan dan menyembuhkannya. Terima kasih, sampai jumpa.”
“Kau akan ikut aku ke Indonesia dua hari lagi, Hez. Pastikan kau masih kuat untuk menunggu.” Camella berucap sambil mendudukkan dirinya di tepi kasur setelah mengambil piring berisi pancake buatan Hezartierth dari nakas dan memakannya. “Ini enak, terima kasih, Hez.”
Udah namatin novel zor the teenager eh ternyata ada kelanjutannya disini, telat tau :')
Comment on chapter 0.1 | Bonus!