CINTA KUTU KALBU
Seiring tenggelamnya mentari di ufuk barat kusaksikan cintamu lenyap ditelan fatamorgana. Saat itu, ingin kukejar bayangmu. Namun sayang, malam keburu datang menutup hatimu. Hingga aku kehilangan jejak. Dalam relung gelap cintamu, ku tak tahu lagi kemana ku harus menyeret langkah.
Betapa banyak orang yang terpedaya oleh serangkaian kata-kata manis yang mampu melangutkan jiwa. Terlebih ketika mengucapkan kalimat puitis itu adalah seseorang yang selalu hadir dalam lipatan mimpi malamnya. Setiap kata yang terucap akan menebarkan keindahan surga tanpa peduli walau dirinya berdiri di dekat tempat sampah.
Sering juga terlihat, ada sepasang muda-mudi yang rela mengakhiri hidup lantaran cinta tak direstui. Menurutnya mati berdua dengan kekasih itu mengandung nilai-nilai romantis. Meski nyatanya yang ada adalah nilai ketololan yang miris.
Sebab nyatanya cinta hanyalah merupakan sepasukan kutu yang bercokol di dasar kalbu. Setiap saat pasukan kutu itu beranak pinak dan memenuhi rongga hati sehingga manusia yang jatuh cinta jadi tak bisa berpikir logis. Sering mereka bilang kalau dirinya tak bisa hidup tanpa sang kekasih, tapi nyatanya tidak makan sejam perut sudah terasa perih.
Sepasukan kutu yang bernama cinta itu kerap menghasilkan telur-telur berwarna biru, yang oleh otak tolol manusia dinamakan rasa rindu. Rindu akan menghasilkan candu agar hati siapa pun yang merasakannya tak mampu lagi berpaling dari penyakit yang menggerogoti kalbu.
Karena cinta adalah sepasukan kutu, maka sudah seharusnya selaku pemilik hati maka selayaknya manusia jadi komandan yang mampu mengendalikan pasukan kutu menjadi sesuatu yang lebih bermutu. Jadikan pasukan kutu itu jadi sebuah amunisi agar hidup jadi lebih baik.
Jangan sampai kalah sama kutu! Adalah wajar manusia bermain cinta asal jangan sampai manusia yang dipermainkan oleh cinta.
Karena cinta hanyalah sepasukan kutu yang tak berguna.
Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' ://tinlit.com/story_info/3644 jangan lupa like. makasih :)
Comment on chapter PRAKATAKUTU