KUTU KUPRET
Mendekati pilpres ini ada banyak ketegangan tercipta di tengah masyarakat. Ada sekelompok orang yang menyebut dirinya pasukan cebong, adapula yang menamai diri pasukan kampret. Padahal kampret ataupun cebong yang sesungguhnya jelas-jelas tak punya hak pilih. Lha wong mereka itu binatang. Cebong adalah masa mudanya katak, sedang kampret adalah masa mudanya kelelawar. Tapi bukan badman loh yaw!
Jika kau ingin tahu, kubu mana yang paling benar dari pasukan cebong dan kampret, coba deh tanyakan saja pada kutu kupret. Sebab meskipun termasuk jenis kutu tapi dia memiliki sifat seperti bunglon yang pandai malih rupa menjadi apa saja sesuai tempat ia berada. Maka tak heran jika kadang-kadang ia berada di tengah kawanan cebong dan kadang pula ngopi bersama kawanan kampret. Nah jika sudah tahu mana yang paling benar, tinggalkanlah kubu yang di dalamnya paling banyak kutunya.
Cuma masalahnya, di setiap kubu pasti ada kutunya. Jangankan sebuah komunitas, dalam diri setiap manusia pun pasti ada kutunya. Bahkan konon kabarnya dalam diri seorang nabi pun ada kutu. Hanya saja kutu dalam diri seorang nabi sudah dijinakkan dengan ilmu agama.
Kembali pada kutu kupret, dia memang ada dalam diri setiap manusia. Tidak terkecuali diri ulama, pejabat, petani, apalagi orang pinggiran seperti saya. Kutunya ulama ya ulama juga. Kutunya preman ya preman juga. Sedang kutunya seorang penulis disebut kutu kata.
Nah jelaskan kalau di setiap kubu ada kutunya. Jadi jangan pernah mengklaim bahwa kubumu paling benar apalagi paling suci. Toh masih ada kutunya juga. Jangan-jangan rasa paling itu datangnya karena bisikan dari kutu kupret juga?
Jadi pilih kubu mana dong jika ternyata kedua kubu ada kutunya?
Menurut pawang kutu ini (tentu saja anda boleh beda) pilihlah kubu yang kutunya tidak begitu terlihat, itu berarti kutunya masih cukup mudah untuk di atasi. Kok bisa? Ya emang bisa. Kutu yang tidak terlihat, itu tandanya kutu itu masih orisinil. Belum terkontaminasi oleh nafsu manusia yang besarnya naudzubillah. Jika kutu kupret sudah berwujud manusia maka dia akan sangat sulit diberantas.
Kutu tak nampak masih ada kemungkinan takut sama ritual ruqiah dan bacaan ayat suci, tapi coba deh kutu yang nampak diruqiyah, jangankan kabur atau mati, yang ada dia malah mengikuti bacaan ruqiyah sambil bernyanyi lagu-lagu Metallica yang bernada tinggi.
Nah, sekarang kita bisa menentukan siapa yang lebih hebat dalam kebaikan dan kejahatan, antara manusia dan kutu kupret? Manusia tentu bisa lebih baik dari kutu, tapi juga bisa lebih jahat dari kutu kupret. Jadi mari kita lupakan sejenak persoalan kutu kupret. Mari kita fokus saja menjadi manusia, agar bisa memilih pemimpin yang bisa memanusiakan manusia.
Jangan biarkan kutu kupret beranak pinak dalam isi kepala karena bila hal itu sampai terjadi maka kita akan kehilangan sisi kemanusiaan yang seharusnya kita jaga. Kita sudah terlalu lama hidup dalam lingkaran kutu kupret yang semakin merajalela, tapi tak seharusnya kita ikut larut menjadi bagian dari mereka.
Hidup itu penuh pilihan. Siapa yang pilih menjadi kutu, selamanya ia akan diburu. Jadi jangan pernah bersekutu dengan para kutu jika tak ingin hidupmu berbau apek layaknya walang sangit.
Kalaulah terpaksa kita harus hidup di kalangan kutu, maka jadilah kutu yang paling bermutu. Kutu yang bisa membangun sebuah koloni baru, agar masyarakat kutu kupret membuka mata bahwa kita bukanlah kutu biasa saja.
Kutu kupret tak akan selamanya menjadi kutu. Ada kalanya ia akan menjadi sosok lain yang mampu memberi warna baru dalam kemelut hidup yang mengharu biru. Sebab siapapun yang menang dalam pilpres nanti, setelah hari Sabtu tetaplah Minggu.
Siapa yang nggak bekerja maka siap-siaplah untuk berpuasa. Jangan pernah menjadi kutu bagi kehidupan kutu lain yang menumpang hidup pada kutu kupret.
Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' ://tinlit.com/story_info/3644 jangan lupa like. makasih :)
Comment on chapter PRAKATAKUTU