Read More >>"> Karma (06.) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Karma
MENU
About Us  

Dibasuh tubuhnya lekas-lekas, dibersihkan dari noda darah yang mulai berkerak. Entah sudah berapa lama ia menangis di apartment Lisa.

Lisa atau Luisa? Pikirannya terasa kacau. Ia masih bertanya-tanya, apakah wanita itu sudah mati? Dia harus mati agar tidak ada yang bisa menggoda suaminya, suaminya yang tampan dan hanya mencintainya.

Sebuah jubah mandi dikenakannya sambil meninggalkan kamar mandi dan bergerak ke dapur. Windy menuang asal butiran pil penenang yang tadi siang belum sempat diminumnya. Kemudian matanya meremang, bayi itu mati.

Ketukan halus membuatnya kembali terjaga dari lamunannya. Dengan lemah ia menggerakkan tubuhnya untuk membuka pintu depan.

"Bi, baru datang?" Sapa Windy sambil mengunci pintu depan. Wanita tua yang biasa membersihkan apartmentnya setiap dua hari sekali itu tersenyum datar.

"Ya, Nya, tadi macet banget jalanan." Jawab si bibi sekenanya sambil masuk ke dalam lebih jauh untuk meletakkan beberapa bawaannya. Aku tau apa yang kau perbuat.

Windy terpaku di tempat, wajahnya memucat mendengar jawaban si Bibi yang menggema di pikirannya, seakan wanita tua itu berbicara melalui telepati. Tatapannya menjadi waspada, "Bagaimana Bibi tau?"

"Ya tau lah, aku kan di jalanan tadi. Gimana sih, Nya." jawab si Bibi lagi. Dengan sebal si Bibi mendelik menatap Windy. Pembunuh! Kau membunuh ibu dan janin itu!

"Tidak! Bukan aku! Dia yang mencari gara-gara denganku! Dia yang mau merebut suamiku!" 

Nafasnya terasa sesak sekarang, dadanya naik turun namun tidak ada oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya. Windy segera berlari ke kamarnya, membuka jendela besar yang menuju balkon untuk mendapatkan udara segar.

"Nya! Nyonya kenapa? Siapa merebut apa? Aku ndak ngerti Nyonya ngomong apa?" Bibi berteriak sambil membuntutinya. Pembunuh! Dan sekarang suamimu akan tau siapa kau sebenarnya, seorang psikopat dan pembunuh!

Windy menutup telinganya dan menggeleng keras, ia tidak tahan lagi terhadap tuduhan si Bibi. Bersandar pada railing balkonnya, Windy berbalik cepat menatap wajah tua itu dengan perasaan ngeri, "Siapa kau?!"

Bola mata Bibi melotot, menatapnya tak percaya, "Aku Bibi Siti Ningrum, Nya!" Aku adalah karma.

"Karma? ... Karma, seperti kata Tony."

Windy membalikkan tubuhnya terlalu cepat dan dengan segera merasa pusing ketika pandangannya menatap ke pelataran parkir serta lalu lalang kendaraan di bawahnya. Tulangnya tiba-tiba terasa lemas dan keseimbangannya hilang. Tubuhnya terdorong ke depan tanpa bisa dicegah. Ia merasa ringan, seringan angin yang menyelubunginya.

Wajah bibi yang berwarna seputih awan di belakangnya terlihat meneriakkan sesuatu dari atas balkon, masa bodo sekarang. Ia memejamkan matanya, belum pernah ia merasa setenang ini, tanpa rasa takut dan tanpa rasa khawatir.

Sebulir air matanya lolos dan melayang di udara, mungkin setelah ini ia dapat mengulang lagi kisah hidupnya dengan benar.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
The Last Station
5      5     0     
Short Story
Yah, pulang. Meski aku bukan pelabuhan ataupun rumah. Setidaknya aku adalah stasiun terakhir yang membawamu pulang.
CATATAN KEHIDUPAN
13      8     0     
Inspirational
Ada banyak hal yang harus diperjuangkan; tentang mimpi, harapan, dan segala sesuatu perihal kehidupan.
society said
4      4     0     
Short Story
story about my daily life with insecurities
Milikku
5      5     0     
Short Story
Menceritakannya mudah, Kamu mengkhianati, aku tersakiti, kamu menyesal dan ingin kembali. Mudah, tapi tidak dengan perasaan setiap kali kau ada. Hati ini bimbang, dan sulit bagiku untuk menahannya agar tidak tumbang. ~ *'Soy' dalam bahasa Spanyol memiliki arti yang sama dengan kata 'My'.
Dia & Cokelat
356      273     3     
Short Story
Masa-masa masuk kuliah akan menjadi hal yang menyenangkan bagi gue. Gue akan terbebas dari segala peraturan semasa SMA dulu dan cerita gue dimulai dengan masa-masa awal gue di MOS, lalu berbagai pertemuan aneh gue dengan seorang pria berkulit cokelat itu sampai insiden jari kelingking gue yang selalu membutuhkan cokelat. Memang aneh!
Mata Senja
3      2     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
Warna Untuk Pelangi
80      20     0     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
Let Me Go
304      246     4     
Short Story
A Life Time
3      3     0     
Short Story
Mo discovered a flower so beautiful and captivating, Little did she know, the flower would change her life, or worse... her death.
One hour with Nana
4      4     0     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?