Read More >>"> Nina and The Rivanos (10. Ingin Pergi, Ingin di Sini) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nina and The Rivanos
MENU
About Us  

“Kyaaa…Nina!!! Gimana hasilnya?!”

Esok hari setelah interview menegangkan, Oliv langsung kegirangan melihat Nina saat berangkat sekolah. Tapi ekspresi Nina yang sangat tegang membuat Oliv batal senang.

“Ada apa Nin sama interviewnya? Nggak lancar kah?” tanyanya, prihatin.

“Lancar sih, tapi…”

Nina langsung menumpahkan seluruh uneg-unegnya. Ia bercerita bagaimana jalannya interview semalam. Tentang bagaimana ia dituduh mencuri dan dimarahi oleh cowok nggak jelas. Untung saja, bos Arman, yang notabene owner Starlit, kemudian datang. Jadi Nina bisa menjalankan “interview sungguhan” dengan lancar.

Tapi tadi pagi...ia kena shock lagi. Reza, editor Starlit jahat yang menghakiminya semalam, mengirimkan pesan.

Dia meminta Nina mengembalikan dompetnya. Kalau memang benar dompet itu dicuri teman, Nina harus berupaya untuk merebut dompet itu. Nggak ada alasan.

“Ohhh…jadi Noval bohong ya! Gila! Aku pikir dia anak baik-baik, alim, ternyata dia tega bohongin kamu gitu! Nyuri lagi!” seru Oliv, naik darah.

“Udah kamu tenang aja, Liv! Abis ini ayo labrak dia! Nggak main-main ini, dasar…”

Oliv tampak jauh lebih marah dibanding Nina. Sementara ia masih menggerutu soal Noval, pikiran Nina larut dalam interview semalam.

“Pas lihat CV kamu, saya langsung tertarik. Udah sering juara nulis kan? Tapi ternyata kamu belum lulus SMA ya?”

“Memang, kak. Tapi saya udah pernah kerja, dan saya benar-benar butuh pekerjaan ini. Saya siap belajar kok!”

“Sebenarnya Starlit emang lagi butuh content writer tambahan, apalagi yang melamar posisi ini sedikit banget. Tapi biar kami pikir-pikir lagi ya…”

Jujur saja, begitu diinterview langsung oleh owner Starlit, Nina langsung merasa nyaman. Apalagi setelah mendengar pekerjaan yang harus dilakukannya, benar-benar sesuai passion dan juga…menarik.

Tapi harapannya padam seketika mengingat pencurian yang dituduhkan padanya. Kalau sampai orang itu bercerita pada kak Arman soal pencurian ini, Nina yakin 100% ia nggak bakal diterima.

Begitu tiba di sekolah, Oliv langsung memarkir sepedanya. Tanpa menunggu Nina, ia bergegas menuju ke koridor sebelah kanan, tempat di mana kelas XI IPA1 berada.

“Mana Noval?!”

Nggak pakai salam atau apa pun, Oliv menerjang ke dalam kelas. Membuat seluruh anggota kelas yang nyaris full-team itu terkejut.

“Jangan kasar gitu dong, Liv, kan mereka nggak salah.” Nina berbisik, merasa nggak enak. Apalagi di dekat mereka, ada Raka yang langsung berhenti main gitar setelah mendengar bentakan Oliv.

Jantung Nina langsung berdebar nggak karuan. Sekujur tubuhnya terasa mendingin. Apalagi barusan ia sempat melihat sekilas wajah Raka.

Rasanya pengen lari saat itu juga, tapi di saat bersamaan nggak pengen pergi.

“Ngapain sih Liv, datang-datang marah-marah…”

“Kita ada urusan sama dia, mana Noval?!” tanya Oliv, tajam.

“Aku pikir mau cari aku, ternyata yang dicari Noval…”

“Suwiuwit, Dito baper ciyee…”

“Ciyeeee…”

Kelas itu jadi gaduh mengolok Dito, yang mukanya udah merah banget. Sejak kelas satu emang udah rahasia umum kalo Dito suka Oliv, cuma Oliv aja yang nggak peka.

Sementara itu, Nina mulai keringat dingin. Tahu kejadiannya bakal gini, ia nggak cerita apa pun pada Oliv.

“Udah Liv…ayo balik aja ke kelas…” ajak Nina, menarik tangan Oliv. Kalo semenit lagi ia tetap di sini, ia pasti bakal pingsan.

“Noval lagi sholat Dhuha di mushola.”

Raka, yang dari tadi cuma memerhatikan, akhirnya memberi respon. Ia meletakkan gitar yang tadi dimainkannya di salah satu meja, lalu mendekat.

Ia mendekati Nina dan Oliv. Tapi matanya hanya balas memandang ke Oliv saja, bukan ke Nina.

“Emang ada apa sih? Cerita aja sama aku, nggak usah teriak-teriak.”

Mau dilihat dari sudut mana pun, Raka emang good-looking banget. Bahkan cewek yang nggak suka ke dia aja, macam Oliv, bisa memerah saat ditatap dengan intens olehnya.

Jangan diomongin di sini, jangan diomongin di sini, batin Nina.

“Ini urusan kita sama Noval. Biar kita aja yang nyelesain sama dia.”

“Masalahnya aku sohibnya, aku kudu tahu juga kenapa kalian tiba-tiba ngelabrak dia begini.”

Hati Nina nggak kuat melihat ekspresi misterius bercampur jahil milik Raka. Ekspresi yang dulu selalu dilihat Nina tiap kali Raka menggodanya habis-habisan.

Tapi sekarang ekspresi itu nggak ditujukan padanya. Dua mata hitam yang berbinar itu nggak pernah lagi menatapnya.

Lagi-lagi, ia merasakan hal itu. Ingin pergi, lari sejauh-jauhnya, tapi di saat bersamaan ingin menetap di tempat yang sama.

“Liv, ayo langsung ke mushola aja, ayoo…”

Oliv akhirnya mengikuti ajakan Nina menuju ke belakang sekolah, ke tempat di mana mushola sekolah berdiri. Sepanjang jalan, mereka diperhatikan oleh siswa-siswa lain yang bergerombol di depan kelas, menunggu bel masuk yang kurang lima menit lagi berdering.

Saat tiba di tempat, kebetulan banget Noval baru aja ke luar dari mushola, dan sedang memakai sepatu.

“Lho?! Kok? Tumben?”

Noval melongo, menatap Oliv, Nina, dan Raka bergantian. Baginya, melihat tiga orang ini berada di satu tempat yang sama tanpa bertengkar, adalah sebuah kemustahilan.

Untungnya, Raka mengirimkan isyarat mata sebelum Noval mengungkapkan sesuatu yang nggak jelas. Kondisinya sedang serius, rupanya.

“Val, kita pengen tanya kamu soal lowongan pekerjaan yang dulu kamu kasih ke Nina.”

“Hah? Lowongan pekerjaan?” Noval awalnya nggak ngerti. Tapi setelah melihat Raka yang matanya melebar, ia akhirnya ingat.

“Ohh…yang itu…kenapa?” tanyanya bingung, seraya mengirim pandangan minta tolong ke sang master yang udah menyuruhnya dulu.

“Sebenarnya lowongan itu dari aku, bukan Noval.”

Hening. Baik Noval, Oliv, dan Nina terkejut atas pengakuan mendadak dari Raka.

“Oh…jadi kamu ya yang tega ngelakuin ini ke Nina? YA?!” geram Oliv, terdengar sangat marah.

Nina hanya bisa memandang Raka. Bingung harus berkata apa. Sebenarnya dulu, sekilas, ia sempat menebak Raka-lah yang sebenarnya memberikan pamflet itu.

Sekarang setelah semuanya terbukti, hatinya terasa bergetar. Ada sesuatu yang muncul di sana, yang membuatnya melihat Raka sebagai seseorang yang berbeda.

Tapi Nina teringat apa yang dialaminya semalam, ancaman yang didapatnya tadi pagi, dan kemudian rasa marahnya muncul.

“Liv, aku tahu kamu sahabat yang baik banget. Tapi tolong, biar ini jadi urusanku sama Nina.”

Perasaan Nina yang campur aduk belum teratasi. Dan kini tiba-tiba, Raka menggenggam tangannya erat. Menariknya menjauh dari Oliv dan Noval.

“Ayo ikut aku bentar.” tukas Raka.

Nggak ada gunanya bilang gitu sebenarnya. Karena tanpa diminta pun, langkah kaki Nina yang gontai sudah mengikuti Raka.

Dan lagipula…kata-kata Raka barusan sama sekali nggak bisa dicernanya. Sama seperti bel masuk kelas, yang terdengar sangat jauh asalnya.

Di saat itu, semua suara yang didengar Nina kalah sama deruman jantungnya. Juga dua suara yang sedang bertikai di dalam otaknya.

Dia ingin lari, benci.

Tapi di saat bersamaan juga terkesima oleh genggaman tangan ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • renicaryadi

    @elham udah dong om udah updet. Makasih ya udah nungguin. Lagi sakit gigi haha

  • elham

    Miriiip ..... :( skarang aq percaya apa yg q alami ini layaknya cermin...

    kereeen banget kak..
    D tinggu sllu klanjutanya.
    Smoga sllu d beri kesehatan trus..biar bisa nulis karya slanjut e

    Smangat

  • elham

    Sampek Sini masih sama...jdi k ingat ama almrhum..

  • aiana

    udah selesai sampai bag 3, di tunggu updatennya,
    boleh juga mampir di storyku kak...

  • yurriansan

    Awal baca pesanmu udah lucu :D.
    Isi.crtanya juga menarik. Aku finish bca smpe.chapter 3.

    Mmpir juga ya k storyku ku,.tlong krisannya juga :D

Similar Tags
Raha & Sia
32      8     0     
Romance
"Nama saya Sia Tadirana. Umur 17 tahun, siswi kelas 3 SMA. Hobi makan, minum, dan ngemil. Sia nggak punya pacar. Karena bagi Sia, pacaran itu buang-buang waktu." *** "Perkenalkan, nama saya Rahardi. Usia saya 23 tahun, seorang chef di sebuah restoran ternama. Hobi saya memasak, dan kebetulan saya punya pacar yang doyan makan. Namanya Sia Tadirana." Ketik mereka berd...
Bait of love
17      4     0     
Romance
Lelaki itu berandalan. Perempuan itu umpan. Kata siapa?. \"Jangan ngacoh Kamu, semabuknya saya kemaren, mana mungkin saya perkosa Kamu.\" \"Ya terserah Bapak! Percaya atau nggak. Saya cuma bilang. Toh Saya sudah tahu sifat asli Bapak. Bos kok nggak ada tanggung jawabnya sama sekali.\"
Wake Me Up With Amnesia
2      2     0     
Short Story
who would have thought that forgetting a past is a very difficult thing
Arini
11      4     0     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
SILENT
48      5     0     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
ARRA
5      3     0     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
Ibu
4      4     0     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Aku Bahagia, Sungguh..!
3      3     0     
Short Story
Aku yakin pilihanku adalah bahagiaku mungkin aku hanya perlu bersabar tapi mengapa ingatanku tidak bisa lepas darinya --Dara--
Ending
45      18     0     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Love Warning
11      4     0     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...