Read More >>"> 27th Woman's Syndrome (chapter 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 27th Woman's Syndrome
MENU
About Us  

Bertemu Lagi
~Sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu tidak akan menjadi milik orang lain.

  
             Hari ini hari ketiga kegiatan MPLS, kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini adalah test minat dan bakat serta test skolastik. Sejak jam setengah delapan pagi tadi telah dilaksanakan test minat dan bakat. Saat ini murid-murid diperkenankan untuk istirahat dan test akan dilanjutkan nanti setelah istirahat. Anna dan Bella bergegas pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar karena tenaga mereka habis untuk berpikir dan mengerjakan test tadi pagi. Setibanya di kantin, mereka berdua membagi tugas, Anna bertugas memesan makanan dan Bella bertugas mencari tempat duduk. Suasana di kantin begitu ramai hingga penuh sesak. Bella mendapatkan tempat duduk di dekat lapangan basket, sedangkan Anna tengah mengantri membeli soto ayam untuk Bella dan bakso untuk dirinya sendiri. 

            Dan Alphano bersama dengan ketiga sahabatnya sedang duduk di kantin pojok. Mereka sedang menikmati makanan mereka. Si kembar—Ferdi dan Fredi—memakan mie ayam, sedangkan Daffa memakan ayam geprek. Dan Alphano memakan pecel. Suasana kantin benar-benar penuh sesak. Namun mata setajam elang milik Alphano menangkap pemandangan yang tidak ingin dia lihat. Entah mengapa Alphano tidak suka melihat kedekatan antara Raffi dengan Bella. Hal itu seperti mampu membakar Alphano. Entah perasaan macam apa ini namanya. Tapi ini benar-benar menyiksa.

            Bella duduk sendiri di bangkunya, tiba-tiba Raffi datang dan duduk di sampingnya. "Hei sendirian aja?" sapa Raffi kepada Bella. 

            "Nggak kok sama temen, tuh lagi pesen makanan" sahut Bella dengan menunjuk ke arah Anna yang tengah mengantri. 

            Saat Alphano beranjak dari kursinya ketiga sahabatnya sempat heran. Mungkin Alphano mau nambah makan, begitulah pikir ketiga sahabatnya. Namun perkiraan mereka meleset. Alphano justru menghampiri meja Bella dan Raffi. Kening ketiga sahabat Alphano membentuk gelombang. Ngapain Alphano kesana? Pertanyaan itu muncul di kepala mereka bertiga. Tiba-tiba Alphano menghampiri meja Bella dan Raffi, ia mengambil kotak saos dan sambal yang berada di meja itu tanpa permisi. Ketiga sahabat Alphano semakin dibuat heran. Ngapain Alphano ngambil saos sama sambel? Bukannya dia makan pecel? Emang makan pecel bakal tambah enak kalo ditambah saos sama sambel?  batin si kembar.

             "Eh, Alphano duduk sini aja" sapa Bella kepada Alphano. Bella melakukan hal itu karena ia merasa tidak nyaman jika hanya duduk berdua bersama Raffi. 

             Alis Alphano menukik tajam saat mendengar ucapan Bella. "Nggak usah deh, ntar kalo gue di sini malah ganggu kalian" ujar Alphano dingin dan terdengar enggan untuk berbicara. 
Nih Bell, soto ayam pesenan lo" ujar Anna saat tiba di meja. Bella dan Anna menikmati makanannya dengan khidmat. Raffi hanya duduk mengamati Bella yang tengah makan. Karena merasa diawasi terus oleh Raffi, Bella menjadi tidak nyaman. Bella mencoba tidak menggubrisnya. 
             "Kak Raffi kelas apa?" tanya Anna saat telah selesai makan. Sedangkan Bella hanya sibuk mengaduk-aduk es jeruknya yang tersisa setengah. Entah mengapa Bella sangat ingin segera meninggalkan kantin. Bella benar-benar tidak nyaman jika berada di dekat Raffi.
            "Kelas 11S3" jawab Raffi singkat. Anna hanya ber-oh-ria dengan jawaban Raffi tadi. Tak berapa lama, Danu—ketua OSIS, sekaligus sahabatnya Raffi—datang menghampiri Raffi sambil menepuk bahunya. 

            "Woah pinter juga lu Raff nyari dedek-dedek gemes" ujar Danu "Pepet terus Raff jangan sampe lepas" lanjut Danu. Kemudian Danu pergi meninggalkan meja Raffi, Anna dan Bella. Sedangkan Bella yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.

             Alphano kembali ke mejanya. Meletakkan nampan berisi saos dan sambal dengan sedikit membantingnya. Ketiga sahabatnya semakin dibuat heran dengan sikap Alphano. Sebenernya Alphano kenapa sih? batin ketiga sahabatnya.

            "Lo ngapain ngambil saos sama sambel sih Fan?" tanya Fredi.

            "Iya, lo kan pesen pecel, emang pecel bakal tambah enak kalo ditambah saos sama sambel?" timpal Ferdi.

            "Brisik lo berdua" sahut Alphano dengan tidak mood.

            Sedangkan Daffa hanya diam melihat mereka bertiga. Tidak bisanya Alphano berubah mood-nya secepat ini. Udah mirip cewek yang lagi PMS, batin Daffa.

-***-

            Kegiatan test skolastik telah usai sekitar 2 jam yang lalu, Bella sedang menunggu Galaksi. Tadi Bella sudah menelpon Galaksi untuk menjemputnya namun sampai sekarang belum datang juga. Padahal jarak dari kampus Galaksi menuju ke sekolahan Bella tidak begitu jauh. Sinar matahari yang terik sudah berubah warna menjadi gradasi antara warna biru, merah, oranye, kuning dan nila. Warna-warna mengagumkan itu menghiasi pipi buana hingga merona. Suasana sekolah juga sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang sibuk dengan urusan ekskul. Drttt.. drtttt... getaran yang berasal dari ponselnya itu membuat Bella segera membuka ponselnya. Ternyata itu adalah notifikasi chat dari Galaksi yang berisi bahwa ia tidak bisa menjemput Bella karena ada kegiatan kampus sampai nanti malam. Sebenarnya Bella sedikit kecewa dengan pemberitahuan itu, akhirnya Bella memutuskan untuk pergi ke cafe yang berada di samping sekolah.
        Di sana Bella memesan caramel machiatto, ia memilih tempat duduk di dekat jendela. Tempat ini merupakan tempat favoritnya, karena Bella bisa mengamati suasana kota Surabaya dari sini. Kemudian Bella membuka macbooknya. Dan jemari Bella mulai menari di atas keyboard macbooknya. Bella memang suka menulis, dengan menulis dapat membuat moodnya membaik. Cakrawala yang tadinya berwarna gradasi antara biru, merah, oranye, dan nila pun kini sudah menggelap. Bella masih tenggelam dalam lautan imajinasinya. Suara rintik air hujan mengusiknya, kini Bella menghentikan aktivitas menulisnya. Ia melihat ke sisi jendela yang dipenuhi rintik air hujan. Entah mengapa Bella sangat senang melihat hujan, saat Bella sibuk mengamati hujan. Bella tidak menyadari jika Alphano masuk ke dalam cafe sedang menemui seseorang. Alphano mengenakan celana jeans hitam dan kaus berwarna hijau army. Tak lupa dengan jaket boombernya. Bella melanjutkan kegiatan menulisnya, semakin tenggelamlah Bella dalam lautan imajinasinya, tak terasa hari sudah malam.

        Ditutupnya macbook tersebut dan bersiap untuk pulang. Segera ia menghubungi Galaksi untuk menjemputnya, namun entah mengapa nomor ponsel Galaksi tidak dapat dihubungi. Karena hari sudah berangsur malam, dan Bella tidak berani jika harus pulang dengan ojek online. Saat di depan cafe dilihatnya Alphano yang baru saja keluar dari cafe, dengan memberanikan diri Bella menghampirinya. Dengan maksud meminta tolong untuk diantar pulang, karena kakak laki-lakinya tidak bisa menjemputnya dan hari sudah semakin larut malam.
            "Alphano" sapa Bella kepada Alphano. Saat itu Alphano tengah memakai helm fullfacenya, karena mendengar ada yang memanggil namanya, Alphano pun membuka kaca helmnya.
            "Bella?" sahutnya dengan wajah sedikit terkejut. "Kok masih pake seragam sekolah?" lanjutnya.
            "Boleh minta tolong nggak Al? Gue mau pulang tapi kakak gue nggak bisa jemput dan ini udah malem juga, jadi nggak mungkin gue pesen ojek online, gue mau nebeng lo boleh nggak? Boleh ya?" Bella menjelaskan kepada Alphano sembari memohon dan menunjukkan puppy eyes-nya.

            "Ya udah naik" sahut Alphano singkat. Kemudian ia membuka jaketnya dan memberikannya pada Bella.

             "Nggak usah Al, kan lo yang di depan, gue kan di belakang lo, jadi nggak bakal kedinginan" ujar Bella saat Alphano memberikan jaketnya. 

             "Nih pake buat nutupin rok lo, emang lo mau paha lo jadi tontonan selama di jalan?" sahut Alphano.

          Bella hanya bisa merutuki kebodohannya dan tingkat kepedeannya. Dengan menelan semua rasa malunya, Bella langsung mengikatkan jaket milik Alphano pada pinggang rampingnya. Lalu naiklah Bella keatas motor besar Alphano, dengan sedikit susah payah ia naik ke atas jok motor besar itu. 

             "Minum susu Bell, biar cepet tinggi" ujar Alphano dengan kekehan. Ini merupakan pertama kalinya Bella mendengar Alphano terkekeh seperti ini. Karena selama ini yang Bella tahu, Alphano itu cowok dingin dan jarang tersenyum.

            "Ish, ngayeli(1)" sahut Bella dengan kesal. Alphano tidak menggubrisnya, kemudian ia menyalakan mesin motornya. Dan melajulah motor besar itu membelah kemacetan kota ini. Saat tiba di lampu merah Alphano bertanya kepada Bella. "Alamat rumah lo di daerah mana?" Setelah Bella menyebutkan alamat rumahnya, Alphano segera melajukan motornya menuju alamat yang Bella sebutkan. Tak lama kemudian sampailah mereka di depan rumah Bella. Segeralah Bella turun dari motor besar itu, walau dengan sedikit kesulitan. 

            "Mampir dulu Al?" tanya Bella berbasa-basi.

             "Nggak usah udah malem juga" sahutnya. "Bye bule Jawa" lanjutnya. 

            Alphano segera menyalakan motor besarnya dan dibelahnya jalanan komplek yang mulai sepi itu. Sebenarnya Bella kurang suka dengan panggilan yang Alphano sebutkan tadi. Bule jawa, panggilan yang aneh, ujar Bella dalam hati. Kemudian Bella masuk ke dalam rumah, dan langsung disambut oleh pertanyaan dari papanya. "Kok baru pulang Bell? Dianter siapa? Pacar ya? Wah anak papa baru sekolah belom ada seminggu udah punya pacar aja" goda papanya. 
            "Ish papa apaan sih, tadi tuh temen. Kak Galaksi belum pulang pah?" sahut Bella. 
            "Belum, tadi sebelum hpnya lowbatt kan udah kasih kabar kalo bakal ada kegiatan kampus sampe larut" jelas papanya.

            "Oh, pantes aja nggak balas chatku" timpal Bella.

            "Udah buruan sana mandi, habis itu makan malam bersama" saran papanya. 
             "Siap komandan, laksanakan" sahut Bella dengan gaya seperti seorang prajurit yang tengah hormat kepada komandannya. 

             Bella segera melangkah menuju ke kamarnya. Dia baru tersadar jika tadi belum mengembalikan jaket milik Alphano. Dilepasnya ikatan jaket yang melilit pinggang rampingnya. Lalu diletakkan pada kursi meja belajarnya. Aroma mint dan citrus seketika menyeruak saat Bella meletakkan jaket tersebut. Aroma Alphano! Jujur, Bella sangat menyukai aroma tersebut. Aromanya sangat menenangkan. Tadi saat dibonceng oleh Alphano aromanya juga seperti ini. 
             Tak mau membuat kedua orangtuanya menunggu semakin lama. Bella segera menuju ke kamar mandi. Badannya tersebut begitu asam dan lengket. Sangat berbeda dengan aroma jaket Alphano. Apa tadi Alphano juga mencium aroma badan gue yang seasam ini? tanya Bella pada dirinya sendiri. Kenapa malah mikirin Alphano sih, gerutu Bella pada dirinya sendiri. Sebelum benar-benar pergi ke kamar mandi, Bella sempat mencium jaket Alphano lagi. Entahlah, aromanya bagaikan candu bagi Bella. Ingin Bella selalu mencium aroma itu. Setelah selesai mandi dan bersih-bersih Bella segera turun menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada papa dan mamanya bersiap untuk makan malam.

            Selesai makan malam, papa Bella bertanya kepada Bella "tadi kenapa pulangnya telat?"
            "Tadi nulis di cafe deket sekolah, trus saking asiknya nulis sampe kelupaan kalo kak Galaksi nggak bisa jemput" sahut Bella.

            "Lain kali kasih kabar yang di rumah dulu kalo mau pulang telat" nasihat papanya.
            "Iya pah" timpal Bella.


~*~ ngayeli (1) bahasa jawa yang berarti 'menyebalkan'

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • aiana

    @renicaryadi terimakasih, ini ada skuelnya, Kinara saat remaja, namun masih ongoing. Iyaaa. masih ditnnggu kelanjutan storynya. Semangat

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • renicaryadi

    Kakkk bagus ceritanya kusave dulu yaa. Deskripsi kakak bener banget soal depresi.

    Semangat terus. Makasih juga udah dateng ke The Perfect Brother 😉

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • aiana

    @Dreamon31 terimakasih kakak, masih terus belajar

  • aiana

    @atinnuratikah terimakasih, dibaca lanjutannya kakak

  • aiana

    @Riyuni betul, banyak sekali yang sebenarnya pusing ketika di tanya masalah ini

  • aiana

    @Ervinadyp selalu, dalam proses, jangan lupa di baca lagi... terimaksih

  • aiana

    @ikasitirahayu1terimakasih, sering-sering baca kelanjutannya. sudah mau selesai ini

  • ikasitirahayu1

    Hai kak, bagus ceritanya. Btw, aku ini single :)

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • atinnuratikah

    keren kak ceritanya.

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • Dreamon31

    bagus pemilihan katanya...semangat yaa...

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
Similar Tags
Give Up? No!
251      185     0     
Short Story
you were given this life because you were strong enough to live it.
love like you
8      8     0     
Short Story
A Perfect Clues
149      61     0     
Mystery
Dalam petualangan mencari ibu kandung mereka, si kembar Chester-Cheryl menemukan sebuah rumah tua beserta sosok unik penghuninya. Dialah Christevan, yang menceritakan utuh kisah ini dari sudut pandangnya sendiri, kecuali part Prelude. Siapa sangka, berbagai kejutan tak terduga menyambut si kembar Cherlone, dan menunggu untuk diungkap Christevan. Termasuk keberadaan dan aksi pasangan kembar yang ...
"Mereka" adalah Sebelah Sayap
3      3     0     
Short Story
Cinta adalah bahasan yang sangat luas dan kompleks, apakah itu pula yang menyebabkan sangat sulit untuk menemukanmu ? Tidak kah sekali saja kau berpihak kepadaku ?
She Is Falling in Love
6      6     0     
Romance
Irene membenci lelaki yang mengelus kepalanya, memanggil nama depannya, ataupun menatapnya tapat di mata. Namun Irene lebih membenci lelaki yang mencium kelopak matanya ketika ia menangis. Namun, ketika Senan yang melakukannya, Irene tak tahu harus melarang Senan atau menyuruhnya melakukan hal itu lagi. Karena sialnya, Irene justru senang Senan melakukan hal itu padanya.
Girl, Undefined
8      7     0     
Humor
Everyone thought of Maggie Arlott as that vulgar, condescending and snobby rich kid at the back of class. Maggie would never be able to fit in a holy institution like Crossroads High. “Too overbearing, too despicable”, says Swett, a former desk mate. It got so bad that a typical misfit no longer seemed like one compared to her, and ocial groups of all stages of the ladder—Jocks, Nerds, the...
ADOLESCERE LOVE
234      81     0     
Romance
Tentang seorang gadis yang ditakdirkan untuk selalu dijauhi oleh banyak orang karena penampilannya yang seram. Dia memiliki impian untuk bisa berpacaran dengan Edelweis, seorang cowok bintang sekolah dan ketua mading. Namun kedatangan Miwon yang pelan-pelan merubah penampilannya serta membuatnya diterima di lingkungan sosial membuat perasaannya bertarung. Membuatnya merasa bingung dan bersalah at...
Infatuated
21      16     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Arini Kusayang
374      271     4     
Short Story
Ini kisah tentang gadis kecil yang berhasil membuat hari-hariku tak lagi sepi ❤
Dissolve
6      6     0     
Romance
Could you tell me what am I to you?