Read More >>"> Throwback Thursday - The Novel (03.) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Throwback Thursday - The Novel
MENU
About Us  

"Kat? Lo pingsan ya?" Kedatangan waiter yang membawakan pesanannya dan panggilan Hadi menariknya kembali ke alam sadar.

Katarina merasa ruangan di sekitarnya berputar perlahan, ia jarinya tanpa sadar mencengkram tepi meja untuk berpegangan. "Kagak, lagi pegangan meja aja. Lo tau darimana, Di? Baru atau udah lama?"

"Hmm ... gue tau dari dua hari lalu sih, dari Hendra. Tapi kita kemarin bingung mau kasih tau lo atau nggak. Karena ...," Nafasnya terdengar berat, "gue tau gimana perasaan lo ke dia. Ini asal lo tau aja, gue gak mau lo tersakiti lagi."

"Dia gak ada artinya lagi bagi gue, Di." Rasa perih menusuk dada Katarina, mengejek kebohongannya sendiri. Ketika ia berkata lagi, ironi menguasai otaknya, "Menurut lo dia pulang ngapain ya, Di? Maksud gue, mending dia tetap di Amrik aja, gak usah pulang. Atau mati aja lebih bagus."

"Kat, lo bilang dia gak ada artinya lagi, tapi lo nyumpahin dia kek begitu, gak boleh tau. Biar bagaimanapun, Josh pernah jadi bagian terbaik dari kita, Kat." Katarina menggigit bibirnya mendengar teguran Hadi.

"Kabarnya sih dia mau merid. Jangan tanya gue ya siapa calonnya, karena gue beneran – sumpah! – gak tau. Acaranya juga gue gak tau kapan, tapi dia bilang ke Hendra untuk datang. Secara gak langsung kan sebenarnya dia mau lo juga tau, kalau dia mau merid. Makanya gue sama Hendra mutusin untuk ngabarin lo."

Hening.

"Kat, lo masih pegangan?"

"Masih nafas, Di, tenang aja." Jawab Katarina ketus.

"Koq jadi gue yang deg-degan sama kondisi lo ya?"

"Karena lo orang yang baik banget, Di." Katarina tertawa getir. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Katarina berdoa agar suaranya tidak bergetar, ia tidak mau Hadi tiba-tiba datang menyusul dan menjemputnya pulang, karena begitulah seorang Hadi terhadapnya.

"Kalau ada apa-apa, bilang sama gue ya, Kat. Jangan diem-diem aja, trus tiba-tiba lo kenapa-kenapa. Gue bakal marah besar kalau lo begitu."

"Barusan lo bilang istri lo cemburu sama gue. Yang ada kalau gue telepon, nanti lo malah berantem lagi, akhirnya gue dituduh pelakor kayak dulu." Suara tawanya terdengar sinis, bahkan ia sendiri tidak mengenalinya.

"Nggak bakalan deh, lo tenang aja. Asal lo tau, gue bukan anggota ISTI. Biar kata dia istri gue – dan gue sayang sama dia – gue juga sayang sama lo. Dan sebagai istri gue, dia mestinya tau kalau ini masalah penting." Hadi terdiam di ujung telepon seakan menunggu responnya, namun Katarina terlalu pusing untuk berpikir. Matanya terasa berat, dengan kantung air mata yang mulai penuh.

"Kat, gue mau lo janji sama gue ... apapun yang terjadi, kalau lo perlu temen ngobrol atau apapun, gue selalu available. Ngobrol sama gue ya, Kat ... jangan diem aja."

"Ya."

"Ya apa?" Nadanya meminta jawaban Katarina.

"Iya, gue bakal kontak lo kalau ada apa-apa, Bapak Hadi Suwarno. Puas?" Suara di seberang terkekeh senang. Katarina mau tidak mau ikut terkekeh dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kepedulian sahabatnya yang satu ini. Sebentar kemudian setelah Hadi yakin Katarina baik-baik saja, sambungan itu terputus.

Katarina memandangi telepon genggamnya. Ah, Hadi ... Andaikata dulu kita jadian, semuanya akan baik-baik saja. Hidupku akan semulus berselancar di atas ring es.

Katarina menyesap tehnya perlahan selagi hangat, aroma halus peppermint menyegarkan syaraf penciumannya. Lamat-lamat, lantunan musik lembut dari audio system dalam ruangan mulai memanjakan telinganya lagi – You Belong to Me by Janet Seidel – bagai sihir di sore hari.

Katarina menoleh keluar jendela besar dan mendapati langit ikut merasakan perih dadanya, rintik hujan tipis mulai turun membasahi jalan beraspal di luar dan mendung melukiskan pemandangan monokrom, bagai lukisan hidup dari pensil.

Terpekur dalam keheningan dan balutan lazy jazzy tunes, matanya mulai menatap tanpa rasa. Pikirannya berkhianat, menuntunnya masuk dalam lorong waktu ke masa ia lebih muda setengah dari umurnya, dimana romantisme masih kental dan kasmaran masih didamba.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Can You Love Me? Please!!
94      59     0     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Pemeran Utama Dzul
4      4     0     
Short Story
Siapa pemeran utama dalam kisahmu? Bagiku dia adalah "Dzul" -Dayu-
LARA
209      118     0     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Sanguine
127      71     0     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
Flower With(out) Butterfly
6      6     0     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Let Me Go
312      254     4     
Short Story
My Halloween Girl
11      11     0     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
Melody Impian
393      281     3     
Short Story
Aku tak pernah menginginkan perpisahan diantara kami. Aku masih perlu waktu untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaanku padanya tanpa takut penolakan. Namun sepertinya waktu tak peduli itu, dunia pun sama, seakan sengaja membuat kami berjauhan. Impian terbesarku adalah ia datang dan menyaksikan pertunjukan piano perdanaku. Sekali saja, aku ingin membuatnya bangga terhadapku. Namun, apakah it...
Melankolis
55      45     0     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...
Ibu
8      8     0     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...