Read More >>"> Delapan Belas Derajat (14 - Apa?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU
About Us  

Kau membuatku keliru dengan diriku sendiri.

***

“Hari ini Mansa nggak masuk …,” gumam Azmariah lalu meletakkan kepalanya di atas meja.

“Kangen?” terka Nathira.

Azmariah mengingat kejadian di UKS tempo hari lalu membuat wajahnya merah. Jantungnya pun berdetak lebih cepat di banding biasanya. “Buat apa? Ogah.”

Nathira dan Amira hanya bisa saling pandang seraya menahan tawanya yang hampir meledak. Tak lama, Asya, Idelisa dan Septi datang ke kelas mereka.

Beberapa pasang mata menoleh karena kedatangan mereka. Septi membalas tatapan mereka dengan sinis hingga banyak yang memalingkan wajah karenanya.

“Kenapa?” tanya Asya berbisik ke Amira.

Amira hanya terkekeh pelan lalu menunjuk bangku Mansa dengan dagunya.

Idelisa dan Asya hanya mengangguk lalu menahan tawanya. Idelisa menepuk bahu Septi berkali-keli dengan pelan. Septi menghela napasnya dan tersenyum jahil.

“Mansa kemana, ya? Tumben nggak kelihatan,” ucapnya.

Azmariah mengangkat kepalanya dengan malas dan menatap Septi sinis. “Sakit,” ucapnya ketus.

“Tahu dari mana, Az?” tanya Idelisa yang masih berusaha menahan tawanya.

“Dari—“ ucapnnya terputus kembali mengingat kejadian memalukan itu. Ia berdeham dengan berusaha menahan panas di wajahnya. “Tahu aja,” lanjutnya salah tingkah.

“Gue ragu …,” gumam Asya lalu tersenyum. “Padahal, besok lusa masuk bulan Desember. Berarti, ujian akhir semester sekitar dua minggu lagi,” lanjutnya menerka-nerka.

“Iya, ada pengumumannya, kok,” ucap Amira lalu tersenyum.

“Pengumuman? Kelas gue belum.” Septi memicingkan matanya ke arah Amira.

“Kepotong istirahat,” balas Idelisa.

Septi hanya menghela napasnya lalu bermaksud keluar dari kelas Azmariah. Namun, ia kembali lagi karena lupa ingin menyampaikan sesuatu.

“Az, dipanggil Bu Mun tadi,” ucapnya lalu kembali keluar kelas Azmariah.

Azmariah bangun dari posisi tidurnya dan pergi ke ruang guru tanpa menoleh ke teman-temannya yang masih berdiri di dekat mejanya.

Nathira hanya memandang kepergian Azmariah dengan tatapan datar. Amira dan Asya masih beusaha menahan tawanya.

Helaan napas keluar dari mulut Azmariah selama berjalan. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dibicarakan oleh pembina OSIS-nya itu. Azmariah sudah memikirkan sesuatu yang aneh-aneh menurutnya.

Saat sampai di depan ruang guru, ia menghela napasnya lagi. Tangan kanannya memegang knop pintu dan siap membukanya. Namun, ia mendengar suara yang tidak asing memanggil namanya.

Ia menoleh ke sumber suara yang nyatanya idak ada orang di sana. Tatapannya berubah menjadi nanar. “Cuma halusinasi, ya?” gumamnya.

***

“Laporan numpuk, sekarang kamu pelajaran siapa?” tanya Bu Muntianah ke Azmariah.

“Sekarang pelajaran Pak Hendri,” jawab Azmariah lalu mengerjapkan matanya.

“Wah, kebetulan, Pak Hendri lagi nggak masuk. Bantu Ibu, ya?”

Azmariah hanya mengangguk kaku lalu menerima beberapa bundle proposal beserta dengan laporan pertanggungjawaban yang diberikan gurunya itu.

“Di ruang wakasek, aja, ya?”

Mereka berjalan ke ruang wakil kepala sekolah yang cukup luas dan sepi. Di sana hanya terdapat sebuah lemari, seperangkat computer, meja dan beberapa sofa untuk duduk. Di ujung ruangan terdapat sebuah kamar mandi.

Azmariah duduk di salah satu sofa dan meletakkan barang yang dia bawa ke atas meja. Ia merenggangkan tubuhnya sebentar dan menerima buku besar dari Pembina OSIS-nya.

“Coba disamakan dengan yang ada di buku,” ucap Bu Muntianah.

“Tumben, Bu?”

“Apanya?”

“Biasanya bilang, ‘samain’ bukan ‘samakan’,” ucap Azmariah lalu terkekeh.

“Pak Subadir bilang, jangan pakai imbuhan in,” balas Bu Muntianah ikut terkekeh.

Azmariah hanya mengangguk masih dengan terkekeh. Lalu berusaha fokus untuk mencari tanggal yang sama sesuai dan tidak sesuainya laporan yang diberikan.

Karena asik dengan tumpukan itu, mereka berdua tidak sadar hampir masuk waktu malam. Bu Muntianah menerima telepon dari suaminya yang sudah menunggu di depan sekolah.

Azmariah masih asik dengan tumpukan kertas itu hingga hampir selesai, namun Bu Muntianah sendiri mengajaknya untuk selesai.

“Azmariah ikut Ibu, ya?”

“Ke mana, Bu?” Azmariah menyiritkan dahi tanda bingung.

“Ke rumah, sekalian selesaiin ini.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
IMAGINE
3      3     0     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
Inspektur Cokelat: Perkara Remaja
4      4     0     
Short Story
Elliora Renata, seorang putri dari salah satu keluarga ternama di Indonesia, hal itu tak menjamin kebahagiaannya. Terlahir dengan kondisi albinis dan iris mata merah tajam, banyak orang menjauhinya karena kehadirannya disinyalir membawa petaka. Kehidupan monoton tanpa ada rasa kasih sayang menjadikannya kehilangan gairah bersosialisasinya sampai akhirnya...serangkaian kejadian tak menyenangkan...
Bukan kepribadian ganda
59      16     0     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
3      3     0     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
Berawal Dari Sosmed
375      288     3     
Short Story
Followback yang merubah semuanya
Love in the Past
308      253     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
Phased
11      10     0     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
FLOW in YOU (Just Play the Song...!)
24      9     0     
Romance
Allexa Haruna memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi piano tahun ini. Alasan utamanya adalah, ia tak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu ia tak ingin Mama dan kakaknya selalu khawatir karenanya. Keputusan itu justru membuatnya dipertemukan dengan banyak orang. Okka bersama band-nya, Four, yang terdiri dari Misca, Okka, dan Reza. Saat Misca, sahabat dekat A...
Pembuktian Cahaya
2      2     0     
Short Story
Aku percaya, aku bisa. Aku akan membuktikan bahwa matematika bukanlah tolak ukur kecerdasan semua orang, atau mendapat peringkat kelas adalah sesuatu yang patut diagung-agung \'kan. Aku percaya, aku bisa. Aku bisa menjadi bermanfaat. Karena namaku Cahaya. Aku akan menjadi penerang keluargaku, dan orang-orang di sekitarku
Simplicity
81      17     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.