Read More >>"> Hati Langit (Cemburunya Al-Qur'an) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hati Langit
MENU
About Us  

Hari itu, hari di mana Dzikri mau tidak mau harus mempertanggungjawabkan kewajibannya. Sepanjang hari menghafal hafalannya karena tiba-tiba saja sebagian hafalannya hilang entah ke mana. Ia berpikir berulang-ulang kali apa penyebabnya, namun tak kunjung ditemukan. Padahal hari pengujian akan segera dilaksanakan.

Dzikri seorang Tahfidz, khalayak ramai sudah mengetahuinya. Walaupun demikian berulang kali dikatakan, Dzikri tetaplah manusia yang mempunyai kekhilafan. Dia bukan manusia yang sempurna seperti malaikat yang tak pernah melakukan kesalahan. Dia manusia yang masih butuh bimbingan dari orang lain, masih butuh pengalaman dalam menjalani hidup, butuh dukungan dalam menghadapi masalah, butuh keburukan untuk mengerti artinya pembelajaran, butuh terjatuh untuk merasakan yang namanya arti dari sebuah perjuangan, butuh cinta untuk mengisi kekosongan relung hatinya, butuh pundak untuk dapat bersandar ketika dalam kesedihan, dan bahkan sangat-sangat membutuhkan Allah untuk mendengarkan segala keluh kesahnya.

Karena hidup bukan hanya mengenai rohani atau batiniah (kebutuhan di dalam jiwa). Dapat menikmati kepuasan karena kita seorang yang dikagumi banyak orang, mempunyai ilmu yang jarang dimiliki orang lain, lebih pandai dalam menafsirkan sesuatu. Melainkan hidup harus memenuhi jasmani juga, kesehatan fisik untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan, kecerdasan, dan perkembangan waktak serta kepribadian dalam pembentukkan manusia yang berkualitas.

Waktu menunjukan pukul 10.30 siang. Dzikri sedari tadi hanya berkutat dengan bukunya di perpustakaan, selalu saja fokus dengan apa yang dikerjakan. Bahkan handphone bergetar pun ia abaikan.

Tak lama kemudian, tibalah seseorang yang mencari-carinya. Siapa lagi jika bukan Taufan, ia terengah-engah mencari Dzikri.

“Kamu ini ke mana saja?” Taufan dengan nafas yang tak karuan.

Dzikri menoleh pada pusat suara itu. Tanpa menjawab pertanyaan Taufan, Dzikri langsung melontarkan pertanyaan.

“Mengapa kamu tahu aku berada di sini? Lagi pula aku tidak mengangkat telphone darimu.”

“Dari Budi, karena dia tadi melihatmu memasuki perpustakaan.”

“Pantas saja.”

“Kamu jawab dulu pertanyaanku!” tegasnya.

“Di sini sedari tadi. Lantas?” jawabnya.

“Bu Windi mencarimu sejak pagi.” Jelasnya.

“Untuk?” jawabnya singkat.

“Mana aku tahu. Sepertinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan denganmu.” Jawab seadanya.

“Baiklah, aku akan ke ruangannya.”

“Ya sudah, aku duluan yaa ke kantin.”

Taufan pergi meninggalkan Dzikri sendiri lagi, Dzikri masih berkutat pada pemikiran lain mengenai Bu Windi yang ingin bertemu dengannya.

“Mengapa Bu Windi ingin bertemu denganku? Apa aku berbuat kesalahan? Atau ada tugas yang tidak aku kerjakan? Apa aku tidak menuruti perintahnya dan kata-katanya?” hatinya bertanya-tanya.

Bergegaslah Dzikri menuju ruangan Bu Windi yang tak jauh dengan gedung fakultasnya.

“Tok tok tok.” Terdengar suara ketukan di ruangan Bu Windi.

“Silakan masuk.” Titahnya.

Assalamu’alaikum bu.” Ucap pria itu.

Walaikumsalam.”

“Boleh saya duduk terlebih dahulu bu?” mintanya.

“Oh iya, tentu saja boleh. Ibu sampqi lupa mempersilakan kamu duduk.” Ucap ibu dengan tawa renyah.

“Ada apa ibu mencari saya?” tanya Dzikri dengan nada yang lembut.

“Ada yang ingin ibu bicarakan kepadamu, ibu harap kamu bisa jujur akan itu.” Jelasnya.

“Mengenai hal apa ya bu?” Dzikri tampak kebingungan.

“Mengapa kamu akhir-akhir ini sedikit berbeda dari biasanya? Seperti ada sesuatu!”

“Ah tidak bu, saya seperti biasanya kok.” Elaknya dengan tersenyum, seolah-olah tidak ada apa.

Sebenarnya ada hal kecil yang mengguncang hatinya belakangan, untuk saat ini untungnya masih bisa diatasi walaupun masih terasa sulit.

“Ibu menuntut kejujuran kamu Dzikri.” Bu Windi mempertegas suaranya dengan wajah yang masih tersenyum.

“Sejujurnya, saya mengalami sesuatu kejadian yang belum pernah terjadi pada diri saya bu.” Ungkapnya dengan hati-hati.

“Kejadian apa itu?” Bu Windi penasaran.

“Yang membuat hati ini berdegup lebih cepat dari biasanya, susah tidur, hari-hari terkadang begitu rumit, dan tiba-tiba hari menjadi begitu cerah walau hari sedang mendung.”

“Apa kamu sedang jatuh cinta pada gadis itu?” terkanya.

“Ah tidak.” Elaknya.

“Sudah, jangan menyembunyikannya. Ibu sudah mengetahuinya.” Pungkasnya.

“Lalu, bagaiman ibu mengetahuinya? Padahal aku tidak bercerita kepada siapa pun, kecuali Taufan. Itu saja hanya obrolan yang tak terlalu menunjukan pada orangnya!”

“Aku bisa melihat dari matamu yang memandang dirinya. Tingkah lakumu saat berada di dekat. Ketika kamu duduk bersampingan, saat kamu menjawab pertanyaan dirinya mengenai Kamu menunjukkan secara tidak langsung kamu menyukainya.” Jelsnya yang membuat Dzikri sedikit shock.

“Apakah begitu kentara aku menyukai dirinya di hadapan orang lain?” tanya Dzikri dengan wajah yang tertekuk lesu.

“Tidak kok, mungkin hanya orang tertentu dan yang mudah peka mampu membaca gerak-gerikmu.” Jelasnya.

“Itukah yang membuat hafalanmu terganggu?” tanya Bi Windi.

“Aku tidak paham, mungkin saja benar.” Jelasnya dengan tertunduk.

“Kamu begitu menginginkannya?” Bu Windi mulai berbicara serius.

“Tidak bu, hanya mengaguminya.” Jawab

“Lantas apa yang membuatmu menjadi tidak fokus belakangan ini?” Bu Windi bertanya heran.

“Entah, ada rasa yang tak wajar.” Berkali-kali Dzikri berkata ia tidak tahu apa yang terjadi dalam dirinya.

“Apa yang membuat hafalanmun menjadi tak kamu perdulikan, banyak yang lupa, ada yang terlewat, panjang pendeknya menjadi tidak karuan, dan kamu dikatakan lalai atas kewajibanmu!” Bu Windi menanyakan inti dari pertanyaan.

“Bagaimana ibu bisa mengetahuinya?” tanya Dzikri heran.

“Dosen yang mengujimu mengatakannya pada ibu, meski hanya percobaan saja kamu tidak bisa main-main dalam pengujian ini, kamu harus fokus. Kamu seorang tahdfiz, pertahankan idealismu, jangan mudah terpengaruh, dan tolong perhatikan apa yang kamu lakukan semua itu dapat berpengaruh pada prestasimu.” Peringatan keras yang Dzikri peroleh dari Bu Windi.

“Maafkan saya bu, saya tidak akan mengulanginya lagi!” Dzikri menyesalinya.

“Ibu maafkan dan ibu pegang perkataanmu, semoga tidak terulang kembali. Jangan terlalu kamu hiraukan wanita itu, banyak hal yang harus kamu lakukan.” Harapnya.

“Mungkin aku terlalu memikirkan wanita itu dan menaruh harap terlalu besar padanya bahwa kita akan bertemu kembali.” Desisnya.

“Ibu paham apa yang kamu rasakan, ibu juga pernah muda sama sepertimu. Cinta bisa saja memberikan banyak energi yang mungkin tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Memustahilkan hal yang pada awalnya tidak akan terpikirkan oleh kita untuk melakukannya. Bahkan daya sekuat logika pun terkadang terkalahkan oleh lembutnya cinta, sehingga banyak yang beranggapan bahwa cinta itu buta dan terkadang tidak masuk akal. Berulang kali ibu pikirkan, semakin kita pikirkan cinta itu malah tidak ada habisnya. Berusahalah fokus terhadap sesuatu yang lain, yang membuat dirimu tidak terlalu berharap padanya toh jika ia jodohmu sejauh apa pun itu pasti akan kembali padamu.” Jelasnya Panjang lebar.

“Aku sedang berusaha akan itu, menegaskan hati dan mengembalikan semua kekuatan yang ada dalam diriku untuk menjadi seperti Dzikri yang kemarin. Mungkin aku mengaguminya tetapi aku dapat menyimpan itu untukku sendiri, biarlah itu menjadi urusanku, dan memendam rasa itu di sini. Di hati ini.” Dzikri dengan ketegasan hatinya

“Allah mencemburui hati orang-orang yang berpaling dari-NYa. Jika kamu berharap selain dari-Nya suatu saat kamu akan merasakan betapa perihnya pengharapan.” Bu Windi mengingatkan Dzikri kembali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
Similar Tags
Venus & Mars
187      96     0     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Takdir
4      4     0     
Short Story
kita memang pernah bersama tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama
BlueBerry Froze
0      0     0     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
What If I Die Tomorrow?
7      7     0     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Love Dribble
151      79     0     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
When I Found You
66      40     0     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Katamu
29      22     0     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Dear You
231      115     0     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Ręver
35      34     0     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Aku Lupa Cara Mendeskripsikan Petang
316      249     2     
Short Story
Entah apa yang lebih indah dari petang, mungkin kau. Ah aku keliru. Yang lebih indah dari petang adalah kita berdua di bawah jingganya senja dan jingganya lilin!