Read More >>"> Revealed
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Revealed
MENU
About Us  

San Frasisco, US.

Pembunuhan telah terjadi di sebuah hotel berbintang 5. Bukan satu atau dua korban yang meninggal dari aksi pembunuhan ini, namun ada 63 korban yang meninggal yang seluruh korbannya adalah para tamu dari pesta yang di adakan salah satu konglomerat.  Penyebab kematian para korban adalah tembakan di dada, lebih tepatnya bagian jantung dan kepala. Sampai saat ini, pihak berwajib masih menyelidiki kasus tersebut.

"Pasti Athena yang melakukannya. Apa kau sudah lihat? Pembunuhannya sangat 'bersih'," Salah satu polisi yang menjaga TKP membicarakan sebuah rumor yang menyebar begitu saja setelah kasus di beritakan lebih luas.

"Jika benar Athena yang melakukannya, pasti sangat sulit untuk menangkapnya. Sudah ada banyak pembunuhan yang dia lakukan. Tapi, sampai sekarang dia masih hidup bebas di luar sana," Timpal polisi yang satunya lagi.

“Setiap penjahat pasti akan tertangkap. Tolong ingat itu!” Detektif bernama Chris yang baru saja sampai, langsung ikut dalam menimbrung ke dalam pembicaraan kedua polisi itu. “Jangan pesimis! Kita pasti bisa menuntaskan kejahatan ini. Dan, aku yakin kita bisa menangkap Athena,” Chris menyemangati kedua polisi itu dengan menepuk-nepuk kecil pundak mereka. lalu masuk ke dalam ruangan TKP yang sudah ada tim forensik yang menunggunya.

“Bagaimana? Ada bukti yang di temukan?” Tanya Chris kepada tim forensik yang sudah memeriksa seluruh bagian TKP.

“Belum, pak. Pembunuhan ini sangat ‘bersih’. Sangat susah untuk mencari buktinya. Bahkan kita sudah tidak bisa bergantung dengan rekaman cctv,” Jawab salah satu orang dari tim forensik sambil menunjuk dengan tangannya ke kamera-kamera cctv yang ada di sekitar TKP.

Chris menghelakan nafasnya kemudian menghampiri lantai yang masih bersimbah darah. Dia tak lupa memakai sarung tangan agar tidak ‘menghancurkan’ TKP. “Apa semua korban disini adalah para tamu pesta?”

“Iya.”

“Apa sepatutnya kita mencurigai hal yang bersangkutan dengan pesta terlebih dahulu di banding si Athena sang pembunuh bayaran? Tolong selidiki semuanya dengan teliti terlebih dahulu. Mungkin saja kita bisa menemukan sebuah bukti.”

“Baik,pak. Aku akan menyelidikinya.”

Chris mengelilingi TKP,meneliti barang-barang yang ada di sekitarnya. Apa yang tim forensik katakan itu benar, pembunuhannya sangat 'bersih'. Dan jika benar Athena, si pembunuh bayaran yang melakukannya, maka dia terpaksa melepas tanggung jawabnya dan memberikannya pada tim khusus.

Sebenarnya, dia sedang curiga dengan tim khusus. Mereka terkenal dengan tim yang sangat professional dalam kerjanya. Jika mereka tidak bisa menangkap Athena, pasti mereka tahu wajah Athena,bukan? Tapi, sampai saat ini tidak ada yang tahu wajah atau ciri-ciri Athena.

Chris memutuskan untuk keluar dari ruangan dan menghirup udara segar agar dia semakin mudah berpikir. Perhatian Chris teralihkan saat dia melihat seseorang yang sangat mencurigakan di koridor. Chirs memperhatikan seluruh gerak-gerik orang itu. Orang itu pergi menuju tangga darurat dengan melirik ke kanan dan ke kiri.

“Mengapa dia tidak memakai lift?” Karena penasaran, Chris pun memutuskan untuk mengikuti orang itu.

Dan Chris pun melihat hal yang tidak terduga. Orang itu membuka ‘sesuatu’ di wajahnya yang ternyata sedari tadi adalah sebuah topeng khusus. “Apa itu Athena?” Gumam Chris dalam hati. Orang itu mengeluarkan ponselnya, mengetik sesuatu. Lebih tepatnya nomor telepon yang ingin dia tuju.

Ish! Bisa-bisanya membuatku kambing hitam. Jika aku menemukannya, aku akan memberikanmu service terbaikku.” Chris mencuri pendengar saat orang itu menelepon.

“…”

“Bagaimana bisa aku tidak boleh membunuhnya disaat dia membuatku seperti seorang pembunuh bayaran yang asal membunuh orang--”

Kring~

Ponsel Chris berbunyi. “Sial…” Runtuk Chris sambil mematikan ponselnya segera.Chris kembali melihat tempat dimana orang itu berdiri, namun dia sudah kehilangan orang itu. Chris langsung menekan salah satu kontak yang ada di ponselnya. “Aku menemukan Athena.” Setelah itu, Chris langsung berlari menuruni tangga, mengejar orang yang dia sangka Athena itu.

Nafas Chris tersengal, dia memutuskan untuk mengatur kembali nafasnya sebelum melanjurkan mengejar orang itu yang bahkan keberadaannya sama sekali tidak terlihat. Chris berteriak kesal lalu kembali berlari ke arah yang dia pikir benar itu.

Chris masuk ke dalam gang-gang kecil. Memeriksa dengan teliti tempat-tempat yang menjadi kemungkinan Athena untuk bersembunyi. Dengan tidak sengaja, Chris menabrak seorang perempuan. “Sorry…” Ucap perempuan itu sambil menundukkan kepalanya.

Chris hanya diam. “Saya minta maaf.” Ucap perempuan itu lagi, kali ini sambill membungkukkan sedikit badannya. Setelah itu dia berjalan melewati Chris.

“Diam di tepat!” Perintah Chris sambil menodongkan pistolnya ke perempuan itu. “I caught you, Athena.”

"Kau memang hebat..." Kata perempuan itu dalam hatinya.

Perempuan itu mengangkat kedua tangannya, membalikkan badannya. “Oh, no! akhirnya aku tertangkap.” Sahut perempuan itu dengan tersenyum licik. Perempuan mengambil posisi dan langsung menyerang Chris. Melumpuhkan Chris, hingga Chris terjatuh dan tidak berdaya di bawahnya. Perempuan itu melepar jauh pistol Chris dan mengeluarkan pistolnya yang selalu ada di kantungnya. “Aku tidak akan membunuhmu, jika kau diam menutup rapat mulutmu.”

“Bagaimana aku bisa menutup mulutku untuk seorang pembunuh keji yang sudah membunuh puluhan orang? Ah! Apa sekarang sudah ratusan orang?” Chris menatap perempuan itu dengan tatapan mengancam.

“Apa segitu buruknya image Athena dimata kalian? Aku jadi menyesal melakukan pekerjaan ini.” Perempuan itu memasukkan kembali pistolnya, lalu berdiri untuk melepaskan Chris. Dia berjalan mengambil pistol Chris dan memberikannya kembali. “Terserah kau mau berbuat apa.”

“Aku tidak tahu, ternyata Athena sepengecut ini. Menyerahkan dirinya.” Kata Chris sambil mengambil pistolnya dari tangan perempuan itu.

“Aku tidak pernah mengatakan akan menyerahkan diriku. Lagi pula, jika aku menyerahkan diriku aku akan tetap bebas.” Perempuan itu merapihkan bajunya yang kusut karena adegan berkelahi kecil tadi. “Karena aku bukanlah orang yang seperti di rumorkan.”

“Maksudmu?”

“Kau detektif bukan? Chris Julvio. Detektif yang sedang banyak dibicarakan dan katanya dapat diandalkan. Benar, bukan? Aku sudah tahu semua tentangmu dan rahasiamu semuanya aman bersamaku.” Perempuan itu menepuk pundak Chris. “Good luck—“

“Kau CIA?”

Perempuan itu terkejut, mengedipkan matanya berkali-kali. “Agen CIA?” Perempuan itu seperti menyakinkan bahwa dia tidak salah mendengar apa yang Chris ucapkan. Chris mengangguk, meng-iyakan bahwa perempuan itu tidak salah dengar.

Setelah itu, perempuan itu tertawa terbahak-bahak hingga terbatuk. “Aku agen CIA?” Ucapnya di sela tawanya. “Tidak mungkin tuan detektif. Aku sangat tidak cocok dengan pekerjaan itu."

“Lalu? Kau benar seorang pembunuh bayaran?”

Perempuan itu menyentuh telinganya. “Aku akan tetap menyelesaikan kasus ini sambil bermain dengan tuan detektif ini. Ternyata dia sangat menyenangkan.” Perempuan itu berbicara dengan orang lain melalui alat komunikasi khusus.

“kasus? Aku benar-benar tidak bisa menyimpulkan apa-apa sekarang.” Chris masih sangat kebingungan.

“Ayo kita pergi!” perempuan itu langsung berjalan tanpa menjawab pertanyaan Chris.

“Tunggu! Athena—“

“Dyla. Namaku Dyla, bukan Athena.” Potongnya. “Jangan memanggkilku Athena di tempat umum. Bisa-bisa aku menjadi buronan dan menyusahkan mereka.”

“Jelaskan terlebih dahulu, siapa itu mereka? Kasus seperti apa yang sedang kau kerjakan itu? dan siapa dirimu yang sebenarnya? Baru kita pergi ke tempat yang ingin kau tuju itu.”

‘sebaiknya jangan, Dyla.’ Seorang disebrang sana memperingatkan Dyla.

“Lalu? Aku pergi meninggalkannya dan mengerjakan semuanya sendiran?” Dyla berbisik.

‘kau sudah terbiasa,bukan?’

“kau lupa dengan apa yang aku katakan di rapat kemarin. Ini adalah pekerjaan terkahirku. Aku akan mengundurkan diri."

‘Tapi, pekerjaan ini belum selasai. Dan ingat! Kau yang memintanya sendiri untuk melakukan pekerjaan ini.'

Dyla menghelakan nafasnya. “Aku mata-mata khusus yang di pekerjakan untuk membunuh para ‘sexy killer’, sebut saja seperti itu. Dan sama sepertimu, aku sedang memecahkan kasus pembunuhan di hotel itu. Bedanya, aku sudah tahu pembunuhnya.”

‘Dyla!!!!’

“Apa kau mau membantuku? Mencari bukti untuk memejarakannya? Kau pasti sedang kesal dengan kasus itu, sehingga kau susah menyimpulkan sesuatu sekarang.” Dyla mengulurkan tangannya. Membujuk Chris untuk membantunya.

“Sepertinya temanmu itu tidak suka.”

“Dia?” Tanya Dyla sambil menunjukan alat komunikasinya yang masih di telinganya. “Biarkan saja!” Dyla menghancurkan alat komunikasinya. “Jadi…mau atau tidak?”

“Kita bekerja sama?”

“Iya. Saling menguntungkan satu sama lain. Kau bisa memecahkan kasusmu dan aku bisa menyelesaikan pekerjaan terakhirku.” Dylan mengulurkan tangannya lebih dekat agar Chris merespon.

“Baiklah…” Chris berjabat tangan dengan Dyla. “Aku akan menyerahkanmu jika ku menipu.”

Dyla tersenyum. “Kau bukan tipe orang yang mudah tertipu. Aku tahu itu. jangan berbohong tuan detektif. Kau sangat hebat dalam hal membaca perilaku orang.”

“Kau benar-benar sangat tahu diriku.”

--

“Jadi, kita membicarakan pekerjaan ini di café?” Dyla membuka pembicaraan saat pelayan sudah menaruh minuman pesanan mereka.

“seharusnya dimana? Ruang rahasia?” Chris meminum kopi hitamnya.

“apa tidak terlalu beresiko di dengar orang lain? Aku tidak terbiasa ‘bekerja’ di tempat umum dan ramai akan warga. Karena takut mereka akan celaka.”

“Kau sangat peduli dengan warga, disaat warga sangat takut padamu. Tenang saja, tidak akan ada yang curiga kita sedang membicarakan pekerjaan jika kita mengobrol layaknya pasangan.”

“Wah! Ternyata kau benar-benar pintar merayu. Ku kira informasi itu bohong karena imagemu sebagai detektif sangatlah keren.”

“Aku bukanlah perayu. Jangan terlalu percaya dengan informasi yang kau temukan itu.”

“Belum bisa menggantikan posisi perempuan itu?” Dyla menompangkan dagunya di telapak tangan kanannya. “Pasti susah,ya melewati semua itu.”

“Seberapa detail informasimu itu, nona? Aku jadi sedikit takut.” Chris mengikuti pose Dyla. “Bahkan kau tahu tentang dia.”

Chris dan Dyla saling bertatapan. Chris memperhatian mata biru Dyla yang sangat indah, bibir tipis berwanah merah muda yang menggoda, hidung yang tidak terlalu mancung dan  pipi yang sedikit berisi membuat  semakin cantik.

Tanpa disadari, mereka sudah saling bertatapan selama 2 menit. Chris yang tersadar langsung membuang wajahnya yang sepertinya sudah memerah.

“Ada apa tuan detektif? Apa kau baik-baik saja?” Dyla khawatir.”Apa anda kurang sehat?”

“Tidak,tidak apa-apa.” Chris tersenyum, agar menghilangkan rasa khawatir Dyla. “Jadi…siapa pembunuh sebenarnya jika bukan Athena?”

“CEO dari  perusahaan Alexandra store.” Dyla mengeluarkan beberapa berkas. “Pengada pesta itu adalah penerus dari perusahaan Greenland. Dia adalah penghalang besar CEO Alexardra store, tuan Jean. Dulunya mereka adalah sahabat dekat. Penerus perusahaan Greenland, tuan Mark, mengetahui rahasia terbesarnya, membunuh ayahnya sendiri.”

“Ah! Aku juga sempat berpikir seperti itu. Tuan Alexandra pasti meninggal karena di bunuh. Dan aku sangat terkejut bahwa pelakunya adalah anaknya sendiri. Aktingnya sangat hebat waktu itu, hingga tidak ada satupun pihak berwajib mencurigainya.”

“Wah! Kau mencurigainya waktu itu.” Dyla terlihat kagum. “Ku kira hanya aku.” Dyla menyodorkan salah satu berkas. “Tuan Mark mengancam tuan Jean dengan pemerasan yang sangat besar. Kita sudah mengetahui pelaku dan motifnya. Hanya saja, kita akan kesulitan mencari bukti.”

“Apa tuan Jean memiliki dendam padamu?” Pertanyaan Chris membuat Dyla memiringkan kepalanya. “Maksudku, dia menggunakan namamu dalam melakukan aksinya,” Jelas Chris.

“Entahlah, aku tidak yakin soal itu.” Dylan merapihkan berkas-berkas. “Intinya, sekarang kita harus berusaha keras mencari bukti sebelum kasus di tutup--Ah!” Dyla menyadari sesuatu. “Musuh kita sangat licik, tuan detektif. Menggunakan namaku agar kasus di tutup lebih awal.” Dyla tersenyum kecut.

“Aku mengerti…semua kasus pembunuhan yang kau lakukan akan di tutup 3 bulan setelah penyeledikan, jika tidak menemukan bukti apapun.”

“Berarti waktu kita sedikit, tuan detektif.”  Dyla mengangguk-angguk kecil.

“Dyla!” Panggil Chris. “’mereka’ itu siapa? Apa semua informasimu itu berasal dari mereka?”

“Mereka itu adalah tim khusus. Semua informasi yang aku dapatkan, termasuk informasimu itu bukan dari mereka. Sebelum bekerja dengan mereka, aku sudah sangat ahli mencari informasi. Dan asal kau tahu, aku baru 2 tahun 7 bulan bekerja bersama mereka.”

Chris tertawa kecil. “Pantas saja, mereka tidak menangkapmu. Satu lagi, mengapa kau mengajakku bekerja sama dan mempercayakan semua rahasiamu padaku? Apa karena kau tahu semua rahasiaku?”

“Bukan! Karena kau menarik. Itu saja.” Jawab Dyla dengan mengira-ngira.

Really?! Aneh sekali alasannya. Sungguh tidak dipercaya.” Chris tertawa lagi.

“Kau memang bisa melewati semuanya,ya. Kau sudah banyak tertawa sekarang.”

Chris hanya menjawabnya dengan senyuman. “Apa kau menyelesaikan kasus ini hanya karena ingin membersihkan namamu?”

“Bukan, ada alasan yang lebih besar dari itu. Nanti akan ku beritahu. Ayo! Kita mulai pekerjaan kita.” Dyla bangun dari duduknya sambil memakai tas selempangnya.

Chris pun ikut bangun. Dan mereka pun berjalan berdampingan, keluar dari café.

“Seberapa banyak kau mengetahuiku?”

“Niara Wallace itu cantik,ya. Dia pernah menolongku,loh.”

"Kau sangat menyeramkan, Dyla. Sepertinya kau memang mengetahui semua rahasiaku."

--

“Saya merasa sangat terhormat tuan Jean bersedia bertemu dengan saya.”

”Semuanya untuk sahabatku, Mark.” Jean berakting seperti sangat sedih dengan kematian . Chris mengepalkan tangannya, dia sangat kesal dengan acting Jean.

‘Psst…Jangan terbawa emosi, okay? Enjoy the game.’ Dyla memperingati Chris.

Dyla tidak mengawasi Chris melalui kamera seperti yang ada di film-film, tapi dia mengawasi dari gedung sebelah dengan teropong, atau lebih tepatnya scope senapan kesayangannya.

‘Jangan halangi aku dengan mangsaku, okay?’ Lanjut Dyla dengan penuh penekanan.

“Tuan detektif mau minum apa?” Tawar Jean sambil memegang gelas di kedua tangannya.

“Apa saja. tak usah repot-repot.” Jawab Chris sambil tersenyum selebar mungkin. “Aku tidak akan membiarkanmu membunuhnya. Kita sudah sepakat,bukan? Membunuh bukan satu-satunya cara untuk membalas kejahatan seseorang, ingat itu!” Chris berbisik-bisik.

“Jadi, kita mulai darimana, tuan detektif?”

--

“Alibinya sangat kuat. Benar-benar tidak ada celah.” Chris menggerutu. “Bagaimana kita bisa ‘mengalahkannya’. Di waktu pembunuhan terjadi pun dia tidak ada di tempat kejadian.”

Dyla yang sedang memeriksa senapannya menghelakan nafas. “Dari awal aku tidak pernah bilang tuan Jean yang membunuhnya secara langsung. Inilah ‘sexy killer’ yang ku maksud. Mereka membunuh korban secara tidak langsung. Sangat sulit mencari bukti kejahatan walaupun kita mengetahui pelakunya. Maka dari itu, ketua mengatakan bahwa membunuh mereka adalah salah satu caranya. “

“Kau juga sering membunuh orang dengan ‘bersih’,kan? Kau tidak bisa menebak apa bukti yang tidak bisa di bantah siapapun?”

“Aku hanya dipekerjaan inilah aku menjadi pembunuh. Seperti yanng sudah ku beritahu, katanya percuma saja mencari bukti sekuat apapun jika mereka masih berkuasa di atas kita, Kita akan terus gagal. Dan aku bukan pembunuh handal seperti yang kalian tau. Ahli menggunakan senjata? Ahli bela diri? Ahli mencari informasi? Iya itu aku. Aku memang sangat ahli dalam hal-hal itu. tapi tidak dengan pembunuhan. Bisa dibilang aku masih banyak belajar.”

“Jadi, membunuh adalah cara satu-satunya?”

“entahlah, aku tidak tahu…” Dyla menundukkan kepalanya. "Tapi, sepertinya aku salah..."

“Kau kenapa?” Chris menepuk pelan punggung Dyla.

“Aku iri padamu yang tidak tahu apa-apa. Aku sangat iri, hiks…” Dyla menangis sambil menutup semua wajahnya. “Aku tidak ingin melakukannya, aku hanya ingin membalaskan dendamku.”

“Dyla…” Panggl Chris dengan lembut.

“Saat melihatmu, aku terus bertanya-tanya. Kau bisa hidup menjadi lebih baik, kenapa waktu itu aku memilih hidup dengan dendam ini?” Dyla semakin menangis.

Chir menarik Dyla kedalam pelukannya. “Kumohon jangan menangis. Aku tidak bisa melihat wanita menangis.”

Dyla mengeratkan pelukannya dan menangis sekeras-kerasnya. Chris tidak tahu apa yang Dyla maskud dari ‘iri’ dan ‘menjadi lebih buruk lagi’. Sepertinya Chris harus mulai mengenali Dyla sepenuhnya. 

“Percaya dengan dirimu sendiri, percaya dengan apa yang kau pilih, percaya dengan apa yang menurutmu  benar. Dan kau pasti bisa menjadi lebih baik, sedikit demi sedikit. Percayalah!”

--

Keesokkan harinya, Chris tidak bisa menemani  Dyla menggali informasi lagi. Dia harus bekerja, menyelesaikan kasus dengan timnya. Dyla pun memaklumkan hal itu. Dia juga meyakinkan Chris agar tidak khawatir dengannya dan menyuruhnya untuk fokus bekerja seperti biasanya.

“Apa tidak apa-apa?” Chris masih ragu.

“Tuan detektif, kau tidak perlu khawatir. Fokus saja dengan tugasmu. Jika ada informasi penting, aku langsung kabari, okay?”

Fine! Langsung kabari aku saja jika ada infromasi. Jangan lupa!”

“Siap, tuan!”

Mereka pun tertawa bersama. “Jaga diri baik-baik.” Chris mengacak-acak rambut Dyla lalu pergi memasuki gedung kantornya.

Dyla pun melangkah pergi menjauhi gedung kantor Chris sambil memegangi kepalanya  “Curang…” 

--

3 minggu berlalu, pekerjaan Chris sudah mulai berkurang karena tim khusus sudah mulai turun tangan. Dan juga, selama 3 minggu itu Chris tidak mendapatkan kabar apapun dari Dyla. Pesan terakhirnya adalah ‘aku mengetahuinya’ dan itu di kirim sehari setelah mereka berpisah di depan gedung kantor Chris. Setelah itu tidak ada sama sekali pesan dari Dyla. Chris mulai khawatir, Karena takut Dyla menghadapi sang pembunuh keji sendirian. Dia takut sesuatu terjadi pada Dyla.

Dan Chris mengira, bahwa tim khusus juga kehilangan komunikasi dari Dyla, mata-mata dan pembunuh kepercayaan mereka. Karena tim khusus terlihat gelisah setiap saat dan terus memeriksa jalur komunikasi khusus mereka.

Bahkan, ketua dari tim khusus menanyakan langsung keberadaan Dyla kepada Chris karena Chris-lah orang terakhir yang bersama Dyla sebelum dia mnghilang.

‘Dyla, kau dimana?’

--

“Tuan detektif, sudah sebulan berlalu dan kasus itu belum selesai. Tim khusus seperti sedang mengundur-undur penyelesaian kasus.” Salah satu anak buah Chris melapor.

Chris bangun dari duduknya, keluar dari ruangannya, menghampiri salah satu tim khusus yang sedang memeriksa beberapa berkas. “Dimana Dyla? Kalian tidak mencarinya? Kalian masih belum punya bukti pelakunya? Sampai kapan kalian terus mengundur waktu?”

Lawan bicara Chris hanya terdiam menatap Chris.

“Chris!” panggil ketua tim khusus. “Masuklah ke ruanganku jika kau butuh informasi. Orang itu tidak tahu apa-apa.” Katanya sambil menatap yang menjadi lawan bicara Chris tadi dan memberinya kode untuk menjauh dari Chris.

Chris berjalan menghampiri ketua tim khusus yang sudah masuk ke dalam ruangannya. Chris membuka pintu ruangan dengan sedikit kasar. “Duduklah! Kita bicarakan ini dengan kepala dingin.”

“Dyla tidak ditemukan. Tidak ada kabar darinya. Dan kalian mengulur-ulur waktu. Apa karena kalian tidak mempunyai bukti dan menunggu Dyla datang dengan sendirinya membawa bukti yang kalian inginkan?”

“Tuan Julvio! Saya tahu anda mengkhawatirkan Dyla. Kami juga sama. Kami sangat panik saat kominukasi kami terputus dan dia tidak bersama anda. Saat anda memberitahu pesan terakhir yang dia kirimkan itu, kami menjadi sangat takut. Kami bertanggung jawab sepenuhnya atas hal yang bersangkutan dengan Dyla. Kami mencarinya. Kami tidak diam saat tahu dia menghilang satu bulan ini. Tapi, tidak ada kemajuan sama sekali. Kasus semaki sulit dan Dyla tidak di temukan di mana-mana.”

Chris menundukkan kepalanya, lalu mengepalkan tangannya. “Kapan batas waktu penutupan kasus ini?”

“dua bulan lagi. Karena semua orang mengira semua ini adalah salah satu kejahatan Athena.” Ketua tim khusus mendudukkan dirinya. “Benar kata Dyla, mari kita bekerja sama dan menyelesaikan kasus ini dengan perlahan—“

“Tolong beritahu aku semua tentang Dyla. Mulai dari masa lalunya sampai alasan mengapa dia bekerja dengan tim khusus.” Chris menatap tajam ketua.

“Dulu Dyla adalah penjual informasi di kota kelahirannya. Dia sangat terkenal dengan nama samarannya, Athena. Tapi, Athena yang dulu adalah hanya penjual informasi bukan Athena si pembunuh bayaran yang kita kenal sekarang. Dyla juga adalah anak bangsawan. Hartanya cukup melimpah. Karena dia anak ketiga di keluarganya, dia tidak terlalu di tekan oleh peraturan-peraturan tertentu, maka dari itu dia sangat bebas. Dyla sangat pintar dalam menggunakan senapan, berkelahi, berdiskusi, mencari informasi dan lain-lain. Dia sungguh multi-talent.”

“Hidupnya cukup bahagia hingga suatu saat dia pulang dari mencari informasi. Dia menemukan semua anggota keluarganya dan para pekerja di rumahnya dalam keadaan tidak bernyawa. Rumahnya menjadi penuh dengan darah. Setelah kejadian itu, hidupnya cukup hancur. Kami tim khusus mengetahui pelaku pembunuhannya tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Dan saya pun memutuskan memperkerjakannya. Awalnya saya hanya mempekerjakannya sebagai pencari informasi, bukan sebagai pembunuh. Pekerjaan itu sebenarnya milik agen lain. Tapi, saat dia mengetahui siapa pembunuh keluarganya, dia memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan membunuh itu. 2 tahun berjalan, dan akhirnya dia memutuskan bahwa ini adalah pekerjaan terakhirnya.”

Chris akhirnya mengetahui alasan mengapa Dyla ‘iri’ padanya. Chris menerima segalanya dan mulai melupakannya, sedangkan Dyla hidup dengan menolak dan dendam dari kejadian waktu itu. Dyla ingin menjadi lebih baik, tapi sepertinya dia salah memilih. Chris tidak menyangka Dyla telah menjalani kehidupan yang sangat sulit selama ini.

Ting!

Ada sebuah pesan masuk di komputer ketua. Ketua pun memutuskan membuka pesan itu dan dia sangat terkejut saat melihatnya. Pesan itu dari Dyla. Pesannya berisi sebuah dokumen bukti kejahatan Jean.

“Dyla?” Chris yang ikut melihat isi pesan itu, juga sangat terkejut.

“Kau memang hebat. Kau mendapatkan semuanya.” Ketua tersenyum puas. “tuan detektif! apa anda siap melakukan persidangan?”

Chris ikut tersenyum puas. “tentu siap.”

--

Dua hari kemudian, Jean ditangkap dengan tuduhan pembunuhan. Lalu semiggu setelahnya, sidang besar pun dilakukan. Banyak sekali wartawan yang meliputi sidang itu. Chris sungguh percaya diri bahwa Jean akan di penjara. Sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk Jean. Karena, bukti yang Dyla berikan sangat tidak terbantahkan. Dyla hebat,bukan?

Tapi, sampai sekarang pun Dyla tidak menunjukkan keberadaannya dan tetap masih tidak ada pesan dari Dyla selain pasan berisi dokumen bukti yang Dyla kirim waktu itu. Chris masih khawatir dengan keadaan Dyla. Dan dia juga berharap Dyla hadir di persidangan.

Persidangan pun di mulai. Seluruh orang yang ada di dalam ruang sidang seketika terdiam saat Jean memasuki ruang sidang. Sidang berlangsung dengan sangat lama.Ada hal yang sangat mengejutkan di tengah-tengah sidang. Jean terlihat sangat tenang dan pengacara Jean masih bisa membantah semua bukti.

“apa ini yang di maksud ‘tidak akan menang’ saat mereka masih berkuasa?” Gumam Chris.

3 jam berlalu, hakim ketua pun mengetuk palunya.

“Terdakwa Jean Alexandra bebas dari semua tuduhan.” Ucap hakim ketua.

Semua orang pun terkejut dengan keputusannya. Semua bukti sudah jelas, tidak ada yang kurang satu pun. Kenapa hakim ketua bisa memutuskan Jean bebas dari semua tuduhan?

Chris yang tidak setuju dengan keputusan hakim ketua langsung memperotes. “Ini tidak bisa dibiarkan! Semuanya sudah jelas! Tuan Jean bersalah! Dia pembunuh 63 orang dengan alasan yang cukup masuk akal. Mengapa anda dengan mudahnya memutuskan dia tidak bersalah? Apakah—“

Brak!

Semua perhatian tertuju pada orang yang baru saja membuka pintu dengan kasar.

“Sudah kuduga bukti itu tidak akan kuat.” Orang itu berjalan menuju Chris yang terdiam mematung. “Kerja bagus, tuan detektif.” Dia menepuk pundak Chris.

“Dyla? Darimana saja kau?”

“Hakim ketua! Apa saja boleh memberitahu sesuatu disini, di ruang sidang ini, di depan seluruh awak media bahwa tuan Jean sangat pantas di penjara?” Dyla mengabaikan pertanyaan Chris. “baiklah! Saya akan mulai.” Padahal hakim ketua tidak mengatakan apapun, tapi Dyla sudah menyimpulkan sendiri bahwa dia diperbplehkan berbicara.

“3 tahun yang lalu, tuan Alexandra lebih tepatnya ayah dari tuan Jean Alexandra di temukan meninggal di kamarnya dengan penyebab kematian adalah serangan jantung. Jika diselidiki lebih dalam, kalian akan menemukan ini.” Dyla mengeluarkan botol obat. “Racun yang membunuh tuan Alexandra. Dan ini sidik jari yang ada di botol ini.” Cyla menunjukkan sebuah kertas. “Sidik jari  tuan Jean Alexandra.”

“4 bulan setelahnya, tuan Jean membunuh keluarga Clark. Salah satu keluarga bangsawan Britania Raya dengan motif, keluarga Clark adalah penghalangnya untuk berkuasa karena mereka kenalan terdekat ayahnya dan juga tau segalanya. Ini buktinya.” Dyla menunjukkan kertas tulisan ayahnya yang menunjukkan bahwa Jean yang membunuhnya. “3 bulan setelahnya, tuan Jean membunuh keluarga besar keluarga Wallace dengan alasan keluarga ini akan membongkar segalanya dengan kegeniusan mereka suatu saat nanti. Tuan Jean takut dengan kejeniusan mereka.”

“Anda membunuh ayah anda beserta kenalannya. Setelah itu, anda membunuh sahabat anda sendiri, Mark Green karena tuan Mark mengancam anda. Selain keluarga Clark, tuan Mark juga mengetahui segalanya. Dia mengancam anda dan memeras anda. Karena kesal, anda memutuskan untuk membunuhnya.”

“ini semua buktinya. Apa masih kurang?” Dyla mengeluarkan banyak sekali berkas dari tasnya. “Oh,ya! Hakim ketua! Anda juga akan di tangkap karena menerima suapan dari tuan Jean. Ini rekaman cctv-nya.”

“SIAPA KAU?!!!” Bentak Jean.

“Orang yang lupa kau bunuh. Dyla Jalisa Clark, penerus satu-satunya keluarga Clark. Kita baru bertemu,ya?”

“KAU!!!—“

“Sudah tidak akan yang bisa membantah semua bukti ini. Jean Alexandra di hukum seumur hidup dengan tuduhan membunuh ayahnya, keluarga Clark, keluarga Wallace dan Mark green berserta orang-orang tak bersalah lainnya. Dan tidak lupa hakim ketua juga akan di hukum karena melanggar peraturan.” Teriak ketua dengan lantang. Keputusan ini yang sangat diingikan banyak orang.

Akhirnya, semuanya selesai.

“Kerja bagus,Dyla. Kau memang terbaik.” Ketua memuji Dyla.

“Terima kasih atas segalanya, ketua. Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dan maaf waktu itu aku menyusahkanmu.” Dyla membungkukkan badannya.

“Setelah ini, kau akan kemana?”

“Entah! Mungkin kembali ke inggris.” Dyla menganggkat kedua bahunya.

“Dyla!!!” Dyla menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. “Kemana saja kau selama ini?” Chris langsung memeluk Dyla.

“Aku keliling Amerika, mencari semua bukti yang ada. Maaf tidak mengabarimu karena aku merusak ponselku.” Dyla melepaskan diri dari pelukan Chris.

“Merusakkan?” Chris memeringkan kepalanya. “Kenapa di rusak?”

“Hmmm….mungkin biar tidak terlacak?” Dyla lupa alasan mengapa dia merusak ponselnya. Dia sudah terbiasa untuk merusak semua alat komunikasinya jika sedang mencari informasi.

Chris tertawa. “Ada-ada saja. Kau memang aneh.” Chris mengacak-acak rambut Dyla. “Aku sangat senang kau sudah pulang dengan selamat. Lain kali jangan seperti ini,ya. Kami sangat khawatir.”

Dyla menundukkan wajahnya. “Kau lupa, ini kasus terakhirku. Aku tidak akan bekerja lagi dengan tim khusus.” Dyla mengangkat kepalanya, menatap ketua yang masih berdiri di belakang Chris.

“Lebih baik aku pergi.” Ketua tim khusus tersenyum, lalu pergi meninggalkan Chris dan Dyla.

“Lalu, setelah ini kau akan bekerja apa?”

“Aku tidak tahu. Aku sedang tidak ingin berbuat apa-apa.” Dyla menghelakan nafasnya. “Maaf aku tidak memeberitahu semua tentang kasus ini.”

“Tak apa. Ketua sudah menjelaskan semuanya.” Chris tersenyum manis.

“Apa kau masih mencoba melupakannya?”

“Iya, masih.”

“Kumohon jangan lakukan itu!” Dyla mengucapkannya dengan nada bicara yang sedikit tinggi. “Kumohon jangan lupakan dia. Ingat dia dalam hatimu. Tapi, jangan mengingatnya dalam kejadian itu.”

Senyum Chris pun memudar. “tapi—“

“Aku menemukan ini saat mencari informasi.” Dyla memberikan sepucuk surat yang terlihat kusam. “Aku menemukannya di dalam kamar kalian. Menurutku, surat ini untukmu. Bacalah!”

Chris menatap sedu surat yang kini sudah di tangannya. “aku tidak tahu soal ini…”

“Aku tidak akan memaksamu membacanya. Tapi, bacalah di saat kau sudah kuat.” Dyla menepuk bahu Chris. “aku pergi.”

--

“ketua! Apa anda tahu dimana Dyla tinggal?” Chris masuk kedalam ruangan ketua tim khusus tanpa permisi.

“Saya tahu. Tapi dia sudah tidak tinggal disitu sekarang. Sehabis pamit padaku dia langsung kembali menghilang tanpa memberitahu kemana dia pergi.”

“Dia langsung pergi begitu saja? Dia tidak mengatakan apapun?” Chrsi semakin meninggikan nada bicaranya.

Ketua tim khusus menganggu-anggukkan kepalanya. “Yang ku tahu, dia ingin pulang ke kampung halamannya, Inggris.”

“Dia pergi tanpa memberitahuku lagi. Sebenarnya ada apa?” Chris merasa kesal.

“Lebih baik kau menyusulnya ke Inggris. Ini alamat lengkapnya.” Ketua menyodorkan secarik kertas kecil berisi alamat Dyla. “Temui dia! Dan semoga beruntung. Ada rapat yang harus saya hadiri sekarang.” Ketua pergi meninggalkan ruangan dan Chris yang masih terdiam mencerna maksud yang dikatakan oleh ketua.

“Semoga beruntung,ya?"

--

“Nona muda Dyla! Lihatlah! Bunganya tumbuh dengan indah sekali. Anda benar-benar hebat.” Seorang ibu paruh baya menghampiri Dyla dengan semangat.

“Bukan karena aku, tapi karena anda. Anda bisa merawat semuanya.” Dyla tersenyum begitu lebar. Dia sangat ramah dengan semua orang.

“Untung saja nona muda Dyla kembali. Kalau tidak, kita pasti akan kesusahan. Nona muda! Anda jangan pergi kemana-mana lagi tanpa memberitahu kami.”

“Maaf, aku telah merepotkan kalian.” Dyla menundukkan kepalanya.

“Tidak! Nona muda sudah berjuang dengan sangat baik. Anda tidak melakukan kesalahan yang fatal.”

--

“Ternyata kampung halaman Dyla itu di Edinburgh.” Chris baru saja turun dari taksi yang membawanya dari bandara Edinburgh ke Edinburgh city apartement yang katanya tempat tinggal Dyla yang sekarang. “Semoga tidak susah mencarinya.”

Chris berjalan kesana-kesini tanpa arah tujuan. Di kertas yang waktu itu ketua berikan hanya ada tulisan Edinburgh city apartment, England. Jadi, Chris terpaksa bertanya pada pada salah satu petugas apartemen tentang Dyla. 

"Apa maksud anda nona muda Dyla Clark? Dia tidak tinggal disini, dia masih tinggal di rumah besarnya. Dan apartemen ini miliknya. Jika anda mau menemuinya, mungkin anda bisa pergi ke taman Princess Street. Biasanya nona muda sedang mengajari beberapa orang disana."

"Terima kasih atas informasinya." Chris menunduk hormat. "Dyla benar-benar bangsawan."

Chris pun langsung pergi ke taman Princess Street.  Sesampainya di taman itu, Chris langsung menemukan Dyla yang sedang mengobrol dengan beberapa orang. Chris pun memutuskan untuk mendekat. Mengamati Dyla sambil tersenyum kecil.

“Iya, aku ak—“ Dyla menghantikkan kalimatnya. “Chris?” Dia mengerutan dahinya. Dyla melepaskan sarung tangannya dan membersihkan tubuhnya dari debu lalu menghampiri Chris dengan berlari kecil. “Kenapa kau ada disini, tuan detektif?”

“Aku diberi ini oleh ketua.” Chris mengeluarkan kertas kecil dari saku jaketnya. “Aku ingin bertemu denganmu.”

--

“Apa kabarmu?”

“Baik. Bagaimana disana? Apa tuan Jean menitipkan sesuatu padaku?”

“iya, ada. Dia menitipkan sesuatu. Katanya ‘harusnya aku membunuhmu juga Athena’. Seperti itu.”

Dyla tertawa. “aku juga sangat bingung bagaimana bisa dia melupakan kehadiranku. Memang saat waktu kejadian aku tidak ada di rumah. Tapi, mengapa dia tidak mencariku dan bahkan tidak curiga padaku saat aku menampakkan wajahku di depannya saat pembukaan cabang toko barunya.”

“Kau ingin di bunuh olehnya?”

Dyla menatap langit biru yang cerah dengan penuh damba. “Kita sangat beruntung karena tidak terbunuh pada saat itu. Aku sedang berkeliling London untuk mencari informasi dan kau sedang lembur. Tuhan sangat memihak pada kita, tapi tidak pada keluarga yang kita sayangi.”

“Aku sudah membaca surat terakhir istriku.” Dyla pun langsung melihat Chris yang sedang tersenyum kecil dengan tatapan terkejut. “Terima kasih, aku sangat tertolong.” Chris membalas tatapan Dyla dengan penuh makna. “Kau kenapa bisa menemukan bukti sebanyak itu? Dan tidak langsung memberikannya pada kami?”

“Kalau aku memberikan semuanya padamu. Emosimu parti tidak akan terkendali saat persidangan di mulai.”

Chris menghelakan nafasnya. “Kau benar. Skenario yang kemarin sangat bagus untuk memojokkan tuan Jean.”

“Apa kau ada maksud lain selain bertemu denganku, tuan detektif?”

“Tidak ada…aku hanya ingin seperti ini. Hanya ingin berduan denganmu.”

Wajah Dyla seketika memerah. “a-a-apa ma-ma-maksud—“

“Aku tidak ingin melupakannya. Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin menggantikkan posisinya di dalam hatiku. Tapi, dia bilang, aku harus tetap bahagia apapun yang terjadi dan aku menemukan kebahagiaanku.” Chris menggenggam kedua tangan Dyla. Dyla pun terkejut, tak percaya dengan apa yang terjadi. “Sebelum kesini. Aku memikirkan banyak hal. Mulai dari apa yang di maksud dari bahagia. Mencari apa yang ternyata selama ini aku sangat menginginkannya. Dan aku mendapatkan jawabannya. Kau, kaulah jawabnnya.”

“Apa kau yakin aku jawabannya?” Tanya Dyla dengan suara lembut.

“Iya, sangat yakin. Aku sudah sangat yakin.”

“Kau tidak berbohong,kan? Kau tidak sedang bercanda,kan?”

“Tentu tidak. Aku ingin membuka lembaran baru dan memulainya dengan cerita yang lebih indah. Maukah kau membantuku Dyla?"

Dyla menundukkan wajahnya. “aku tidak sebaik istrimu. Aku tidak sejenius istrimu dan keluarganya. Aku sudah banyak membunuh orang. Pokonya, aku bukanlah wanita yang dapat menggantikkan posisi yang kau maksud.”

“Iya, kau tidak sebaik istriku. Sejenius istriku dan keluarganya. Asal kau tahu, IQ 168-ku itu kurang untuk melawan IQ mereka. Kau memang sudah banyak membunuh orang. Tapi, tujuanmu membunuh itu adalah untuk membela keadilan dari para 'sexy killer' itu,kan? Kau dan istriku tidak bisa disbanding-bandingkan karena dari awal kalian adalah orang yang berbeda. Aku hanya ingin dirimu yang sekarang, yang sedang duduk di depanku ini. Apa tidak boleh?"

Dyla menatap dalam Chris, dia takut kalau apa yang semua Chris katakan hanya sebuah kebohongan. "Karena kau sudah memutuskan untuk seperti ini. Kumohon, jangan tinggalkan aku. Jangan ubah keputusanmu,okay?"

"Iya, aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan mengubah keputusanku."

Dyla terkekeh. "Jadi, sekarang kita ini apa?"

"Sepasang kekasih?"

"Iya, kita adalah sepasang kekasih, tuan detek--Maksudku, Chris."

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Carnation
2      2     0     
Mystery
Menceritakan tentang seorang remaja bernama Rian yang terlibat dengan teman masa kecilnya Lisa yang merupakan salah satu detektif kota. Sambil memendam rasa rasa benci pada Lisa, Rian berusaha memecahkan berbagai kasus sebagai seorang asisten detektif yang menuntun pada kebenaran yang tak terduga.
Secret Love Story (Complete)
119      30     0     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Loading 98%
2      2     0     
Romance
RUMAH ITU
3      3     0     
Short Story
Seorang laki-laki memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan pergi sejauh mungkin, saat di perjalanan, dia menumui seseorang dan pergi ke hutan. Beberapa hari kemudian, kejadian aneh mulai terjadi, apakah dia akan selamat atau tidak?
The War
5      4     0     
Short Story
Advanced intelligent humans came seeking for help to us because of the trouble their having, so the humans helped them and then Advanced intelligent humans came seeking for help to us because of the trouble their having, so the humans helped them and then the war of humans and aliens begin! Who will be the last one standing?
Love in the Past
308      253     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah
3      3     0     
Short Story
Sobara adalah anak SMA yang sangat tampan. Suatu hari dia menerima sepucuk surat dari seseorang. Surat itu mengubah hidupnya terhadap keyakinan masa kanak-kanaknya yang dianggap baginya sungguh tidak masuk akal. Ikuti cerita pendek Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah yang akan membuatmu yakin bahwa masa kanak-kanak adalah hal yang terindah.
LATE
5      4     0     
Short Story
Mark found out that being late maybe is not that bad
PUBER
16      6     0     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
MAHAR UNTUK FATIMAH
339      268     2     
Short Story
Cerita tentang perjuangan cinta seorang pria dengan menciptakan sebuah buku khusus untuk wanita tersebut demi membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.