Read More >>"> Aku Sakit (Chapter 2 ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Sakit
MENU
About Us  

“Gimana sakit lo Bella, udah baikan?”

Suara comel Vanesa membuatku berjengit.

Vanesa menyelempangkan backpack grey-pink-nya pada sandaran kursi, lantas duduk di sampingku. Dia terlihat serba imut dan fresh di Senin pagi ini. Mengenakan hairband putih, make-up tipis-tipis, dan bibir merah muda yang tampak basah oleh sapuan lipsgloss.

 “Hai, Nes!” balasku disertai seulas senyum malas. Kubetulkan letak kacamata, lalu kembali fokus pada materi struktur dan fungsi sel pada makhluk hidup.

Materi pelajaran kelas sebelas semester pertama ini semakin rumit, tidak cukup hanya belajar di rumah. Aku heran sekaligus takjub pada cendekiawan zaman dulu,  seperti Robert Hooke si Peneliti rongga-rongga pada sayatan gabus, yang disebutnya cellula (sel). Atau seperti Felix Durjadin. Beliau meneliti lebih dalam lagi, dan menemukan isi di dalam rongga sel dengan penyusunya yang kemudian dinamakan sarcode.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana cara para ilmuwan itu hidup bersama orang-orang di sekitar mereka. Apakah mereka menghabiskan seluruh waktu bersama mikroskop, bangkai katak atau tikus, dan bakteri di laboratorium? Menjadi alien di antara orang-orang bumi normal? Menyendiri dan tertutup demi sebuah hasil penelitian?

Sepertiku, bedanya aku tidak melakukan penelitian. Aku senantiasa duduk di kursi pada saat jam pelajaran belum dimulai atau pun pada saat jam istirahat. Di saat siswa-siswi lain bersenda gurau di koridor, menikmati siomay dengan segelas es teh di kantin Mang Jamal, sementara aku mengurung diri di kelas.

“Gimana sakit lo, udah baikan?” ulang Vanesa.

“Eh sori, gue nggak apa-apa, Nes, cuma pusing biasa.”

“Huh, kebanyakan baca sih lo, makanya pusing deh.”

“Emang lo udah belajar? Hari ini kan ada ulangan Biologi, materinya banyak, lho.”

Oh my Gosh, Gue lupa!” Vanesa menepuk kening. “Kemarin sehabis dari Senayan gue sama mama pergi ke rumah Tante Grace, terus sorenya nonton, nggak kepikiran kalau hari ini ada ulangan.”

“Tuh, kan.”

Diam-diam aku iri pada Vanesa. Vanesa bisa bersenang-senang di luar rumah bersama mamanya. Boro-boro nonton, kalau aku pergi ke mal bareng mama terus ketahuan papa, papa pasti marah besar. Papa akan menyalahkan mama karena mengajarkan hidup berfoya-foya. Padahal, keluarga Vanesa yang papa jadikan contoh, mereka sesekali bersenang-senang dan menghabiskan waktu bersama. Papa harus tahu ini.

“Ah, santai aja kan ada lo. Kalau gue nggak bisa jawab, ntar gue nyontek lo aja.” Vanesa menyeringai.

“Itu kalau Miss. Chika ngasih kesempatan buat lo nyontek.”

Ck, tenang aja deh,” hardiknya. “Oh ya Bell, aku punya kabar penting.” Vanesa mengalihkan topik pembicaraan. Dia membuka tas lalu mengeluarkan selembar pamflet sebesar ukuran kertas A4 berwarna biru-putih dengan hiasan foto salju, pohon cemara dan lonceng Gereja. “Lo udah baca ini belum?”

“Apaan, tuh?”

“Ini info lomba menyanyi.”

“Menyanyi?”

“Iya Bella sayang, ini lomba menyanyi. Singing contest! Dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru, tema lagunya Christmas Love Song. Ini tuh yang ngadain event orginizer besar di Jakarta. Lo tahu nggak, akan ada festival salju juga, lho. Baca nih judulnya December Snow, keren kan?”

“Bukannya tahun kemarin juga ada snowland di Living World? Lo kan cerita waktu itu.”

“Hih, itu sih cuma snowland biasa, ini tuh beda. Ini lebih besar dan seru dari tahun kemarin. Terutama lo wajib ikut singing contest-nya, lo kan punya angel voice, Bell. Gue yakin lo pasti menang. Lihat nih, hadiahnya juga lumayan banget, dua puluh lima juta rupiah!”

“Suara lo juga bagus, kenapa nggak lo aja yang ikut?” tukasku.

“Bella, gue pengen lo ikut supaya bakat lo bisa tersalurkan. Sayang banget kan kalau bakat lo itu dipendam, dan cuma nyanyi di rumah gue… orang-orang juga harus tahu, terutama mama dan papa-lo.”

Betul kata Vanesa, aku suka bernyanyi di belakang papa. Maksudnya jangan sampai papa tahu. Papa melarang karena hobi semacam itu tidak akan menjanjikan masa depan apa pun. Intinya, papa ingin aku fokus pada pelajaran sekolah dan meraih nilai akademis yang memuaskan. Ibarat memanah, konsentrasi pandangan hanya pada satu obyek sasaran. Jika konsentrasi terpecah belah, sasaran itu akan meleset, pada akhirnya gagal, kata papa.

 Entah mengapa papa benci sekali aku punya hobi lain selain mencintai buku-buku pelajaran sekolah. Pernah di suatu malam aku bernyanyi keras-keras di kamar. Papa datang lalu membentak, Belajar Bella, mau jadi apa kau nanti kalau nggak belajar. Papa nggak senang nilai-nilai semestermu jatuh!

Iya, nilai semesterku menurun dari peringkat pertama ke peringkat kedua, meskipun faktanya bukan gara-gara hobi menyanyi. Saat itu aku sakit panas dan beberapa hari tidak masuk kelas. Aku ketinggalan beberapa mata pelajaran. Alhasil, nilai hasil evaluasi semester sedikit menurun. Papa marah besar. Sejak itulah papa membayar guru untuk memberikan les tambahan di rumah.

“Nggak, Nes. Gue nggak bisa. Gue takut papa tahu.”

“Gue akan bantu lo dan mastiin papa lo nggak bakal tahu.”

Aku menggeleng. Bersamaan dengan itu, bel berbunyi tanda jam pelajaran pertama akan dimulai. Kelas mendadak penuh oleh siswa. Tidak lama kemudian, Miss. Chika, guru Biologi itu datang. Beliau membawa setumpuk kertas soal-soal ulangan. Sebelum Miss. Chika memulai membagikan lembar ulangan pada siswa, beliau menyampaikan sesuatu.

“Selamat pagi semua!”

“Pagi, Miss!”

“Kalian sudah membaca pengumuman di mading hari ini?”

“Beluuum…”

“Oke, jadi Rabu muka akan diadakan audisi menyanyi di aula. Lagu yang bisa kalian bawakan adalah Christmas Love Song. Siapa saja boleh mendaftarkan diri. Nah, dari audisi ini akan dipilih satu perempuan dan satu laki-laki. Bagi siapa saja yang terpilih, akan menjadi wakil SMA Bernadette mengikuti singing contest akhir Desember nanti di ajang festival December Snow. Tempatnya di mal Taman Anggrek. Jadi, masih ada waktu satu bulan dua minggu. Bagi siapa pun yang berminat, silakan mendaftarkan diri pada Dani Christian. Siswa kelas dua belas IPA-2. Paling lambat besok siang, paham?”

“Pendaftarannya gratis, Miss?” celetuk Aldo, cowok berambut seperti bunga kol yang duduk di bangku belakang.

“Gratis!” beritahu Miss. Chika dengan nada penekanan.

Bisik-bisik anak perempuan terdengar riuh. Mereka menyebut-nyebut nama Dani Christian. Entah siapa itu Dani Christian. Yang jelas begitu nama cowok itu disebut oleh Miss. Chika, Vanesa menyikutku. Wajahnya mekar bagaikan mendapatkan nilai ‘A’ pada mata pelajaran Matematika. Dia tahu tidak akan pernah mendapatkan nilai ‘A’ pada pelajaran Matematika, karena Pak Berto pelitnya bukan main.

“Bella ... Dani Christian!” bisik Vanesa. 

Siapa itu Dani Cristian?

 

***

“Lo nggak tahu Dani Christian?” tanya Vanesa dengan memasang muka syok berat.

“Lo kan nggak pernah cerita Nes, mana gue tahu.”

“Ya ampun Bella, Dani Christian itu kakak kelas kita, lo udah satu tahun lebih sekolah di sini, dan lo nggak tahu Kak Dani Christian?”

“Memangnya Kak Dani itu artis? Artis aja gue nggak banyak tahu, apalagi dia.”

“Bukan, Kak Dani itu tukang ojeg… ya iyalah, dia itu cowok paling populer di sekolah kita, vokalis band sekolah ini, masa lo nggak tahu.”

“Mana gue tahu, Nes, sekolah kita kan segede ini.”

“Ck, ya udah deh, pokoknya lo kudu daftar besok. HARUS! Kalau nggak, gue nggak mau temenan lagi sama lo.”

“Halah, bilang aja karena lo pengen ketemu sama cowok itu, kan?”

Vanesa tampak tersipu sekaligus memasang muka heran. “Idih, sejak kapan lo bisa bercanda seperti itu?”

“Tapi, bener kan? Lo pengen ketemu dia, ngaku aja deh.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • rezagustin

    yang nyangka bella hamil silakan balas komenan saya

    Comment on chapter Chapter 1
  • eR

    good story kak...
    banyak anak yg ngerasain ini :')

    Comment on chapter Chapter 1
  • Ardhio_Prantoko

    Next chapternya ditunggu. Mampir ke punyaku ya.

    Comment on chapter Chapter 1
  • Lovender

    Mampir kak ke ceritaku https://tinlit.com/story_info/4028

    Comment on chapter Chapter 1
  • ciputcute

    Nyimak kak .. ditunggu next chapternya.

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
215      98     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Kamu, Histeria, & Logika
1507      542     0     
Romance
Isabel adalah gadis paling sinis, unik, misterius sekaligus memesona yang pernah ditemui Abriel, remaja idealis yang bercita-cita jadi seorang komikus. Kadang, Isabel bisa berpenampilan layaknya seorang balerina, model nan modis hingga pelayat yang paling berduka. Adakalanya, ia tampak begitu sensitif, tapi di lain waktu ia bisa begitu kejam. Berkat perkenalannya dengan gadis itu, hidup Abriel...
Warna Untuk Pelangi
196      104     0     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
Metanoia
72      47     0     
True Story
❝You, the one who always have a special place in my heart.❞
Deepest
32      29     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
Katamu
52      39     0     
Romance
Cerita bermula dari seorang cewek Jakarta bernama Fulangi Janya yang begitu ceroboh sehingga sering kali melukai dirinya sendiri tanpa sengaja, sering menumpahkan minuman, sering terjatuh, sering terluka karena kecerobohannya sendiri. Saat itu, tahun 2016 Fulangi Janya secara tidak sengaja menubruk seorang cowok jangkung ketika berada di sebuah restoran di Jakarta sebelum dirinya mengambil beasis...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
9      9     0     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Letter hopes
40      31     0     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Jika Aku Bertahan
321      207     0     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
Behind the Camera
47      34     0     
Romance
Aritha Ravenza, siswi baru yang tertarik dunia fotografi. Di sekolah barunya, ia ingin sekali bergabung dengan FORSA, namun ternyata ekskul tersebut menyimpan sejumlah fakta yang tak terduga. Ia ingin menghindar, namun ternyata orang yang ia kagumi secara diam-diam menjadi bagian dari mereka.