Read More >>"> Egoist (Chapter 11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Egoist
MENU
About Us  

Niel bergerak cepat secara sembunyi-sembunyi. Ia memanjat gerbang yang tingginya sekitar tiga meter menggunakan tali yang telah ia siapkan. Ada beberapa penjaga di sekitar pintu masuk dan gerbang utama, jadi ia memilih jalan lain, yaitu gerbang belakang yang cukup lengah. Hanya ada lima penjaga bersenjata api yang terlihat tolol dan ceroboh. Niel bergerak cepat, turun, bersembunyi di balik semak-semak yang tak tersentuh cahaya lampion yang digantung di beberapa bagian gerbang. Ia melangkah sambil membungkuk, lalu melumpuhkan satu per satu penjaga.

Ketika salah satunya hendak menembak, Niel melayangkan tendangan ke wajah penjaga itu, lalu menarik pisau yang sejak tadi bersembunyi di balik jaket hitamnya. Ia menduduki penjaga itu, lalu menusukkan pisau ke lehernya. Pisau yang memiliki tiga sisi tajam yang digabung dan diputar spiral dengan bagian belakang bergerigi membuat luka yang dihasilkan menjadi lebih lebar dan dalam. Darah mengalir begitu deras, seolah tidak bisa berhenti diiringi geliat berusaha melepaskan diri. Namun, Niel memperdalam tusukannya hingga menembus bagian belakang leher. Perlahan lelaki itu terkulai lemas dengan mata yang melotot seolah ingin keluar. Niel beralih ke penjaga lain yang hendak bangun dan menembakkan senjata. Ia mencabut pisau itu dari leher penjaga yang telah mati, lalu melemparnya tepat di tengah kepala penjaga lainnya.

Tak berhenti sampai di situ, Niel kembali menyerang dua penjaga lain yang menyerangnya dengan tembakan beruntun. Ia berguling ke samping, mengambil senjata api dan menembakkannya secara acak. Tentu hal ini akan mengundang penjaga lainnya, tapi itu bukan masalah.

Dengan seringai bengis di wajah tampannya, Niel mengambil pisau yang tertancap di kepala penjaga, lalu berlari mengincar penjaga lainnya. Ia bergerak begitu cepat, lalu memotong salah satu tangan dari penjaga yang masih berdiri. Terdengar jeritan yang begitu memilukan seiring tubuh yang jatuh. Masih dengan pisau yang berlumur darah, pandangan Niel berganti pada dua penjaga lainnya yang gemetar ketakutan. Iris hitam keduanya benar-benar meredup, berbeda dengan iris merah darah milik Niel yang menyala terang. Gejolak lama yang terkekang seolah muncul kembali. Ketika tangannya sendiri yang menghabisi orang-orang, merasakan aroma besi dari darah yang mengalir. Rumput yang tadinya berwarna hijau kekuningan kini telah menjadi merah, basah. Udara malam itu seolah menghantarkan aroma besi ke tempat lain.

Wajah tampannya tampak kelam, dengan bercak darah yang masih terlihat segar.

“Kalian tahu? Semua mimpi buruk ini baru saja dimulai.” Seolah mengatakan titah, kedua penjaga itu menjatuhkan senjata mereka, lalu mundur perlahan. Ketakutan dan itu membuat nafsu membunuh Niel semakin bergejolak. Bagai Cerberus yang dilepas dari neraka, Niel menerkam semua musuhnya tanpa tersisa dan tak segan memotong bagian tubuhnya.

Niel berjalan mendekati dua penjaga itu dengan pisau yang terlihat menyala. Dengan gerakan yang gesit, Niel berlari ke arah dua penjaga itu dan menebas kepalanya secara bergantian. Dua kepala itu jatuh, teronggok manis dengan darah yang mengalir dengan deras seiring tubuh yang berkiat, mengundang Niel untuk menendangnya hingga jatuh.

Niel merobek sebagian pakaian penjaga, mengelap pisau itu, lalu kembali memasukkannya ke sarung pisau di dalam jaket. Namun, ketika hendak melangkah menuju sisi lain rumah itu, seseorang berpakaian hitam muncul dari belakang dan menembakkan jarum bius pada Niel.

Lelaki itu mengerang, lalu dengan berbalik. Sebelah tangannya mencabut jarum itu, lalu melemparnya sembarang arah. Ia hendak berlari, menghajar lelaki itu, tapi sayang, obat bius itu memiliki pengaruh yang kuat.

Kemudian, tubuh Niel ambruk dan kesadarannya perlahan memudar.

***

Christer bersandar pada dinding ruangan, mengamati pergerakan masing-masing anjing pemburu Turk. Empat layar monitor besar itu terhubung dengan kamera pengawas yang ada di choker mereka. Namun, Christer merasa ada yang aneh. Sejak satu jam yang lalu, ia tidak melihat pergantian pengawasan terhadap Niel. Membuatnya bertanya-tanya, apa yang terjadi pada lelaki itu? Apakah choker-nya terlepas? Itu tidak mungkin karena selama ini, lelaki itu tidak pernah melepas choker-nya. Itu tanda mereka adalah Turk, sebagai sebuah jati diri dan menjadi salah satu alasan kenapa Turk mudah dikenali dalam masyarakat.

“Belum ada akses ke Niel?” Christer menghampiri seorang operator botak.

Lelaki itu menggeleng. “Sama sekali tidak dapat diakses.”

Christer mengernyit, mencoba memikirkan beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada lelaki itu. Mungkinkah Niel ditangkap? Tidak mungkin. Meski James Bourne adalah orang yang sigap untuk kondisi seperti ini, ia bukanlah tandingan Niel. Bisa saja James Bourne menyewa ratusan penjaga, tapi itu tidak akan mempengaruhi kekuatan Niel.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Layar nomor tiga berganti ke pemburu yang lain. Terlihat target telah didapatkan dan siap dibawa menuju markas Turk. Begitu pula dengan pemburu yang lain, baik yang baru mulai bergerak, atau sudah mendapatkan targetnya. Namun, hal itu tidak membuatnya senang sama sekali. Karena saat ini, bukan hanya target yang penting, tapi juga rahasia.

Haruskah ia mengkhatirkan hal itu? Bagaimana jika ternyata … James Bourne mengetahui rahasia itu?

Christer menggeleng, berusaha mengendalikan dirinya sendiri. “Beritahu aku jika kau berhasil mengakses Niel.”

Setelah berkata demikian, Christer keluar dari ruang kendali. Ia berjalan menuju sisi lain Turk, tempat seorang perempuan dikurung. Koridor Turk cukup sepi mengingat banyaknya anggota yang berburu keluar. Beberapa ilmuwan tampak melakukan penelitian baru yang didapat dari uji coba terhadap beberapa manusia lalu. Menampilkan sebuah fakta yang sedikit mengejutkan.

Di ujung koridor lantai empat, ada sebuah ruangan dengan pintu yang digembok. Ia berhenti di depan pintu itu, memperhatikan dalam diam, berusaha menangkap suara yang mungkin saja keluar. Namun, hening. Ia menunggu hingga setengah jam, tapi tetap nihil.

Apakah perempuan ini tertidur?

Entahlah. Christer tidak tahu, tapi entah mengapa, dirinya merasa ingin berada di tempat ini lebih lama. Memandangi pintu itu dalam diam, berdiri, seperti orang bodoh. Mengingat kembali masa-masa suram yang mereka lalui saat itu. Mengingat kembali tentang pengorbanan yang mereka lakukan demi orang-orang.

Perempuan malang.

Jika saja saat itu Niel tidak mengorbankan dirinya, mungkin Ellie tidak akan pernah berada di sini.

Sebuah pilihan berat yang harus dipilih oleh Profesor Zackween. Dan sampai sekarang, dendam itu tidak akan pernah berubah.

Nilfheim harus berubah, meskipun dengan cara yang kasar seperti pembersihan ini.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sweet Scars
7      7     0     
Romance
Move on
0      0     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Dominos
7      7     0     
Short Story
Find out what is the relation between dominos and people
Bentuk Kasih Sayang
6      6     0     
Short Story
Bentuk kasih sayang yang berbeda.
Black Roses
824      395     0     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
Untuk Reina
379      211     0     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Juli Di Jakarta
12      12     0     
Short Story
Pengalaman pertama seorang gadis yang memulai hobinya sebagai travel blogger. Kota pertama yang dia kunjungi adalah Jakarta. Ibukota yang menurut kabar akan segera dipindahkan.
NODA YANG BERWARNA
12      12     0     
Short Story
MENCERITAKAN PERJUANGAN SEORANG YANG SERING DI BULLY DI HIDUPNYA TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA IA MENGHADAPI SEMUA COBAAN YANG TERJADI DALAM HIDUPNYA.
Siapa tengah malam di sekolah?
8      8     0     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
Love in the Past
313      258     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.