Read More >>"> Ankle Breaker: Origin ([Chapter 6: Foul] ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ankle Breaker: Origin
MENU
About Us  

[Chapter 6: Foul]

 

Bactio lebih dulu mendapat bola, ia hempas ke arah yang Bimo prediksi dengan tangkapan. Bimo menjadi pusat awal serangan, ia mendapat penjagaan satu pemain ketika membawa drible sampai dekat dengan low-post lawan.

"Hai, Raini!" kata Bimo kepada pemain yang menjaganya cukup dekat.

"Aku Krisi!"

"Penjagaan buat Bimo terlalu rapat," Alter memperhatikan dari bangku cadangan.

"Face guard. Pertahanan yang mengintimidasi," Trea menyambung.

"Ergh, enggak ngasih aku kesempatan mengoper, ya?" Bimo kembali menurunkan drible, mencoba melewati Krisi secara langsung.

Bunyi peluit terdengar. "Offensive foul, Antologia, pushing!" putus wasit.

“Argh, sheed!” Bimo mengeluh.

Krisi memegangi bahu kiri, seperti yang Bimo lihat. "Jangan main kasar!"

"Maaf, habisnya kamu terlalu dekat," balas Bimo.

Krisi beralih ke luar garis tepi court, selurus posisi ia dilanggar, melempar operan ke satu rekan yang ia nilai paling lemah dari jangkauan penjagaan.

"Lima kali operan dalam satu momentum enam detik serangan," Alter mengomentari yang ia ikuti. "Raini?" Ia lihat pemain Shadawn nomor delapan melepas tembakan, tanpa sempat dibatalkan dengan kecepatan reaksi Ivan yang tidak sepadan.

"Tembakan yang bagus," akunya Alter melihat tembakan tiga poin Raini yang berhasil.

Wasik memberi operan mati kepada Andreka.

"Baiklah, lawan dua," gumam Andreka menghadapi penjagaan ganda.

"Double face-guard?" Trea menyaksikan.

"Pipi kalian terlalu dekat, Angel, Aulia," kata Andreka ke dua perempuan yang menjaganya.

"Siapa Angel sama Aulia?" sanggah salah satunya.

"Well. Mengoper ke Ivan, Bactio, atau Bimo yang ada di depan cukup riskan," Alter mengamati. "Maksa nerobos penjagaan ganda mungkin sulit. Formasi pertahanan yang kuat, ya?" terkesan. "Apa Mo Drage lupa kalau Wasik cukup bebas di belakang?"

Andreka merekahkan bibir. "Jangan manis-manis kagetnya," katanya ke dua perempuan di hadapannya yang saling terkejut —tidak mempresiksi keputusan Andreka mengoper ke belakang. Dua perempuan itu beralih dari hadapannya. Ia menoleh belakang. "Fuque!" tercengang. "Gimana dia ...?" melihat Silvia mengantarai jaraknya terhadap Wasik dengan menerima operannya.

Silvia melakukan beberapa trik manufer yang mengecoh Wasik, lalu melepas tembakan —dari wilayah tiga poin— yang sempat Wasik imbangi dengan kecepatan lompat yang sepadan untuk memblokir.

Bunyi peluit terdengar. "Defensive foul. Antologia pushing," wasit memutuskan, sementara tembakan Silvia telanjur dilepas ketika Wasik tidak membatalkannya dengan tepat.

"Jangan, jangan, jangan!" Andreka khawatir mengikuti arah pelambungan bola. "Owh, daym!" kesal.

Setelahnya, akurasi satu kali lemparan bebas Silvia tidak terelakkan.

Kru Andreka menjalankan serangan, membuat beberapa kali operan, hingga sampai kepada Bactio yang membawa drible supaya lebih dekat dengan low-post lawan.

"Offensive foul! Antologia, pushing!"

Lika tersungkur ke belakang.

"Gimana kamu bisa jatuh? Aku cuma nyenggol doang," Bactio heran. Mengulurkan tangan, membantu Lika berdiri.

"Gaya bermain Shadawn akan merugikan kita di quarter selanjutnya. Ini baru masuk menit kedua, sudah tiga foul!" Alter risau kepada Trea.

"Ya. Bantu aku mikirin solusinya," jawab Trea serius. Ia beranjak menuju moderator.

Dari posisi side-ball, Lika menhetahui Anne sedang paling lemah penjagaan. Dari posesi Anne, Shadawn menjalankan serangan balik.

"Jumlah operan yang relatif banyak dalam satu giliran serangan," gumam Alter mengamati pertandingan, "mempermudah mobilisasi tim melakukan perubahan pola koordinasi secara terencana, kondisional, maupun dadakan. Selain itu, posesi bola yang terus berpindah bisa membuat lawan ragu membuat determinasi pertahanan yang sesuai. Mengatasi jenis serangan seperti itu dengan penjagaan satu lawan satu atau all court man to (wo)man defense masih cukup sulit." Dahi Alter berkerut. "Harus pakai cara di luar fundamental."

Eris melakukan tembakan dari zona tiga poin. Kurang presisi sehingga arah pantulan bola membuat Silvia dan Andreka segera melayangkan diri di udara.

Bunyi peluit terdengar.

"Fuque!" Andreka mengertak geraham. Tidak mengira apa yang ia lakukan termasuk kedua tangan kosongnya.

Seperti yang Alter lihat, Silvia sempat melempar bola mengarah ke bank atau papan rim sebelum mendarat bersama Andreka.

"Ch! Sudut pantulan yang sempurna," gumam Alter mengetahui tembakan bebas Silvia terhitung skor.

"Antologia, pushing!" putus wasit.

"Antologia, time-out!" sambung moderator.

Kru Andreka merapat di bench.

"Ada ide yang lebih baik dari penjagaan per satu orang?" tanya Andreka ke Trea.

"Emh, masih aku pikirkan" jawab Trea.

"Ada," jawab Alter, membuat setiap mata teman-teman tertuju pada dirinya. "Mungkin Ivan sama Bactio bisa jadi role model strateginya."

"Ha?" tanya Ivan.

"Strategi apa?" tanya Bactio.

Alter menatap Ivan. "Kamu punya daya mobilisasi dan determinasi posisi yang bagus." Lalu menatap Bactio. "Pembawaan kamu bisa kalem, bisa agresif. Jadi karakter bermain kalian berdua bisa seperti Shadawn, susah diprediksi."

"Jelasin dengan cepet!" kata Andreka.

Alter menjelaskan yang ia rencanakan, enam temannya menjadi pendengar.

"Ide bagus, meski saranmu berarti nyuruh kita semua jadi kayak banteng," kata Bimo.

"Tapi kita belum pernah menerapkannya dalam latihan," sanggah Wasik.

"Okay. Saat kalian menjadi terlalu serius, ingat, bermainlah dengan senang," kata Andreka sambil menunjukkan perasaan yang ia maksudkan.

 

***

 

Satu lemparan bebas Silvia berhasil. Antologia menjalankan giliran serangan.

"Hey, apa-apaan kalian?" Silvia mengetahui kru Andreka menampilkan momentum serangan dengan melakukan banyak operan acak.

"Ivan!" Andreka mengoper dari low-post.

Ivan melempar bola ke bank, Bimo menyusul dengan arah lompatan yang menyambung temu dengan bolanya.

"Vraagh!" Bimo selesaikan aley-oop tanpa ada seorang perempuan yang merintanginya di udara sebatas rim.

"Kehabisan cara, ya? Jangan asal niru," cibir Silvia.

"Jangan salah paham hanya kerna kelihatan sama," balas Andreka.

Shadawn menjalankan serangan.

"Feuh, sembilan kali operan," Alter memperhatikan pertandingan, melihat Krisi segera mengoper, "sepuluh," mengetahui tujuan operan, "Raini!?" Namun ia sempat melihat wajah Raini yang lebih terkejut daripada dirinya. "Aw, sheed! Ivan!" mengetahui Ivan memotong garis operan Krisi menjadi lebih pendek.

Dari tangan Ivan, timnya menjalankan serangan balik, melakukan beberapa kali operan acak tapi terkoorniasi sambil bergerak maju.

"Dari sini aman!" Bactio menjeda dirinya dari bermobilisasi. Ia memusatkan keyakinan ke dalam titik akurasi, yang ia kunci dengan sudut siku, posisi jemari, dan tenaga yang terukur. Ia bidik sasaran dengan satu tembakan dari high-post yang dekat.

"Silvia!?" Alter melihat Silvia menutup arah pandang Bactio terhadap rim.

"Combo!" kata Bactio.

Bunyi peluit terdengar.

"Argh!?" Silvia terkejut.

"Defensive foul! Shadawn, pushing!"

"Daym! Bactio lakuin itu?" tanggap Alter gembira.

Seperti yang Bactio lihat dari dekat, Silvia terguncang dengan cantik. "Sayangnya aku enggak bawa hape. Ekspresi kamu moment-able banget."

Beruntung seorang penonton sekaligus —terlihat seperti— fotografer yang menggunakan kamera pada tripod, berhasil mendapatkan itu dengan hasil tangkapan yang baik.

Semua pemain berkumpul di low-post Antologia, menyaksikan Bactio membuat satu lemparam bebas.

"Kerja bagus, Bact! Sekali lagi kamu enggak ngecewain," sanjung Andreka.

"Hng? Sorakan pendukung tim kita kayaknya kedengeran lebih keras dari kuarter pertama tadi," Alter menanggapi yang ia dengar dari beberapa sudut tribun.

"Hem, mereka mengerti saran kamu dengan baik," kata Trea.

"Lebih baik. Oh!?" isi kepala Alter seperti meledak secara dadakan. "Aku lupa!" Menatap Trea. "Aku lupa kasih tahu risiko dan batas efektifitas ketahanan mereka lakuin strategi itu."

"Mereka sedang melakukannya. Mereka pasti tahu yang enggak sempat kamu jelasin."

Pertandingan masih berlangsung. Antusiasme penonton semakin besar, sementara area tribun semakin terisi. Kemudian, kedua tim memanfaatkan jeda setengah babak untuk istirahat.

Alter memberi sebotol air mineral ke setiap temannya yang kelelahan.

Andreka melirik sekilas papan skor, sementara menayangkan dua puluh delapan poin perolehan Antologia di sebelah tiga puluh satu poin Shadawn. "Kita udah mulai terbiasa, tapi run and gun ini bikin capek tiga kali lipat." Lalu menyeka keringat pada wajahnya dengan handuk yang Trea berikan.

"Maaf, tadi aku lupa bilang," kata Alter, "pemain cadangan yang kalian punya hanya aku, sedangkan mereka punya lima," cemasnya.

"Jangan khawatir. Pingsan juga paling dibawa ke tenda medis. Perawatan gratis," kata Andreka.

"Dan makan gratis. Tadi kita lewat sana ada aroma sayur sop, telur, sosis. Ada buah-buahan juga aku lihat," kata Ivan.

Alter mengerti, obrolan itu mengurangi beban pikiran dan kekhawatiran seperti yang ia rasakan. Ia menatap satu per satu wajah teman-temannya, tidak menemukan segores kerisauan yang ia cari.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Gladistia

    Baru 2 chapter, udah suka. Jadi nostalgi. Keren Dhio, lanjut dongsss.... ^^

    Comment on chapter Chapter 3: Excalibur
Similar Tags
Zea Anastasya (Karena Cinta Tak Harus Memiliki)
7      7     0     
Romance
Tak mungkin menyalahkan waktu Tak mungkin menyalahkan keadaan Pertemuan dan perpisahan bukan kita yang mau tapi Tuhan yang telah mengatur segalanya Adakah kebahagiaan berpihak pada kita? Entahlah....
LINN
398      180     0     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
Sampai Kita Bertemu Nanti
7      7     0     
Short Story
Aku sering berpikir bahwa perpisahan adalah salah satu hal yang menyakitkan. Namun, setelah kualami, perpisahan adala salah satu proses perubahan yang membuat kita tetap hidup. Maka, inilah perpisahanku.
Sweetest Thing
87      53     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-
The haunted Galleon
12      12     0     
Short Story
The Galleon ship that sailed the sea for 5 years was haunted and crewed by cursed men. And only one pirate that can end the curse
Love and your lies
162      102     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
Without End
35      26     0     
Mystery
Di tahun akhir masa SMA nya, atas ajakan dari sahabat baiknya, ia ikut kencan buta dan bertemu dengan pria tampan dengan perilaku yang sangat sopan. Ia merasa bahwa pria tersebut memiliki sisi lain dan tak bisa tak menjadi tertarik, hingga mengantarkan dirinya sendiri terjebak ke dalam lubang yang ia gali sendiri. Kebahagiaan, ketakutan, perasaan terbelenggu, tercekik, sesak nafas, dan ha...
The Journey is Love
36      28     0     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
My Story
8      8     0     
Short Story
there’s always a first for everything, but will it always end up good or
Find Dreams
8      8     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...