Saat kecil kita banyak bermain pura-pura.
Dari pura-pura terkenal, kuat, sampai kaya.
Kita berbohong tak hanya tentang jumlah boneka
tetapi jua tentang kesempurnaan saudara dan orang tua.
Banyak dari kita lebih takut kelihatan hidup susah
ketimbang banyak dosa.
Pamer sudah jadi kebiasaan yang tua maupun muda.
Terlihat, terdengar, tercium harus tentang bahagia.
Kalau punya kekurangan merasa t’lah ditolak dunia.
Padahal, setiap manusia punya kelemahannya.
Kita pergi ke rumah teman untuk berbagi ceria.
Tak mau pulang cepat karena di rumah
tak ada apa-apa, atau mungkin punya segalanya
tetapi tak punya siapa-siapa.
Sejak masih bocah kita sudah banyak menderita,
mengapa pula harus pura-pura punya hidup sempurna?
Terkadang kita perlu apa adanya supaya hati bisa lega.
Tak perlu ingin kembali ke masa balita
padahal banyak dari kita yang sesungguhnya
justru terluka di masa belajar wicara.
21: 08, Medan 03 Oktober 2019