Cemburu Adalah Guru
Kau membelai lembut kepalanya
Kau juga cekikikan seru bersamanya
Sampai-sampai buyar diriku dalam ingatmu
Bahwa aku di sampingmu tengah berdiri membatu.
Kau berbisik-bisik manja ke telinganya
Kulitmu pun terus bersentuhan dengan kulitnya
Bagimana pula aku tidak cemburu?
Malah kini kau menuduhku gemar berseteru.
Aku tahu, kau terhadapnya bukan sekadar suka.
Mungkin pun benar, denganku kau hanya bersandiwara.
Sengaja sekali kau buat hatiku membiru
Kau yang salah, kau pula yang menggerutu.
Kau ialah pecundang serakah yang ingin dapat dua
Seakan ingin punya banyak cadangan kala hampa
Dan aku tak ingin dibodohi oleh kelicikkanmu
Sebab, cemburu ialah guru yang s’lalu menyadarkanku.
00:07, Medan 17 April 2020