Untukmu yang Pernah
Untukmu, yang pernah mengatakan bahwa akulah segalanya tetapi malah menjadi penghancur segalanya, terima kasih. Biarpun kini aku masih hancur dan lebur serta merasa diri ini begitu hina, tak mengapa. Setidaknya aku belajar untuk lebih kuat dan lebih cerdik untuk memilah siapa yang memang untukku dan siapa yang hanya menjadi penguji iman saja. Dan kau, tak perlu meminta maaf jika itu tak berasal dari lubuk hatimu.
Kedua kali nya untukmu, yang pernah bersumpah bahwa aku adalah persinggahan terakhirmu, bahkan kau bawa aku ke hadapan orang tuamu yang seakan kau sudah begitu yakin bersamakulah akan kauhabiskan sisa usiamu – tetapi pada akhirnya engkau berpaling dan mencampakkan aku, sungguh terima kasih sekali lagi. Senang bisa mengenal keluargamu, dan untungnya aku tidak membangun keluarga bersamamu sebab sudah pasti akan penuh percekcokan. Manusia mana yang tahan dengan perselingkuhan biarpun saban hari kata cinta terbisik ke telinganya? Tindakan akan selalu lebih bermakna daripada hanya berucap saja.
Ketiga kalinya untukmu, yang pernah mengumbar janji manis nan menggiurkan sehingga menjerat hatiku yang mudah berharap jua percaya padamu, sudah aku ikhlaskan semua janji itu membusuk walaupun aku hampir mati akibat aromanya yang membahana itu. Tak mengapa bila aku tertipu dan termakan iklan palsumu, setidak-tidaknya hatiku memang dipatahkan untuk tak bersanding dengan siapa yang tak pantas mendapatkan kelurusanku dalam mencintai dan dicintai.
14:34, Medan 23 April 2020