Apakah Kau Tahu Rasanya?
Apakah kau tahu rasanya dada yang diremukkan perasaannya? Ketika engkau pergi, aku belum sempat bercerita tentang ini. Rasanya seakan tersayat belati yang baru saja dipertajam. Rasanya seakan dihujam ribuan pisau tepat pada jantung ini. Rasanya seperti dicekik tali yang tebalnya beratus senti, ya ... rasanya seperti hendak mati, seakan maut bejarak dekat sekali; hanya dua centi. Jangan engkau remehkan duka ini, “hanya patah hati, hal biasa.” Kalau mau, ayo kita bertukar posisi.
Apakah kau tahu rasanya pikiran yang dilumatkan harapan-harapannya? Ketika engkau berpaling, aku belum sempat berbisik tentang ini. Rasanya seakan semua oksigen dihentikan paksa, dan paru-paru pun sesak seketika. Mungkin ... mirip gejala virus corona. Rasanya seakan nadi-nadi tertimpa oleh ribuan ton beban benda. Benar-benar terasa berat untuk dijalani, sehingga kata menyerah pun terikrar tanpa henti. Tujuan hidup pun menjadi hanya menginginkan satu, yaitu bunuh diri. Maka jangan lagi engkau berkata, “hanya patah hati saja ingin mati.” Kalau mampu, aku pun ingin tegak berdiri. Setelah usai penjelasanku ini, akankah kau masih tiada menyesal telah mematahkan kalbu ini?
16:27, Medan 24 April 2020