Read More >>"> With You (1. Who Are You?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - With You
MENU
About Us  

Lupakan apa? Tidak mungkin, bahkan bisa dibilang Karina terbayang-bayang dengan sosok laki-laki yang berbincang dengan Papanya dua hari yang lalu. Bahkan selama di dalam pesawat dia tidak nyaman, tidak ingin pulang karena ya dia masih berharap ingin bertemu dengan laki-laki itu. Pagi ini pun Karina masih belum bisa melupakan senyuman manis laki-laki itu. Karina mengacak rambutnya lalu bangun dari tempat tidur dan ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.

Hari senin bukanlah hari yang membahagiakan untuk anak sekolah, apalagi jika ada upacara bendera. Tentu sangat tidak menyenangkan. Karina memilih membolos dari acara itu setiap harinya dan berpura-pura sakit di UKS. Setelah upacara selesai barulah Karina masuk ke dalam kelas. Dia menaruh kepalanya di atas meja sambil bermain ponsel. Dia mengamati foto yang dia ambil kemarin ketika keluar dari hotel sesudah acara dan bertemu kembali dengan laki-laki manis yang dilihat sebelumnya.

Adinda yang baru datang dari lapangan melihat foto diponsel Karina dan mendekatkan kepalanya. Tidak salah kan dia? Adinda lalu mengambil ponsel Karina. Karina melotot lalu dengan reflek mengambil ponselnya dan mematikannnya.

“Ga sopan ngambil hp orang seenaknya,” gerutu Karina sambil mencebikkan bibirnya.

“Tetumben lo ngeliatin cowok? Ada apa gerangan Karina?” tanya Adinda sambil menyedekapkan tangannya.

Karina tidak menjawab dan memilih mendudukkan dirinya kembali. Adinda mengikutinya dan menatap Karina dengan intens sampai membuat Karina merasa terganggu. “Apaan sih?”

“Emang bener ya. Cowok yang difoto lo itu emang ga ada tandingannya. Bisa nyihir siapapun, bahkan lo juga kena sihir. Haha.” Adinda mengakhiri kalimatnya dengan suara tawa yang melengking keras. Karina yang melihatnya memutar bola matanya jengah.

“Emang lo kenal dia?” tanya Karina dengan sewot.

“Siapa sih yang nggak kenal dia? Seluruh sekolah juga tahu dia siapa. Bahkan sekolah sebelah lebih update daripada lo. Lo sih, sibuk sama dunia lo sendiri.” Adinda menggelengkan kepalanya tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Dia orang indo?”

“Ya iyalah, satu sekolah sama kita bahkan.” Adinda semakin tidak percaya dengan ketidaktahuan temennya itu. Maklum memang Karina anaknya sibuk, sering keluar kota bahkan keluar negeri. Di sekolah pun perempuan itu sibuk mengejar ketertinggalan dibidang akademiknya jadi lebih sering menghabiskan waktunya seorang diri.

“Kasih tahu gue dong, kenapa gue doang yang gak tahu dia kalau sekolah sebelah malah justru lebih tahu.” Karina mengguncang lengan Adinda yang masih bersedekap mengamatinya. Tidak hanya itu, Karina juga memasang puppy eyes andalannya agar Adinda mau memberi tahunya.

“Namanya Jeno. Nama aslinya Jevano tapi lebih sering dipanggil Jeno. Dia itu salah satu murid kebanggaan sekolah kita tau gak Kar. Sering banget lomba dan kebanggaan semua guru. Apalagi guru perempuan.”

“Wahhh.”

“Makanya lo jangan di UKS mulu kalau hari senin. Padahal dia sering menang lomba-lomba gitu, sayang banget lo lewatin. Hari ini juga tadi ada.”

“SERIUSAN?!” Adinda menggangguk membuat bahu Karina meluruh. Kalau tahu mungkin dia tidak akan meninggalkan upacara tiap hari senin. “Kelas apa dia?”

“Anak IPA 1.”

“Ya panteslah gak pernah ketemu. Beda jurusan juga beda lorong.” Kini gantian Karina yang menyedekapkan dadanya. Kesal dengan keadaan juga kesal dengan dirinya sendiri.

“Sebenernya lo nya sendiri sih yang salah. Anak sekolah sebelah malah? Mereka canggih banget kan bisa tahu.”

“Anterin gue ke sana yuk. Sekalian ke kantin, gue laper.”

“Okelah, rapat juga kayaknya masih lama.”

***

Karina dan Adinda melewati kelas IPA 1 yang sebenarnya tidak searah dengan kantin tapi apa boleh buat, demi melihat seorang Jeno, Karina rela memutar arah. Di dalam kelas Karina tidak melihat ada sosok Jeno membuat Karina mencebikkan bibirnya kesal.

“Gaada orangnya. Kantin aja udah.”

Adinda menarik lengan Karina mengarah ke kantin. Mereka melewati area kantor. Pintu kantor tiba-tiba terbuka. Karina yang berada tepat di sebelah pintu kantor membuat kepalanya terbentur dengan keras. Karina meringis sambil memegang dahinya yang terasa nyeri.

“Maaf, Aku tidak tahu kalau ada orang.” Suara lembut dan berat menyapa telinga Karina. Begitu dia mendongak dia terkejut dan membuatnya mundur ke belakang. “Dahi kamu...” Laki-laki itu ikut meringis ketika melihat dahi Karina berwarna merah.

“Aa...” Karina tidak tahu harus berkata apa. Sosok laki-laki yang dicarinya tadi sekarang berada di depannya dengan wajah yang khawatir. Jika dilihat dalam dekat seperti ini Jeno terlihat sangat tidak manusiawi. Rahang yang tegas, mata yang bercahaya indah, alis yang tebal, hidung yang mancung, dan bibir yang tipis berwarna kemerahan. Benar-benar sempurna sebagai sosok manusia.

“Hai?!” Jeno mengibaskan tangannya ke depan wajah Karina karena perempuan itu tidak menjawab pertanyaannya. Sedangkan Adinda sudah cekikikan tidak jelas di tempatnya berdiri mengamati keduanya.

“Oh, hai. Kenapa?” tanya Karina setelah sadar dari lamunannya mengagumi wajah Jeno.

“Dahi kamu udah agak biru. Biar aku obatin di UKS aja, kayaknya parah.”

Karina melirik ke arah Adinda, perempuan itu mengendikkan bahunya sambil tersenyum. Karina lalu mengangguk dan Jeno membawa Karina ke UKS. Mereka berjalan beriringan diikuti Adinda yang masih setia menemani Karina.

“Namamu siapa?” tanya Jeno memecah keheningan.

“Karina.”

Setelah itu tidak ada percakapan lagi. Jeno mendorong pintu UKS dan mendapati beberapa anak PMR yang masih ada di sana. Jeno lalu menghampiri salah satu anak PMR dan menyuruhnya untuk mengobati dahi Karina. Selama diobati, Jeno menunggu sampai selesai. Begitu anak PMR itu selesai mengobati, Jeno berjalan mendekat ke arah Karina.

“Maaf, aku tidak sengaja. Apa masih terasa sakit?” tanya Jeno dengan khawatir yang terlihat jelas di wajahnya. Karina jadi merasa... lucu, laki-laki di depannya ini terlihat lucu. Dia meenggigit bagian dalam pipinya agar bisa mengontrol senyumnya.

“Nggak papa kok. Entar juga sembuh.”

“Ohh oke. Aku duluan kalau gitu.” Jeno lalu meninggalkan UKS.

Karina lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Rasanya berada di dekat Jeno membuatnya tidak bisa bernapas dengan baik. Adinda lalu mendekat dan menyolek lengan Karina. “Gimana rasanya diomongin cogan?”

“Uwaw gilak sih, auranya bikin gue gabisa berkutik.”

“Emang beruntung lo bisa ngomong sama dia, padahal baru sehari ngeidolain dia.”

“Enggak sehari sih. 3 hari sebenernya.” Karina berdiri dari duduknya.

“Jadi kantin gak?”

“Enggaklah, udah masuk juga.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ternyata darah gue B
2      2     0     
Short Story
menceritakan waktu gue mau nolongin teman gue yang lagi butuh darah O, eh ternyata darah gue B. untung ada ilman sebagai pahlawan bersarah O.
The Hidden Kindness
2      2     0     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?
KETIDAKBAHAGIAAN
275      214     0     
Short Story
seorang siswa penyendiri yang terlihat paling cuek namun dia-lah yang paling perhatian. Esa
Surat Kaleng Thalea
36      15     0     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Bakauheni
3      3     0     
Short Story
"Tunggu aku di sana. Di sebuah taman dengan pemandangan dermaga, sebelum senja menua, lalu terdengar deburan ombak sebagai tanda kapal akan menepi di pelabuhan Bakauheni."
Just a Cosmological Things
7      2     0     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
Warna Jingga Senja
0      0     0     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
Your Secret Admirer
0      0     0     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
RARANDREW
150      34     0     
Romance
Ayolah Rara ... berjalan kaki tidak akan membunuh dirimu melainkan membunuh kemalasan dan keangkuhanmu di atas mobil. Tapi rupanya suasana berandalan yang membuatku malas seribu alasan dengan canda dan godaannya yang menjengkelkan hati. Satu belokan lagi setelah melewati Stasiun Kereta Api. Diriku memperhatikan orang-orang yang berjalan berdua dengan pasangannya. Sedikit membuatku iri sekali. Me...
Pelukan Ibu Guru
2      2     0     
Short Story
Kisah seorang anak yang mencari kehangatan dan kasih sayang, dan hanya menemukannya di pelukan ibu gurunya. Saat semua berpikir keduanya telah terpisah, mereka kembali bertemu di tempat yang tak terduga.