Read More >>"> RINAI
Loading...
Logo TinLit
Read Story - RINAI
MENU
About Us  

Aku menghentikan langkah, berdiri di tengah-tengah lapangan kampus seraya menengadah ke langit. Tetes hujan pertama meluncur tepat di pipiku sebelum  jatuh ke bumi. Aku merapatkan jaket dan bergegas pergi sebelum hujan membuat badanku basah kuyup.

Halte bus di depan universitas ternama di kotaku ramai seperti biasa. Kursi panjang terisi penuh, aku mengambil posisi di ujung, menyandarkan tubuhku pada tembok. Tempias hujan membuat bagian bawah celanaku basah, begitu pula sepatuku yang terlihat bersih jika terkena air.

Setengah jam kuhabiskan di halte bus yang berdesakan, aku kedinginan. Bus tak kunjung datang, sampai aku berpikir bahwa aku akan bermalam di tempat kumuh ini. Aku menggeleng mengenyahkan pikiran anehku. Hujan membuatku berpikir banyak hal.

Di tengah derasnya hujan, seorang perempuan berlari menuju halte bus, tubuhnya basah, meski dia menggunakan payung. Mungkin karena ingin menyandarkan payungnya atau karena tidak ada tempat kosong, dia mengambil posisi di ujung, berdiri tidak jauh dariku. Dalam jarak yang sedekat itu, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku menahan napas, ketika rambut sebahunya diikat asal, membuat sebagian anak rambut yang tidak ikut terbawa menghiasi wajahnya.

Tiba-tiba aku terkejut, karena sekelilingku mendadak tidak bergerak. Seperti mobil-mobil yang berlalu lalang dan juga penghuni bus yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi, anehnya hanya kau dan akulah yang bergerak. Aku menekan tombol play dengan menggelengkan kepala. Film kehidupan ini akhirnya kembali bermain. Dia membuat bumi seolah berhenti berputar.

Tiga detik yang mendebarkan, ketika kau melihatku sekejap. Aku tersadar, ketika kau mengalihkan pandangan dariku, bumi kembali berputar, suara-suara kembali terdengar, dan para penghuni halte bus kembali berisik, seolah tidak terjadi apa-apa.

Kuhembuskan napas yang sejak tadi kutahan. Aku tidak bisa membayangkan reaksi apa yang akan terjadi padaku jika dia melihatku lagi. Aku menggeleng tanpa sadar. Aku benar-benar sudah gila!

Bus datang, aku membiarkan orang lain masuk terlebih dahulu. Seluruh kursi terisi penuh, bergelantungan tangan adalah pilihanku. Aku menggeser posisi dan melihat gadis bermata coklat duduk di kursi dekat jendela. Saat itu aku tidak tahu alasan mengapa aku merasa senang melihatnya. Dia duduk di kursi favoritku.

***

Sebelum bersiap-siap untuk turun di halte berikutnya, kulirik gadis bermata coklat itu untuk terakhir kalinya, dia melihatku, seakan menangkap sinyal yang kukirimkan. Aku terkesiap, memalingkan muka. Bukan saatnya. Fokuslah!

Menunggu sebentar di halte dan melihat bus melaju melewatiku, kutemukan sepasang mata coklat berkilat-kilat. Aku menatapnya sebelum bus benar-benar pergi seolah berkata: “Semoga semesta berbaik hati mempertemukan kita kembali,” asap pekat knalpot mengepul, bus mulai melaju dengan perlahan.

Hujan pertama di bulan September, di tahun pertama kuliahku. Sejak saat itu halte bus adalah tempat yang ingin kukunjungi setiap harinya.

 

Oktober 2012

Aku masih menyukai halte bus, berharap menemukan sepasang mata coklat di antara penghuninya. Jika bertemu dengannya lagi, apakah itu yang disebut dengan takdir?

 

Desember 2012

          Jam 16:32. Hujan di bulan Desember membuat suasana hatiku jauh lebih baik, meskipun aku kembali berdiri bersandar di tembok halte bus sambil memikirkan soal ujian rumit yang tadi kukerjakan. Suara decitan roda membuat lamunanku buyar. Bus datang, pintu terbuka otomatis. Aku membiarkan diriku masuk paling terakhir, harapan untuk duduk di kursi dekat jendela sirna. Untuk ke sekian kalinya, aku bergelantungan tangan di jajaran paling depan, bersama bapak-bapak yang tampangya menyeramkan.

          Seperti ada sesuatu yang mengusikku, kulihat dari kaca spion bus, seseorang tengah berlari-lari sambil melambaikan tangan ke arah bus.

          “Pak sopir, ada penumpang ketinggalan!” tanpa berpikir dua kali, aku berteriak, suaraku terdengar sangat keras, membuat seluruh penumpang bus menoleh. Padahal jarakku dengan pak sopir hanya tiga meter.

          Bus berhenti melaju.

          “Cepat panggil nona itu!” kata seorang bapak berwajah preman ketika melihatku tidak bereaksi apa-apa ketika pintu terbuka otomatis.

          Kulongokkan kepala keluar pintu, “Cepatlah!” kataku sambil melambai-lambaikan tangan seperti kondektur bus. Entah dari mana alunan lembut In My Convenience nya The Jakesperiment terdengar ketika wajah gadis yang berlari mendekati bus semakin terlihat jelas. Dialah orang yang membuatku gila seperti ini, gadis bermata coklat yang terengah-engah kelelahan. Aku tidak menyangka semesta merencanakan ini! Senang bertemu denganmu kembali.

          Sepasang kakinya telah berada dalam bus, dia menempelkan kartu ke mesin. Terdengar bunyi bip diantara alunan In My Convenience. Jarak kami hanya satu meter, aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Bus bergetar, melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.

          “Terima kasih.”

          Suara itu membuat mataku seperti dialiri listrik ribuan volt, dia melihatku sambil tersenyum. Ada sesuatu di dalam dadaku yang bergemuruh ketika senyuman itu terbit di bibirnya. Aku mengangguk dengan wajah kaku, seperti orang bodoh.

          Dan lagu In My Convenience selesai berputar.

 

Februari 2013

          Halte bus tidak terlalu ramai. Aku bertanya-tanya kemana perginya orang-orang sehingga melewatkan hari secerah ini. Suara kicauan burung dan hembusan angin sepoi-sepoi menjadi kombinasi indah untuk mengawali sore ini. Lamunanku buyar ketika mendengar suara decitan roda. Untuk kesekian kalinya, aku meposisikan diri di barisan paling belakang. Perhatianku beralih pada seorang gadis berkepang dua yang berbaris di depanku, dia sibuk mengaduk-aduk tasnya dengan resah. Hey bukankah dia...

          Kudengar ia bergumam dengan nada pasrah, aku mendahului barisannya karena ia tidak sadar bahwa pak sopir sedang menunggunya. Kutempelkan kartu pada mesin, terdengar bunyi bip dua kali.

          “Untuk dua orang, pak,” Kataku pada pak sopir sambil sedikit menoleh kebelakang, ke arah gadis bermata coklat yang masih sibuk dengan keresahannya.

          Ada beberapa kursi yang kosong. Aku berjalan menuju kursi favoritku di dekat jendela, sudah lama rasanya tidak memerhatikan jalanan dari jendela bus ini. Aku mendengar pak sopir memanggil gadis itu dan berbicara sebentar, “Laki-laki berjaket biru yang membayarmu.”

          Aku tersenyum ketika melihat ekspresi kaget yang muncul dari wajahnya, dia berjalan mendekat, membuat detak jantungku berdebar tidak karuan. Aku menghela napas, dan mengeluarkannya perlahan. Gadis bermata coklat itu memilih duduk di sampingku. Jarak kami sangat dekat, membuat pundaknya bersentuhan dengan pundakku. Aku ingin berteriak, tidak pernah aku merasa segugup ini.

          “Soal tadi, terima kasih banyak. Lain kali aku akan menggantinya,” untuk pertama kalinya aku mendengar ia berbicara lebih dari dua kata.

          Aku mengangguk sambil membalas senyumannya dengan kikuk, “Tidak usah.”

          “Oh iya, perkenalkan namaku Rinai,” katanya sambil mengulurkan tangan, mata coklatnya semakin menarik ketika terkena sinar mentari.

          Aku menatap sejenak tangan kecil itu dan memmbalas jabatannya dengan gugup, “Namaku Sam. Senang berkenalan denganmu Rinai.”

          Cerita kami baru saja dimulai. Rupanya semesta mendukungku!

Tags: romance

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Reina
226      102     0     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Flower With(out) Butterfly
5      5     0     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
91      16     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
KATAK : The Legend of Frog
4      4     0     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Alex : He's Mine
40      19     0     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
Sosok Ayah
4      4     0     
Short Story
Luisa sayang Ayah. Tapi kenapa Ayah seakan-akan tidak mengindahkan keberadaanku? Ayah, cobalah bicara dan menatap Luisa. (Cerpen)
My LIttle Hangga
564      381     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.
Revealed
7      7     0     
Short Story
Pembunuh bayaran yang di tuduh melakukan pembunuhan yang tidak dia lakukan memutuskan untuk bekerja sama dengan detektif yang bertanggung jawab dengan kasus itu. Semuanya itu tidak dia lakukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk 'semuanya'.
RARANDREW
215      92     0     
Romance
Ayolah Rara ... berjalan kaki tidak akan membunuh dirimu melainkan membunuh kemalasan dan keangkuhanmu di atas mobil. Tapi rupanya suasana berandalan yang membuatku malas seribu alasan dengan canda dan godaannya yang menjengkelkan hati. Satu belokan lagi setelah melewati Stasiun Kereta Api. Diriku memperhatikan orang-orang yang berjalan berdua dengan pasangannya. Sedikit membuatku iri sekali. Me...
Akhir yang Kau Berikan
5      5     0     
Short Story
\"Membaca Novel membuatku dapat mengekspresikan diriku, namun aku selalu diganggu oleh dia\" begitulah gumam Arum ketika sedang asyik membaca. Arum hanya ingin mendapatkan ketenangan dirinya dari gangguan teman sekelasnya yang selalu mengganggu ia. Seiring berjalan dengan waktu Arum sudah terbiasa dengan kejadian itu, dan Laki Laki yang mengganggu ini mulai tertarik apa yang diminati oleh Arum...