Read More >>"> Wanna Be (SIapa?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Wanna Be
MENU
About Us  

BRUUKK!!

Seketika Linda membalikkan badannya, dan dilihatnya lelaki itu sudah jatuh ke tanah. Jatuh tersungkur lebih tepatnya.

Dengan cepat Linda berlari menghampiri lelaki tersebut, pikirannya beberapa detik yang lalu telah menguap begitu saja setelah matanya melihat lelaki itu tergeletak di tanah.

“Anda tak apa? Anda baik-baik saja?” kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Linda. Dilihatnya lelaki itu tertutup masker hitam, hanya mata yang terpejam dan rambut yang basah yang dapat Linda lihat dengan jelas.

Lelaki itu tetap diam, tidak bergeming. Linda lagi-lagi menggunakan mata tajamnya untuk memindai dari kepala sampai kaki tubuh lelaki tersebut.

“Kelihatannya lebih muda dariku.” Linda bergumam. Linda akhirnya memberanikan diri untuk memerintah tangannya menyentuh pemuda itu. Tangannya perlahan menyentuh bahunya., dan menggoyang-goyangkan bahunya agar ia cepat sadar. Linda dapat merasakan napas yang sesak dari masker yang kembang-kempis dengan kasar.

‘Sepertinya masker itu membuat dia sulit bernapas, aku lepas maskernya tak apa kan?’ Linda memberanikan diri untuk melepaskan masker yang dikenakan lelaki itu. Perlahan ia melepas masker yang lelaki itu kenakan. Dan Linda akhirnya dapat memastikan diri bahwa lelaki itu tentunya lebih muda dari dia. Mungkin seorang siswa sekolah menengah.

Linda memutuskan untuk merubah posisi anak itu. Linda meletakkan ranselnya di satu sisi gang, karena terlalu memberatkannya dalam menggeser anak ini. Linda dengan sigap menggeser anak tersebut ke sisi gang yang berlawanan dengan tasnya. Linda sungguh tidak tega meninggalkan anak itu sendirian di gang sepi seperti ini.Bahkan sampai saat ini, belum ada seorang pun yang lewat gang ini. Linda berjongkok di  samping anak itu. Memperhatikan wajah anak itu dengan seksama.

Sangat pucat, lebih pucat dari wajah yang selalu ia jumpai di cermin kamar mandinya, rambut yang basah dan acak-acakan, bibir yang membiru, dan mata yang masih tertutup rapat.

Matanya terus memindai secara menyeluruh.

Jaket tebal yang lebih mahal daripada yang ia kenakan sekarang, sepatu sneakers yang tak kalah mahal-bahkan Linda tak pernah sanggup membayangkan untuk membelinya-dan jam tangan yang tak kalah mahalnya.

Kini tatapan Linda sudah seperti seorang kriminal yang siap mencuri segala barang mahal yang menempel pada tubuh anak itu. Linda mengalihkan pandangannya ke sekeliling. Masih sepi tak ada orang.

“Apa yang harus kulakukan? Aku sudah telat sekali. Mati aku.” Tak lama, handphone Linda berbunyi. Tertera di sana ‘Miss Kim’. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Mengarang cerita agar bebas dari ceramah panjang? Ah, ia bahkan tak punya waktu untuk berpikir. Linda membiarkan handphonenya terus berbunyi untuk beberapa saat, dan memindahkan handphonenya ke telinga anak itu. Siapa tahu dapat membangunkannya.

Hingga panggilan itu berakhir, anak itu masih tidak bergeming. Linda memutuskan untuk mematikan handphonenya untuk sementara, dan mungkin tidak akan menemui Miss Kim untuk hari ini. Ya. Itu cara yang bagus. Cara yang bagus untuk melarikan diri dari masalah. Dan menghadapkan diri dengan masalah baru di keesokan hari. Perfect.

Linda telah berada di gang itu-bersama anak itu-selama 30 menit. Tak ada seorang pun yang lewat. Badan anak itu terlalu besar untuk dapat Linda bawa ke apartemennya atau membawanya keliuar gang. Kini Linda terlihat seperti gelandangan yang menunggui gelandangan sakit lainnya. Ya seperti itu.

Saat ia mulai bosan, ia kembali mengamati wajah anak itu, cukup manis juga untuk anak laki-laki seusia dia. Di saat seperti ini, Linda merasa dirinya adalah orang yang baik dan orang yang buruk dalam waktu yang bersamaan.

Matahari sudah semakin tinggi, dan perlahan mampu menyinari gang tersebut. Linda terlihat lega, setidaknya gang itu menjadi lebih terang dan tidak begitu menakutkan seperti tadi.

Tepat ketika sinar matahari cukup lama mengenai wajah anak itu, alis anak itu tergerak dengan sendirinya. Perlahan, bola matanya terlihat bergerak bersembunyi di balik kelopak matanya. Sepertinya anak itu akan siuman. Linda beranjak dari pertapaannya disamping anak itu, dan kembali berjongkok denga posisi yang lebih dekat.

Mata anak itu per;ahan terbuka dan sepertinya belum sadar akan apa yang menimpanya. Wajahnya denga jelas betuk menggambarkan kebingungan dan kesadaran yang belum pulih total. Linda bergegas mengambil botol air mineral dari tas ranselnya dan membukanya perlahan. Dituangkannya sedikit air mineral itu ke telapak tangannya, dan ia kibas-kibaskan telapak tangannya  itu ke muka anak itu. Air mineral menghujani wajah anak itu.

Tersungging senyum bahagia Linda melihat reaksi anak itu setelah ia beri percikan air. “Ah, berhasil, syukurlah! Sudah siuman ya? Sudah enakan?” pekik Linda bahagia menyambut siumannya anak itu. 

Seketika anak itu langsung terbangun dari pingsannya. Jelas sekali raut wajah bingung dari anak itu. Ia mencoba melihat sekeliling, dan menelaah apa yang telah terjadi padanya. Sepertinya ingatannya belum pulih benar.

“Tadi kamu sepertinya kecapekan, lalu kamu pingsan disini. Jadi, Noona menolong kamu. Soalnya dari tadi tidak ada satupun yang lewat di sini. Mau minum?” Seolah Linda sudah tahu apa yang akan anak itu tanyakan.

Noona?´suara anak itu terdengar untuk pertama kalinya.

“Iya, Noona, sepertinya kamu jauh lebih muda dariku. Ya sudah, rumahmu dimana? Ini bukan hari libur loh. Atau mau ke sekolah? Dimana sekolahmu? Mungkin Noona bisa bantu antar. Yah, berjaga-jaga saja kalau kamu belum kuat benar.”

Anak itu terdiam.

Ditambah wajah dengan sejuta makna yang diperlihatkan anak itu kepada Linda. Seolah-olah berkata, ‘Siapa dia? Peduli sekali denganku”

Tentu Linda mampu membaca ekspresi seperti itu. Tanpa perlu bertanya Linda dapat langsung menjelaskan, “Aku bukan orang jahat. Aku orang baik-baik. Percayalah. Oh! Mungkin karena aku menyebut diriku Noona kau jadi tak enak? Tak apa. Kau bisa memanggiil namaku saja. Namaku Yoon Soo-BI. Namamu?”

“Kau tidak mengenaliku?”

Mengenali dia? Siapa dia? Kenapa harus Linda mengenal dia? Apakah dia anak Ahjumma tetangga apartemen? Apakah anak dari Imo depan apartemen? Linda terus berpikir.

“Kau tidak mengenaliku sama sekali?”

Linda semakin penasaran.

Apakah dia mengenaliku?’

‘Dia kenal aku atau aku yang harusnya mengenali dia?’

‘Siapa sih anak ini?’

Setelah diperhatikan lagi, anak ini memang familiar dalam otak Linda. Tapi siapa dia, otak Linda belum mampu mencari berkasnya di jutaan berkas yang tersimpan di otaknya. Linda samar-samar seperti mengenal dia.

“Kau anak pemilik apartemen ya?” pertanyaan ini membuat raut wajah anak itu berubah,alisnya terangkat.

“Iyakan? Kau sepertinya kaya sekali, aku iri pada sepatumu. Sangat bagus.” Tanpa Linda sadari, mulutnya mengatakan yang seharusnya tidak ia katakan. Situasinya tidak tepat sekali untuk memuji sebuah barang mahal.

“Maafkan aku. Aku telah menyulitkanmu.” Wajah anak tersebut sektika menunduk, disertai nada yang turun, dan tangan yang anak itu satukan jari-jarinya. “Maafkan aku.”

Hati Linda terguncang, pusat gravitasi bumi telah berpindah ke hadapannya. Ke anak itu. Kata maaf anak itu sudah menjadi pusat gravitasi baru yang menarik hati kecilnya.

Belum sempat Linda menjawab, anak itu bangkit dan membungkuk kepada Linda dan mengucapkan kata terimakasih dan maaf berulang kali.

Tak sanggup hati melihat aksi anak itu, Linda ikut bangkit dan bersamaan denga anak itu, turut membungkuk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

~

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
2 Akar 3 Faktorial!
3      3     0     
Short Story
Buat yang hobi matematika, jangan serius serius amat!. ngakak bareng yukk. karena angka kadang sering ngajak bercanda
Her Glamour Heels
290      214     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Foodietophia
288      236     0     
Short Story
Food and Love
Unending Love (End)
102      19     0     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...
Horses For Courses
113      24     0     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Dari Sahabat Menjadi...
326      242     4     
Short Story
Sebuah cerita persahabatan dua orang yang akhirnya menjadi cinta❤
Nonsens
290      237     3     
Short Story
\"bukan satu dua, tiga kali aku mencoba, tapi hasilnya nonsens. lagi dan lagi gadis itu kudekati, tetap saja ia tak menggubrisku, heh, hasilnya nonsens\".
Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
3      3     0     
Short Story
Aku bukan langit, matahari, dan unsur alam lainnya yang selalu kuat menjalani tugas Tuhan. Tapi aku akan sekuat Ayahku.
My Universe 1
31      7     0     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)
Simbiosis Mutualisme
4      4     0     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.