Read More >>"> SERENA (Terbit) (SAAT MENGINJAK REMAJA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SERENA (Terbit)
MENU
About Us  

Waktu berjalan bergitu cepat. Panti asuhan ini menjadi tempat yang semakin sepi. Sudah banyak anak-anak yang diadopsi oleh orang tua baru mereka, bahkan bimo anak yang sering menjahilikupun sekarang sudah hidup bahagia bersama orang tua angkatnya. 

Sekarang hanya tinggallah aku, Bunda dan 3 anak lainnya. Mereka adalah Cici, Tono, dan Fresla. Mereka adalah anak yang mempunyai kekurangan fisik sama sepertiku.

Cici dia anak yang cantik dan imut juga ceria, namun sayangnya ia tunawicara. Tono anak yang sangat periang dan percaya diri, sementara Fresla dia anak yang sangat pemalu dan juga pendiam, dia memikiki kekurangan yang sama sepertiku. Ia cacat, salah satu kakinya tidak bisa digerakkan. Namun kami memiliki perbedaan, aku bahkan baru mengetahuinya setelah kami memeriksakan diri ke dokter beberapa waktu yang lalu.  Kakiku masih bisa disembuhkan, hal itu membuatku begitu bahagia, masih ada harapan untukku tumbuh normal  seperti anak lainnya. Namun tidak begitu dengan Fresla, kakinya tak dapat kembali normal. Akupun menjadi sedih karenanya.

Suasana di taman panti asuhan ini menjadi begitu tenang dan damai. Tapi ada suatu kehampaan yang menerpa jiwaku. Tak ada lagi anak-anak yang berlarian dan bermain. Walau aku sedikit bersyukur tidak ada lagi anak-anak usil yang mengambil tongkatku dan menertawakanku ketika aku terjatuh.

Sekarang hanya kami berempat anak-anak di panti asuhan ini. Kami bermain bersama setiap hari. Berangkat sekolah bersama - sama. Bunda menyekolahkan kami , karena mungkin Bunda tahu, tidak ada orang tua yang mau mengangkat kami sebagai anak. Mereka selalu mencari kesempurnaan dalam sebuah bayangan, tanpa ingin tahu siapa sosok sebenarnya dibalik bayangan itu.

Mereka bertiga adalah teman-teman terbaikku. Kami selalu bersama saat suka dan duka. Sedih maupun bahagia. Kami saling memiliki. Karena kami sama sama dikucilkan di lingkungan sekolah ini. Kami sama-sama tidak tahu latar belakang kehidupan kami saat kami dilahirkan. Tapi berkat semua kesamaan di dalam kekurangan itu membuat persaudaraan kami menjadi lebih erat. Sebenarnya Cici, Tono, dan Fresla adalah anak-anak yang begitu baik. Mereka rajin, ceria, Suka menolong dan tidak sombong pula, yah...mungkin kecuali Tono. 

"Bangun...bangun Serena ayo kita sarapan." Suara Tono membangunkanku.

"Oh ... ayo" Akupun bangun mengambil tongkatku dan menuju ke meja makan untuk sarapan.

Disana sudah menunggu Bunda dan ketiga temanku. " Rey...ayo cepat sini. Kita sarapan bersama." Ucap Bunda sambil menyiapkan piring.

"Rasanya sepi sekali ya ... rasanya ada yang kurang. Biasanya kita sarapan disini bersama sama dengan yang lain." ucap Tono sambil menghela nafas panjang.

Cicipun mengangguk angguk tanda setuju sambil terus mengunyah makanan yang sudah penuh di mulutnya.

"Bunda, apa tak ada satupun orang yang ingin mengadopsi kami. Apa karena kami memiliki kekurangan fisik." tanya Fresla tiba-tiba mengejutkan Bunda.

Semua orang menghentikan aktivitasnya. Bundapun menimpali, "Sayang ... mungkin saja mereka belum siap mengadopsi anak. Jadi jangan merendahkan dirimu sendiri."

Aku hanya terdiam. Aku tenggelam dalam lamunanku sendiri. Fakta aku mempunyai keluarga walau entah dimana, cukup membuatku bahagia. Bahwa suatu saat aku bisa bertemu keluargaku dan punya tempat tujuan untuk pulang, aku bukan anak sebatang kara. Aku pasti sebenarnya punya keluarga. Tapi kenyataan pahit bahwa mereka membuangku didepan panti asuhan tak bisa kutampik.

 Akankah mereka menerimaku apa adanya? Akankah mereka mengusirku jikalau aku kembali suatu saat nanti saat aku besar? Pertanyaan pertanyaan itu terus berputar-putar dikepalaku. Bunda yang menyadari kegundahan hatikupun bertanya.

"Rey...kamu kenapa. Ada yang sedang kau pikirkan ???" tanyanya.

"Oh ... tidak Bunda." Bantahku. Tapi aku tahu Bunda pasti tahu apa yang sedang kupikirkan.

Setelah selesai sarapan kami membereskan meja makan dan akupun menuju kamarku. Tiba tiba, "Tok ... tok tok." Terdengar suara pintu diketuk. "Iya Bunda " Akupun membuka pintu.

"Rey..." Bunda pun masuk dan tersenyum. Bunda punya sesuatu untukmu. Bunda memberikan sebuah foto bayi padaku. Tampak di gambar itu ada 2 bayi serupa yang tertidur pulas. " Siapa ini Bunda, apakah ini aku ??? Lalu siapa bayi satunya. Apakah aku punya kembaran Bunda??" tanyaku pada Bunda dengan antusias.

"Bundapun tak tahu Rey. Bunda menemukan ini dalam keranjang bayimu bersama dengan leontin ini"

*flashback

Di dalam kamar persalinan itu semua orang sedang ribut. Mereka harus berpikir bagaimana cara membuang bayi itu tanpa diketahui media. Adik dari sang wanita yang baru saja dikaruniai anak kembar yang sedari tadi terdiampun akhirnya mengangkat suara.

"Kak ... apa kau tidak kasihan pada anak yang baru saja lahir ini. Walau dia cacat dia tetap anakmu. Apa kau tega membuangnya???" tanyanya.

"Bima Hardiman, kau diam saja. Jangan memperkeruh masalah." Bentak sang kakak ipar.

" Bukan begitu kak. Aku tidak ingin memperkeruh masalah. Daripada membuang bayi yang tak berdosa ini lebih baik kita rawat dan jika kakak malu kita sembunyikan dia di vila kakak yang berada di bandung saja. " ucapnya

" Lalu bagaimana jika orang lain tahu dan menyebarkannya ke media. Bisa hancur reputasiku." Bantah sang kakek.

Karena tak bisa membantah lagi. Sang adik yang bernama bima pun mengalah. Ia hanya bisa memberikan leontin peninggalan keluarga adiwinata secara turun temurun miliknya pada bayi malang yang ingin dibuang kakaknya itu, secara diam-diam. Ia juga menyempatkan diri untuk memfoto kedua bayi itu dan mencetaknya. Ia kemudian menaruhnya di keranjang bayi itu sebelum dibuang.

Bayi itu diserahkan pada pak tarman sang supir dan dibawa entah kemana.

*flashback end

Seperti biasa setelah pulang sekolah aku bermain bersama teman temanku. Membantu Bunda dan melakukan banyak hal lain. Hal ini cukup membuatku lupa akan masalahku. Setidaknya aku cukup bersyukur bahwa aku sudah tahu sedikit tentang masa kecilku dibandingkan dengan teman-temanku yang sama sekali tidak tahu siapa orang tua mereka.

Waktu terus berjalan dengan cepat. Setiap hari aku berlatih berjalan tanpa menggunakan tongkat dibantu Bunda dan teman-teman. Biasanya aku belatih di sore hari karena aku sangat menyukai suasana tenang pada sore hari.

Semakin hari kami semakin besar. Sampai akhirnya 3 tahun berlalu. Kami semua lulus dengan nilai yang baik menjadi anak-anak kebanggaan Bunda.

Kami berempat berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu smp swasta terbaik di Jakarta. SMP Harapan Bangsa. Smp yang cukup digemari banyak siswa. Kami berhasil masuk ke sekolah itu karena kami memiliki nilai yang cukup bagus dan kami mendapatkan beasiswa dari salah satu donatur panti asuhan kami.

Saat itu kami begitu kegirangan karena bisa bersekolah di tempat yang elit, tanpa kami tahu rintangan apa yang menunggu kami.

" Bunda...Bunda, bajuku bagaimana ??" tanya Tono.

" Sudah bagus sayang. Yang penting kita berpakaian rapi dan sopan. " Kata Bunda.

Cicipun mengangguk anguk tanda setuju sambil membereskan semua perlengkapan sekolah. Malam ini kami sangat sibuk berbenah. Karena besok adalah hari pertama kami bersekolah.

" Fresla kenapa kamu melamun." tanya Bunda karena Fresla tidak begitu terlihat bahagia seperti kami. 

"Bunda. Aku fikir kami sebaiknya bersekolah di tempat biasa saja. Sekolah itu sekolah Elit Bunda. Tempat orang orang kaya. Sementara kami hanya tinggal di panti asuhan. Di SD yang ada di pinggiran kota saja. Tidak ada yang mau berteman dengan kita. Apalagi di sekolah anak-anak orang kaya." ucap Fresla merendahkan diri.

" Fresla. Kamu tidak boleh begitu. Tidak semua orang kaya itu jahat dan tidak semua orang miskin itu baik. Kamu tidak bisa memandang orang berdasarkan hartanya sayang. Kalian harusnya bersyukur bisa masuk sekolah yang bagus dapat beasiswa pula. Sementara diluar sana banyak sekali orang yang ingin bersekolah tapi tidak bisa. " ucap Bunda menasehati.

" Iya Fresla. Aku sangat senang bisa bersekolah disana." kata Tono bersemangat.

" Iya aku juga" sambungku.

" Baik anak-anak jika kalian sudah selesai berbenah mari kita tidur."

" Baik Bunda" Sahut kami bertiga dan disusul dengan anggukan Cici.

Kamipun segera menuju ke kamar dan tidur. Karena besok kami tidak boleh terlambat.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • ikasitirahayu1

    Thanks ya...atas semua masukannya...

    Comment on chapter PROLOG
  • radenbumerang

    Kalau menurut temenku sih, karakter Rey ini rada2 ngeselin gitu, hihi.

  • radenbumerang

    Oh mungkin sinopsis yang di atas itu, yang di bawah judul. Templatenya emang ganggu, apalagi kalau bacanya pake HP, krna sinopsisnya jadi muncul di semua bab. BTW, akhirnya tamat juga petualangannya Rey, dan syukurlah endingnya bahagia, meski agak bingung juga krna di akhir cerita tahu2 muncul karakter baru, Luna. Akan lebih baik kalau diceritakan sekilas di awal cerita tentang siapa itu Luna, dan bagaimana pacarnya (Thomas) meninggal, lalu mendonorkan matanya.

  • ikasitirahayu1

    Yang mana kak??

    Comment on chapter MATA ITU !
  • Wian

    Ini maksud banyak huruf besar di atas itu apa ya?

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Frekuensi Cinta
3      3     0     
Romance
Sejak awal mengenalnya, cinta adalah perjuangan yang pelik untuk mencapai keselarasan. Bukan hanya satu hati, tapi dua hati. Yang harus memiliki frekuensi getaran sama besar dan tentu membutuhkan waktu yang lama. Frekuensi cinta itu hadir, bergelombang naik-turun begitu lama, se-lama kisahku yang tak pernah ku andai-andai sebelumnya, sejak pertama jumpa dengannya.
Finding Home
2      2     0     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
AILEEN
46      19     0     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
IMAGINE
3      3     0     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
Harap sang Pemimpi
330      249     4     
Short Story
Setiap sukses bukanlah dari hal yang mudah, melainkan dari sebuah pengorbanan yang indah.
With you ~ lost in singapura
2      2     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
Love Finds
72      18     0     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
Teru Teru Bozu
4      4     0     
Short Story
“Teru-teru bozu, make tomorrow into a bright day and i’ll bring you something”
Surat Dari Masa Lalu
9      3     0     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
Serpihan Hati
119      28     0     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...