Read More >>"> Sahara (8. Curhatan Panjang Nita) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Yura memperhatikan sahabatnya yang sejak tadi hanya mengunyah kentang goreng sembari meminum mcfloet coca colanya dengan nikmat. Gadis itu mendesah, jika sudah begini pasti akan menjadi curhatan tanpa henti dari Nita. Yura sudah hapal sekali dengan sikap sahabatnya itu. Dari dirinya akan diam, memikirkan kejadian menyenangkan yang baru saja terjadi, kemudian senyum-senyum sendiri dengan jantung yang berdebar-debar, baru deh cerita sama Yura tentang kejadian yang terus berulang di ingatannya. Seperti kaset rusak.

            “Yur,” Nita kini sudah menatapnya. Kentang goreng itu telah habis, begitu pula minuman favorit gadis tersebut. “Gue mau pesen minuman dulu, ya. Baru deh gue lanjut curhatnya,” kata gadis itu kemudian bangkit dengan membawa dompet bergambar kucing yang selalu dia bawa.

            Yura menepuk dahinya, merasa sia-sia kedatangannya yang terburu-buru. “Goblok banget, sih!” gerutu gadis itu lalu membuka instagram. Mungkin membuat sebait puisi di instastorynya, membuat dirinya akan merasa lebih baik.

Ketika malam semakin dingin, kau datang.

Memberi sejuk.

Membuat ragaku dimabuk oleh candumu.

Aku, kembali jatuh.

Pada angan yang selalu membuatku berharap.

Padamu yang tak tau tengah berlayar ke mana.

Satu yang harus kamu tau.

Aku. Suka. Kamu. Titik.

            Kemudia ia menyentuh tanda send, story tersebut pun telah di upload di isntagramnya. Semenit setelah puisi itu sudah dibaca 3 orang dari pengikutnya, Nita datang dengan membawa nampan berisi 2 pie apple dan satu mcfloat coca cola. Yura tersenyum dan menerima pie apple tersebut dengan senang hati.

            “Gini, Yur, gue pengin cerita panjang kali lebar tambah tinggi gak perlu dibagi,” katanya dengan absurd. “Jadi, tadi siang gue ketemu Taka di mal!” ungkapnya penuh semangat, Yura hampir tersedak. Gadis itu segera meminum coffenya sebelum memperhatikan Nita lagi.

            “Terus?”

            Nita mencondongkan wajahnya, dia tersenyum geli. “Dia lagi jalan sama adiknya! Lucu, deh!” ucapnya, lagi, kini wajahnya terlihat menggemaskan. “Gue nyapa dia, terus dia kayak kaget gitu, dan lo tau nggak, Ra?” Nita menatap Yura, meminta jawaban.

            Yura menggeleng, dia sungguh nggak tau.

            “Adiknya narik tangan gue sambil bilang; ‘Ini pacar bang Taka, ya!’. Gitu!” dia terkikik karena kalimatnya sendiri, membuat Yura sedikit paham dengan ceritanya.

            “Teru gimana?” Yura menopang dagu, menatap Nita penuh penasaran karena jarang-jarang Nita seperti ini karena Taka. Biar kalian paham, bahwa Taka nggak pernah membuat Nita tersenyum bagai orang gila. Biasanya Nita hanya senyum –senyum sewajarnya karena dia berhasil bersitatap atau berdekatan dengan lelaki dingin itu. Tapi melihat Nita yang sekarang, Yura sangsi bahwa terjadi suatu yang spesial dengan keduanya.

            Nita menghela napas panjang, kemudian minum sebentar sebelum kembali bicara. “Terus, gue akhirnya gabung sama mereka berdua. Ternyata Taka berniat ngajak adiknya ke timezone, kita main bareng bahkan sampe masuk ke dalam tempat karoke di timezone tersebut! Sumpah gue nggak habis pikir, kenapa gue belum pingsan pas kejadian tersebut!” katanya lalu memegang kedua pipinya yang memanas.

            Yura tertawa. “Nit, please ya, jangan lebay,” dia memasukkan potongan terakhir dari pie apple miliknya, kemudian meminum coffenya lagi. “Abis itu, kalian ngapain?”

            Nita menyengir lebar, kemudian menatap sahabatnya penuh bahagia. “Terus ya, abis dari sana, kita masuk ke tempat makan Korea. Kita makan siang! Adiknya Taka terus-terussan nyuruh gue nyuapin cowok itu, padahal Taka udah beberapa kali memohon ke gue lewat matanya. Dia kayak bilang; ‘Jangan diturutin, please’. Tapi gimana ya, gue juga sebenarnya gak mau Ra, tapi itu adeknya keras kepala bangett,” Nita mengatur napasnya, kemudia tertawa dengan pipi yang bersemu semakin merah. “Jadinya gue suapinin teokboki ke mulut Taka. Awalnya Taka kayak nolak gitu, tapi akhirnya dia mau!”

            Yura tertawa, membayangkan wajah datar dari Taka setelah menerima suapan Nita. Pasti lucu dan menyebalkan.

            “Terus nih, ya, habis makan kita nonton kan tuh. Nah, gue sebenarnya pas mau masuk studio, liat lo sama Hara yang juga masuk teater. Kalian nonton The Doll, kan?” Nita menaik-naikan alisnya, membuat Yura sensi sendiri. “Tadinya si Taka mau ikut nonton gituan juga, biar bisa bareng sama lo dan Hara. Tapi tiketnya udah habis, jadinya kita nonton film yang dipenginin adiknya Taka,” ujar Nita, masih dengan muka yang memerah. “Pokoknya hari ini spesial banget, deh!”

            Yura tertawa, merasa senang karena sahabatnya bisa se-beruntung ini. Dia meratapi nasibnya sendiri. Jika dia membandingkan kisah dirinya dengan Nita, sudah dipastikan bahwa kisah Nita yang paling manis dan menyenangkan dibandingkan dirinya yang hanya diajak nonton voli dan film. Gak ada pergi main timezone atau makan siang bersama sembari berpegangan tangan dan menatap penuh cinta. Yura sepertinya kebanyakan nonton drama Korea pemberian Nita. Seharusnya dia berhenti mulai sekarang.

            Yura nggak mau terus berharap terlalu banyak pada Hara!

            “Terus nih, Yur. Gue dianter pulang sama Taka sampe rumah! Gila banget, gak, sih?”

***

“Gue nggak tau, kalo hari ini bener-bener gak spesial,” Taka menggerutu, memantulkan bola voli digenggamannya sebelum melemparkannya ke ring basket milik keluarga Hara. Malam ini, cowok itu datang ke rumah Hara berniat latihan voli bersama dua temannya yang lain. Yugo dan Kemal.

            Kemal menerima bola yang baru saja masuk ke dalam ring. “Nita lumayan kali, Ka. Kenapa lo nggak ambil sisi positifnya aje, sih? Adek lo berusaha buat abangnya nggak terlihat menyedihkan,” ucapnya telak. Kalimat Kemal kadang memang ada benarnya, tapi melihat wajah yang menunjukkan ketidak ketertarikan pada satu hal membuat siapa saja akan mengabaikan kalimat tersebut.

            Hara sejak tadi hanya tertawa, tak tau bagian lucunya ada dimana. “Gue bisa bayangin gimana wajah Taka pas abis disuapinin Nita. Lucu dan ngeselin!”

            “Betul,” timpal Yugo sembari menerima bola lemparan Kemal kemudian menguji kemampuan dirinya dalam menservis bola. “Gue udah perhatiin sih, saat pertama kali gue liat Nita pas Hara udah pacaran sama Yura,” cowok itu melirik Taka yang masih melamun, menatap bola voli di bawahnya tanpa minat. “Dia suka sama lo.”

            “Najis,” umpat Taka tanpa sadar. “Mulut lo minta dicabein, kayaknya,” Taka melempar bola tersebut ke arah wajah Yugo dengan mulus. Membuat tubuh temannya itu jatuh telentang.

            Yugo mengusap wajahnya, kemudian kepalanya yang berdenyut. “Kasar banget jadi cowok,” dia bangkit dibantu Hara. “Udah, udah, mending kita mulai katihannya deh. Gua males kalo Taka udah emosian,” Yugo memasang wajah meledek ke arah Taka kemudian mulai berlatih melakukan servis. Kemal akan menerima servis tersebut lalu melemparnya ke arah Hara yang siap melakukan smash. Taka, seperti biasa, dengan tubuhnya yang tinggi, dia akan menahan smash milik Hara agar cowok pendek itu bisa bungkam dan merasa kalah.

            Selama satu jam mereka berlatih, Yugo pun berhenti dan berjalan ke arah minuman yang dibawakan adik kecil Hara, Hani, kemudian meminum salah satu minuman tersebut. Manis.

            “Ra!” Yugo memanggil Hara yang baru selesai melakukan smash. Kini tidak digagalkan oleh Taka yang mulai kelelahan. “Kalo cerita date lo hari ini, gimana?” tanya cowok itu sembari tersenyum geli.

            Muka Hara memerah, kemudian dia mendengus dengan wajah nampak malu. “Wajah gue udah ancur di depan Yura, guys,” katanya dengan memelas.

            Kemal menghentikan aktivitasnya, menatap Hara dengan aneh. “Maksudnya?”

            Taka hanya diam, tawanya sudah siap menyembur jika Hara benar-benar mempermalukan dirinya di depan Yura. Pasti lucu.

            Sementara Hara sudah duduk di atas rumput, menatap langit yang bersih tanpa bintang dan bulan. “Kan, gue nonton film horor,” ketiga temannya masih menunggu, tidak bertanya sekalipun. “Terus selama nonton itu, Yura teriak mulu. Kadang sembunyi di belakang gue, kadang dia remas tangan gue, ya pokoknya dia berantakan banget deh,” ucapnya.

            Yugo masih bingung dengan kalimat Hara sebelumnya, tentang wajahnya yang sudah hancur. Maksudnya apa, coba?

            “Terus, terus?” Kemal mendorong Hara untuk kembali bercerita, membuat laki-laki itu mengusap wajahnya penuh dramatis.

            “Habis itu, kacau.”

            “Maksudnya?” Yugo bingung, apaan coba?

            “Gue..” matanya melirik ketiga temannya, kemudian meneguk ludahnya sendiri. “Gue sejak nonton film itu, nahan pipis, dan dengan begonya, selesai nonton langsung lari kebirit-birit ke kamar mandi dengan wajah yang udah asem banget! Gue lemah kalo sama film horor, demi dah!”

            Lalu tawa pun terdengar di sisa malam itu, dengan Taka yang paling banyak tertawa sampai perutnya sakit. Benar, kan? Kisah Hara selalu lebih pait dari dirinya maupun yang lain.

***

“Eh, demi apa kalo Hara sejak nonton itu nahan pipis?” Nita menatap sahabatnya tidak percaya. Sungguh di luar dugaan bahwa pacar sahabatnya itu ternyata juga takut sama film horor.

            Yura mengangguk, senyumnya mengembang lebar. “Iya, Nit. Goblok banget, kan?”

            “Banget!”

            Lalu keduanya tertawa, tidak memerdulikan tatapan aneh dari pengunjung yang duduk di dekat mereka. Sisa malam itu, Yura berpikir bahwa kencannya tidak buruk-buruk amat.


a.n

Hallooo maaf ya ngilang selama dua minggu keknya wkwk, ku sibuk banget rapat jadinya gak sempet nulis :(( nyambut maba itu secapek ini, ya? wkwkwk

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Rasa yang Membisu?
4      2     0     
Romance
Menceritakan 4 orang sahabatnya yang memiliki karakter yang beda. Kisah cerita mereka terus terukir di dalam benak mereka walaupun mereka mengalami permasalahan satu sama lain. Terutama kisah cerita dimana salah satu dari mereka memiliki perasaan terhadap temannya yang membuat dirinya menjadi lebih baik dan bangga menjadi dirinya sendiri. Pertemanan menjadikan alasan Ayu untuk ragu apakah pera...
Enigma
14      9     0     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
Beach love story telling
7      2     0     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...
Black Lady the Violinist
156      35     0     
Fantasy
Violinist, profesi yang semua orang tahu tidak mungkin bisa digulati seorang bocah kampung umur 13 tahun asal Sleman yang bernama Kenan Grace. Jangankan berpikir bisa bermain di atas panggung sebagai profesional, menyenggol violin saja mustarab bisa terjadi. Impian kecil Kenan baru kesampaian ketika suatu sore seorang violinist blasteran Inggris yang memainkan alunan biola dari dalam toko musi...
Perfect Candy From Valdan
18      12     0     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
Aku benci kehidupanku
2      2     0     
Inspirational
Berdasarkan kisah nyata
Warna Rasa
179      39     0     
Romance
Novel remaja
Forgetting You
29      8     0     
Romance
Karena kamu hidup bersama kenangan, aku menyerah. Karena kenangan akan selalu tinggal dan di kenang. Kepergian Dio membuat luka yang dalam untuk Arya dan Geran. Tidak ada hal lain yang di tinggalkan Dio selain gadis yang di taksirnya. Rasa bersalah Arya dan Geran terhadap Dio di lampiaskan dengan cara menjaga Audrey, gadis yang di sukai Dio.
Untuk Reina
131      26     0     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Your Secret Admirer
0      0     0     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...