Read More >>"> Alya Kirana ([3] Rumah Alya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alya Kirana
MENU
About Us  

"Kamu, mau apa, Al?" Tanya Aldi ketika mereka sudah berada di penjual nasi goreng.

"Nasi goreng gak pedes sama sekali, sama es teh manis, ya." Lalu, ia berjalan, mencari kursi kosong dan menempatinya.

"Pak, nasi goreng 2, gak pedes sama sekali, sama es teh manisnya 2 juga, ya, Pak." si bapak penjual nasi goreng mengganggukkan kepalanya. Ia mencari Alya, lalu berjalan saat melihat Alya sudah duduk dikursi yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. "Kamu gak suka pedes?" tanya Aldi saat sudah menempati kursi kosong di sebelah Alya.

"Suka. Tapi kalo aku kasih tau, kamu pasti bakal bilang aku aneh."

"Kenapa emang?"

"Aku suka pedes, tapi, kalo cabe-cabenya itu gak keliatan." Aldi mengernyit, tanda ia bingung.

"Maksudnya gimana, Al?"

"Ih, misalnya apa ya," Alya terlihat berpikir sebentar, "ini deh, rendang, kan itu lumayan pedes, tapi aku suka. Karena cabenya gak keliatan. Ngerti, kan?" Aldi mengangguk.

"Iya, emang aneh, sih." Lalu, Aldi tertawa, membuat Alya mengerucutkan bibirnya. "Eh, iya. Kenapa ambil jurusan Sastra Indonesia? Mau jadi Sastrawan, ya? Atau, penyair?"

"Bukan," Alya tertawa. "Bingung kalo ditanya kenapa. Intinya, sih, mau jadi editor buku."

"Kenapa mau jadi editor buku?"

"Kenapa, ya. Karena, aku suka baca buku, bisa dibilang hobi. Jadi, kayaknya bakal seru kalo suatu hari bisa kerja dibarengin sama hobi, bakal nikmatin banget." Aldi mengangguk, dia berpikir gadis disebelahnya ini memang aneh, cara berpikirnya beda. Tak lama, nasi goreng pesanannya diantar oleh si bapak penjual.

"Rumah kamu udah deket dari sini?" Tanya Aldi disela-sela makannya.

"Tinggal lurus dikit, terus, ke kiri."

"Eh, iya. Kok kamu muda banget ya keliatannya, kayak masih 15 tahun." Ucap Aldi, lalu, ia tertawa.

"Emang masih muda, kan."

"Tapi, serius. Kayak masih SMP, gitu." Ia tertawa, lagi.

"Iya, soalnya aku imut." Alya ikut tertawa. Entah sejak kapan, ia bisa se-percaya diri ini didepan orang yang baru dikenalnya.

"Imut tapi gak punya pacar mah buat apa."

"Yaudah, nanti aku cari pacar."

"Sama aku aja, jangan sama yang lain. Yang lain itu jahat-jahat." Alya menoleh, menatap Aldi, lalu, mengernyitkan dahinya."Eh, enggak, gak usah didenger. Aku ke depan dulu."

"Ngapain?"

"Ngerokok." Alya hanya mengangguk. "Selesain aja dulu makannya." Ia mengusap pelan kepala Alya, lalu, pergi ke depan meninggalkan Alya.

•••

Alya sudah menyelesaikan makannya. Ia melihat Aldi sedang duduk sembari merokok ditrotoar pinggir jalan yang berada tepat didepan penjual nasi goreng. Ia pun ikut duduk disebelah Aldi, melihat Alya duduk disebelahnya, Aldi langsung membuang dan menginjak rokoknya, bermaksud untuk mematikan rokok itu.

"Kok, rokoknya dibuang?" tanya Alya dengan mata yang menatap ke arah rokok yang baru saja dibuang oleh Aldi.

"Gak mungkin, aku ngerokok didepan cewek." ucapnya.

"Kenapa?"

"Karena, katanya, yang menghirup asap rokok itu lebih bahaya daripada yang merokok." Alya mengangguk. Lalu, ia menoleh ke sebelahnya, ke arah Aldi.

"Jangan terlalu banyak ngerokok." Mendengar itu, Aldi ikut menoleh, menatap Alya. Hingga, kedua mata mereka bertemu.

"Kenapa gitu?"

"Bahaya kalo terlalu banyak, masa gak ngerti." Ia menatap ke arah lain, tak mau menatap laki-laki disebelahnya.

"Bahaya, kenapa? Paling cuma batuk doang." Ucapnya, lalu tertawa. Aldi masih terus menatap Alya. Alya memutar kedua bola matanya.

"Lama-lama bisa paru-paru. Oon deh."

"Iya, sih." Ia tertawa, "Waktu itu aku cek, item paru-parunya." Lagi-lagi ia tertawa. Biasanya, tiap kali Aldi tertawa, Alya akan ikut tertawa. Tapi, kali ini, tertawanya justru membuat Alya kesal. Entah kenapa ia merasa kesal, ia pun tidak tau apa alasannya.

"Tuhkan," Alya menoleh ke sebelahnya. "Kurangin ngerokoknya."

"Gak pa-pa, keren tau. Lucu warnanya." Alya diam, dan melihat ke arah lain, seperti malas melihat laki-laki yang sedang duduk disebelahnya. "Al, kenapa?" Tanya Aldi saat ia melihat Alya hanya diam. Ditanya seperti itu, membuat Alya lagi-lagi menoleh, menatap Aldi. Aldi membalas tatapannya.

"Kurangin ngerokoknya."

"Iya, Al, ya, aku kurangin kok."

"Jangan bohong." Alya terlihat peduli, ia juga tak mengerti kenapa tiba-tiba bisa peduli pada seorang yang baru kemarin ia kenal. Apa lagi, orang ini laki-laki.

"Iya, Al. Mau, gak mau, aku kurangin."

"Harus mau."

"Mau apa?"

"Kurangin ngerokok."

"Aku kira mau sama kamu." Alya melihat ke arah lain, mencoba menghindari tatapan Aldi. Aldi justru tertawa saat melihat perubahan ekspresi Alya.

•••

"Udah, Di, di sini aja." Alya menepuk pelan bahu Aldi. Aldi pun memberhentikan motornya di depan sebuah jalan.

"Loh, kok gak sampe rumah, aja?"

"Udah deket, kok." Aldi hanya mengangguk.

"Di sebelah mana rumahnya?"

"Itu," Alya menunjuk ke arah rumahnya. "Dua rumah dari jalan ini."

"Yaudah, sana masuk."

"Makasih, ya." Baru kurang lebih dua langkah ia berjalan, tiba-tiba ia memutar tubuhnya, kembali melihat Aldi yang masih diam di tempat sambil memperhatikan Alya. "Kok, belum jalan juga? Gak percaya, ya, kalo rumah aku di situ?" Ucapnya.

"Bukan, gitu."

"Terus?"

"Cuma mau pastiin, kalo kamu bener-bener masuk ke rumah dengan selamat." Alya terdiam sebentar. "Udah, sana masuk."

"Yaudah, hati-hati, ya." Aldi masih diam ditempatnya, dan baru beranjak pergi saat sosok Alya benar-benar hilang dari pandangannya.

•••

Sampai di kamar, Alya langsung membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Merasa ada yang aneh. Ternyata, ia lupa mengembalikan jaket levis milik Aldi yang masih ia kenakan. Lalu, ia kembali bangun dan melepas jaket itu, dan menggantungnya dibelakang pintu kamar. Wangi khas jaket Aldi masih melekat dibaju Alya, membuatnya merasa nyaman, seperti sedang bersama Aldi. Ia kembali membaringkan tubuhnya.

Ia membuka aplikasi instagram. Masih penasaran dengan instagram Aldi. Akhirnya, ia kembali mencari kembali nama "Aldi" dikolom pencarian, lalu, ia menelusuri setiap profil yang bernama Aldi. Hingga akhirnya, ia menemukan instagram dengan foto profil seorang laki-laki menggunakan kaos polos putih dengan dilapisi jaket levis sedang berada di sebuah kafe yang ia pun tak tau di mana kafe itu. Ia mulai membuka profil instagram tersebut. Dan, ternyata benar. Yang baru saja ia buka adalah instagram Aldi dengan nama lengkap Alditto Yanuar. Namanya bagus, pikir Alya.

Hanya terdapat 5 foto di sana. Difoto pertama, terdapat foto bersama yang sepertinya adalah teman kampusnya, atau mungkin kepanitiaan sebuah acara.  Foto ke dua dan ke tiga, foto sebuah poster yang sepertinya poster kegiatan kampusnya. Foto ke empat dan ke lima, terdapat foto dirinya yang terlihat candid.

Kok, kaya beda, gitu, ya. Yang asli lebih cakep, gitu. Apa emang bener, kalo cowok cakep itu, kalo difoto keliatannya biasa aja. Tapi, kalo cewek, justru sebaliknya. pikirnya.

Alya buru-buru mengeluarkan instagramnya, dan mengambil novel yang belum selesai ia baca. Kembali tenggelam dalam dunia fiksi yang selalu bisa membuatnya jatuh cinta.

•••

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
School, Love, and Friends
408      212     0     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Special
72      53     0     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
BANADIS 2
172      106     0     
Fantasy
Banadis, sebuah kerajaan imajiner yang berdiri pada abad pertengahan di Nusantara. Kerajaan Banadis begitu melegenda, merupakan pusat perdagangan yang maju, Dengan kemampuan militer yang tiada tandingannya. Orang - orang Banadis hidup sejahtera, aman dan penuh rasa cinta. Sungguh kerajaan Banadis menjadi sebuah kerajaan yang sangat ideal pada masa itu, Hingga ketidakberuntungan dialami kerajaan ...
Strange and Beautiful
80      51     0     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Bulan dan Bintang
62      40     0     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Sampai Nanti
11      11     0     
Short Story
Ada dua alasan insan dipertemukan, membersamai atau hanya memberikan materi
Summer Rain
10      10     0     
Fan Fiction
Terima kasih atas segala nya yang kamu berikan kepada aku selama ini. Maafkan aku, karena aku tak bisa bersama dengan mu lagi.
UnMate
33      25     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Weak
6      6     0     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Between Earth and Sky
26      23     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...