Read More >>"> Paragraf Patah Hati (Alasan-alasan Mengapa Aku Mencintai Dazel) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Paragraf Patah Hati
MENU
About Us  

“Kamu nggak apa-apa, kan?”

            Aku tersenyum. “Nggak apa-apa, Dazel. Terima kasih telah bertanya.”

            Panggilan masuk itu datang dari Dazel. Entah masih berapa menit yang lalu kami berpisah, tetapi rasanya dia selalu terlalu jauh jika sudah menelepon begini. Apalagi jika tujuannya menelepon adalah untuk memastikan aku masih baik-baik saja, rasanya aku tidak ingin berpisah sedetikpun dengannya. Semua yang berlebihan memang tidaklah baik, pun dengan mencintainya dengan seberlebihan ini; aku tahu. Tetapi aku lebih tidak tahu lagi  bagaimana cara mengatasinya.

            “Aku baru sadar waktu nyampe rumah,” Dazel masih bersuara di balik sana. “Seharusnya tadi aku ngajak kamu muter-muter dulu, ya?”

            Aku tertawa. “Ngapain? Panas banget diluar, Dazel. Nanti kamu jadi item loh kalau ngajak aku muter-muter dulu.”

            “Harusnya aku yang bilang gitu,” ia mulai terkekeh. “Kamu kali yang takut item?”

            “Enggak,” balasku sambil membanting tubuhku di atas ranjang. “Kamu belum ganti baju, kan? Ya udah sana!”

            “Kamu nggak kangen gitu sama aku?”

            “Ya ampun, Dazel!” aku menutup mulutku untuk membungkam tawa yang lepas. “Kita baru pisah berapa menit, sih?”

            “Tapi kenapa aku udah kangen, ya?”

            “Besok kita masih ketemu, kok.”

            “Aku lebay, ya?”

            “Dikit.”

            “Kok gitu sih?”

            Aku tertawa lagi. “Habisnya, kamu posesif.”

            “Aku cuma kangen, La, bukan posesif.”

            “Ya udah iya,” aku tersenyum. “Kamu nggak posesif, deh.”

            “Gitu banget sih La,” aku bisa mendengar Dazel terkekeh. “Ya udah, nanti disambung lagi, ya? Aku cuma memastikan kalau kamu baik-baik aja.”

            ”Thank you, Dazel.”

            “Okay. Nanti lagi, ya. Bye, Lula.”

            “Bye, Dazel.”

            Mustahil dua orang remaja SMA yang sedang cinta-cintanya bisa berpisah dalam jangka waktu yang lama, jika masih dalam hitungan sepersekian menit saja rasanya sudah terlalu panjang. Ya, begitulah. Definisi bahagia yang terlalu sederhana bagi sepasang remaja yang baru saja belajar untuk menjadi lebih baik dalam mencintai satu sama lain.

            Sembari bersiap untuk membaringkan diri menikmati tidur siang, akan kuceritakan sekilas tentang Dazel Dearrel Augustaf, lelaki yang mampu mencuri semua jatah jatuh cintaku pada seseorang, dan dengan rakusnya dia miliki semua itu hanya untuk dirinya seorang. Akan kuceritakan sekilas tentang Dazel, lelaki yang membuat hatiku begitu kelaparan untuk melahap semua bentuk kasih sayang darinya.

            Dazel Dearrel Augustaf. Postur tubuhnya yang ramping—jika tidak ingin kusebut kurus—dengan wajah super baby face yang memenuhi standar ketampanan lelaki diatas rata-rata, adalah seorang yang sebenarnya tidak terlalu banyak bicara. Seperti kebanyakan lelaki pada umumnya, Dazel simpel saja. Dia mengatakan apa yang ingin disampaikan, tidak terlalu suka banyak basa-basi ketika berbincang-bincang dengan seseorang, dan tentu saja dia termasuk dalam kategori siswa yang pandai.

Dazel ahli di bidang eksakta, khususnya Matematika, pelajaran yang sangat kubenci di dunia ini. Jika kamu pernah merasa penasaran apakah aku dan Dazel selalu sepaham dan sehati, jawabannya tidak. Kami berbeda dalam banyak hal. Dazel adalah sosok yang cukup pendiam; yang akan berbicara jika dibutuhkan ketika bertemu dengan orang-orang baru, tetapi aku sebaliknya. Ibaratnya, Dazel adalah seorang intorvert yang handal, sedangkan aku adalah ekstrovertnya. Perbedaan kepribadian kami yang begitu kentara sempat membuat beberapa teman merasa iri; mereka bilang kami bisa begitu saling melengkapi masing-masing.  

Dazel menyukai bola, dan aku menyukai sastra. Dia menyukai semua hal tentang hitung-menghitung dan penggunaan aplikasi rumus, tetapi aku menyukai mata pelajaran yang menggunakan bahasa sebagai kemampuan dasarnya. Jika Dazel lebih suka menonton film, maka aku lebih suka membaca novelnya. Dan ketika Dazel selalu tenang menghadapi konflik, maka aku adalah yang paling berapi-api merespon berbagai bentuk masalah.

Tidak ada satu hal pun yang sama diantara kami; tetapi Dazel terlihat begitu fleksibel mengikuti iramaku. Ketika aku mengatakan bahwa aku adalah penggemar berat dari UNGU band, maka ia akan mulai mendengarkan lagu-lagunya yang sedang hits. Pernah pada suatu hari ketika Dazel sedang sibuk belajar, dia menyempatkan diri mengirimiku sebuah pesan pendek hanya untuk mengatakan bahwa Pasha dkk sedang tampil di channel televisi swasta.

“Lula, di Semar TV ada UNGU!”

“Lula, tadi di Konser Kemilau RI TV ada Pasha!”

“Lula, kamu lihat UNGU, kan? Bentar lagi selesai loh acaranya!”

Dia tidak pernah ingin ketinggalan menjadi pemberi informasi utama tentang penayangan konser UNGU, meskipun lelaki itu benar-benar mengakui bahwa ia sangat cemburu dengan Pasha UNGU, hanya karena aku adalah fans berat vokalis itu.

“Kalau aku sama Pasha, kamu pilih siapa?” tanyanya usil waktu itu, sepulang sekolah setelah kami membahas banyak hal yang terjadi seharian di kelas masing-masing.

“Hahaha kok nanya gitu, sih? Kan aku nggak bisa pilih. Aku juga suka sama Pasha UNGU!” tawaku meledak, merasa geli dengan pertanyaan Dazel yang tiba-tiba.

“Tapi kan yang pacarmu itu aku, bukan Pasha.”

“Oh, jadi kamu cemburu sama Pasha UNGU?” tanyaku geli. Yang benar saja! Dazel memang tipikal lelaki yang aneh; seorang pacar yang posesifnya tidak bisa dinalar, meskipun aku merasa dia sangat lucu.

“Kalau aku sama Pasha, ganteng mana?”

Aku benar-benar tertawa kala itu. “Sama-sama ganteng, kok. Sama-sama punyaku dua-duanya.” kemudian kami tergelak bersama, saling menertawakan masing-masing.  

Begitulah Dazel, ia selalu punya cara-cara unik untuk membuatku semakin mencintainya. Sama halnya ketika aku mengatakan bahwa aku suka sekali menulis cerita; maka ia akan menjadi orang paling bersemangat untuk menjadi pembaca perdana cerita-ceritaku. Padahal, dia tidak pernah suka membaca karya fiksi, termasuk cerpen. Meskipun ia hanya menyempatkan diri untuk membaca ceritaku, bukan membaca buku yang lainnya, tetap saja dia mulai membiasakan diri untuk menyenangi apa yang kusuka. 

Sepertinya, kesukaanku adalah yang terpenting baginya.

Sama seperti bagaimana baiknya dia menjadi seorang pendukung utama atas mimpiku menjadi seorang penulis, ia selalu tahu caranya membuat seorang gadis merasa begitu diinginkan.

            Dazel sederhana saja. Dia tidak kaya; sepeda motor yang biasa dikendarainya ke sekolah adalah sepeda motor yang sama dengan yang digunakan ibunya ketika harus berbelanja untuk kebutuhan toko kelontong kecil mereka. Jadi, kalau ada hari dimana dia diantar-jemput ibunya, mungkin hari itu adalah jadwal ibunya untuk berbelanja. Meskipun begitu, Dazel tidak mengeluh.

            Sekalipun, ia tidak pernah mengeluh jika suatu hari tidak mengendarai sepeda motor ke sekolah dan harus menunggu jemputan ibunya. Dan disaat-saat seperti itulah, aku yang menawarkan diri untuk mengantarnya.

            “Bener nggak apa-apa?”

            Aku tersenyum. “Aku malah seneng bisa nganter kamu pulang.”

            Lelaki itu menatapku sebentar, dengan sepasang ujung mata yang menyipit mengikuti garis senyum di bibirnya. “Yakin mau tahu rumahku? Sekalian mampir, yuk?”

            Aku mendadak bisu, sebenarnya lebih ke grogi. “Errrr ... ketemu Ibu, ya?” tanyaku. Sebenarnya aku belum siap. Lagipula, kami masih anak kelas sepuluh SMA. Dan aku takut ibunya tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku adalah pacar dari anak lelaki satu-satunya. Dilema anak Menengah Atas yang sangat nanggung, ya?  

            “Bercanda,” Dazel mulai mengambil alih setir. “Cuma lewat aja, nggak apa-apa, kan?” sepertinya Dazel tahu, aku belum siap. Dan entah, kapan aku akan siap hanya untuk melihat wajah ibunya.

            Bukannya Dazel yang tidak ingin mengenalkanku pada ibunya, tetapi aku yang belum siap mental untuk bertemu secara langsung dengan wanita yang telah melahirkan lelaki yang kucintai ini. Jika kamu tanya kenapa, aku pun tidak paham jawabannya apa. Aku hanya merasa belum siap saja.

            Kadang aku bertanya,”Apakah ibunya Dazel tidak apa-apa kalau anaknya pacaran denganku?” dan pertanyaan itu terus berulang di kepalaku setiap kali Dazel membicarakan tentang ibunya. 

            “Iya. Nggak apa-apa kalau cuma lewat aja.” balasku menanggapi pertanyaan Dazel.  

            Seperti biasa, kami menghabiskan sisa-sisa waktu di jalanan sembari berbincang-bincang tentang banyak hal. Bersama Dazel, aku selalu merasa punya banyak bahan obrolan; dari yang nggak penting sampai yang paling penting. Dan manisnya, Dazel selalu menganggap penting semua bahan obrolan kami, karena responnya selalu menyenangkan.

            Ah, Dazel. Rasanya aku hanya perlu kamu untuk menjadi lelaki yang seuutuhnya jadi milikku. Bolehkah ini bertahan selamanya?

            Ya. Begitulah Dazel; lelakiku yang selalu tampil apa adanya dalam kesederhanaan yang selalu berhasil membuatku kembali jatuh cinta. Aku sering bertanya, kenapa kami bisa menjadi sedekat ini, bisa menjadi sepasang yang manis, bisa menjadi dua orang yang mendadak humoris dan terlalu cerewet membahas banyak hal-hal yang absurd.

            Aku belum tahu teori tentang jodoh; tetapi jika aku bisa memilih siapa jodohku di masa depan, aku ingin memilih Dazel saja. Mungkin benar jika kehidupanku sekarang masih sebatas orang-orang tertentu, dan terlalu dini bagiku memutuskan dengan siapa aku ingin menghabiskan sisa waktu di masa depanku. Tetapi, bolehkah aku memberi alasan mengapa aku menginginkan Dazel untuk menjadi yang terakhir?

            Ya. Karena dia adalah Dazel. Alasanku tidak pernah terlalu banyak selain karena Dazel adalah Dazel. Dazel Dearrel Augustaf, lelaki yang selalu ingin kucintai sampai nanti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • NiarAstari

    Keinget jaman muda sma anak 2000an

    Comment on chapter Prolog
  • muhamamdoktaviansyah123

    bahkan aku juga mencari puguh dan alisa di list pertemanan yang kamu ikuti di IG. wkwkw. ga nemu juga

    Comment on chapter Prolog
  • muhamamdoktaviansyah123

    tak coba search dazel di IG ada ga ya ?

    Comment on chapter Hari Senin dan Dazel di dalamnya
  • igantmaudyna

    @abbluadam Enggak juga, wkwk. Tapi kamu yang komen pertama wkwk

    Comment on chapter Prolog
  • abbluadam

    Apakah kumenjadi orang pertama yang membacanya?

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
CHANGE
5      5     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
IMAGINATIVE GIRL
19      4     0     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
LABIL (Plin-plan)
55      14     0     
Romance
Apa arti kata pacaran?
Shane's Story
10      3     0     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
Furimukeba: Saat Kulihat Kembali
2      2     0     
Short Story
Ketika kenangan pahit membelenggu jiwa dan kebahagianmu. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi jauh dan lupakan atau hadapi dan sembuhkan? Lalu, apakah kisah itu akan berakhir dengan cara yang berbeda jika kita mengulangnya?
The Hidden Kindness
2      2     0     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?
FORGIVE
12      6     0     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Enigma
0      0     0     
Romance
enigma noun a person or thing that is mysterious, puzzling, or difficult to understand. Athena egois, kasar dan tidak pernah berpikir sebelum berbicara. Baginya Elang itu soulmate-nya saat di kelas karena Athena menganggap semua siswi di kelasnya aneh. Tapi Elang menganggap Athena lebih dari sekedar teman bahkan saat Elang tahu teman baiknya suka pada Athena saat pertama kali melihat Athena ...
AraBella [COMPLETED]
269      34     0     
Mystery
Mengapa hidupku seperti ini, dibenci oleh orang terdekatku sendiri? Ara, seorang gadis berusia 14 tahun yang mengalami kelas akselerasi sebanyak dua kali oleh kedua orangtuanya dan adik kembarnya sendiri, Bella. Entah apa sebabnya, dia tidak tahu. Rasa penasaran selalu mnghampirinya. Suatu hari, saat dia sedang dihukum membersihkan gudang, dia menemukan sebuah hal mengejutkan. Dia dan sahabat...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
4      4     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...