Read More >>"> Nothing Like Us (Kontrol.) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nothing Like Us
MENU
About Us  

Tidak ada masalah yang dapat diatasi dengan mudah dan cepat. Memang benar, masalah akan mampu dilewati tetapi harus melalui beberapa tahap sampai masalah tersebut benar-benar terselesaikan.

Banyak hal menggelayuti pikiran Alvaro, sehingga ia merasa depresi dan melakukan percobaan bunuh diri kemarin.

Orang setenang dan setegas apapun, jika menyangkut masalah pribadi pasti nampak berbeda; tertekan dengan semuanya.

Sekarang, Alvaro sedang berbaring lemah di ranjangnya sembari memejamkan mata.

Tidak peduli hari ini Hari Senin dan tugasnya sebagai seorang Pengajarpun ditinggalkan sejenak. Hanya satu yang laki-laki tampan itu butuhkan, yaitu istirahat sampai keadaan hati dan pikirannya kembali sehat.


-


"Varo, kamu harus makan dulu biar cepat sembuh. Jangan begini, tante nggak tega liat kamu." Perempuan berumur sekitar 35 tahun tersebut meletakkan nampan berisikan semangkuk bubur dan segelas air mineral lengkap dengan beberapa obat-obatan di atas nakas. Ia duduk disamping keponakannya, "Bangun ya?"

 

 

 

Hening. 

 

 

Laki-laki itu enggan membuka matanya, terlihat wajah tampannya yang pucat pasi serta bibirnya gemetaran.

 

"Varo, tante Dela mohon sama kamu makan sedikit aja terus minum obat. Ingat kata dokter tadi? Kalau kamu nggak makan dan obatnya nggak diminum, kamu bakal ngerasain pusing, sakitmu nanti lama," gumam tante Dela. Lalu melanjutkan ucapannya, "Kamu guru, Var. Pikirkan kesehatanmu dan anak-anak didikmu di sekolah."

 

Masih tetap diam, Alvaro tidak bergerak sedikitpun membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa sangat khawatir.

 

"Varo... Suhu tubuhmu sudah normal, tapi kenapa kamu gemetar? Buka matamu, kamu sedang memikirkan apa?" tanya Tante Dela seraya menempelkan punggung tangannya ke arah dahi Alvaro. 

 

 

"Hhh... Jangan pergi..."

 

 

Tante Dela mengernyitkan dahinya bingung, apakah keponakannya itu bermimpi buruk?

 

 

"Alvaro? You okay?" Tante Dela mengigit bibir bawahnya panik, Alvaro semakin gemetar seraya meremas selimut tebalnya dengan kencang.

 

 

 

"BERHENTIII!!!"

 

 

"DIAM DISANA, SAYANG!!!"

 

 

"JANGAN PERGI!!!"

 

 

"AAARRGHHHHH!!!"

 

 


Teriakan-teriakan yang keluar dari bilah bibir Alvaro terdengar keras dan menyayat hati. Tante Dela berusaha mengguncang pelan tubuh keponakannya yang meracau tak jelas dalam tidurnya.

 

"Alvaro! Tante disini, ayo bangun, Nak!" 

 

 

 

 

"JANGAN PERGI!!! DIAM DISANAAA!!! HIKS----"

 


"ARGHHH SAKITTTT!!!"

 


"Hosh.. Hosh.."

 

 

 

Alvaro berjengit kaget dan membuka mata sepenuhnya, peluh menetes deras dari pelipisnya dan nafasnya tersenggal-senggal, meraup oksigen sebanyak mungkin lalu menatap sekelilingnya dengan tatapan aneh.

 

"Dimana dia?! DIMANA!!!?" Ia berteriak, berusaha turun dari ranjangnya namun tangan Tante Dela langsung menahan tubuh keponakannya yang nampak lemas tak berdaya.

 

"Alvaro, sayang tenanglah... Ada tante disini."

 

"AKU MAU DIA DISINI, TANTE!!! DIA DIMANA SEKARANG??!! DIA NGGAK BOLEH PERGI, DIA HARUS DISINI SAMA AKU, TANTE!!!" Alvaro menjambak rambutnya frustasi, melempar bantal kesegala arah demi melampiaskan emosi yang sudah berada di ujung tanduk.

 

Tante Dela mencoba menenangkan, merengkuh lembut tubuh Alvaro kedalam dekapannya. Dekapan yang terasa seperti Ibu sendiri. "Ssstt... Varo, tante mohon tenang ya? Dia pasti datang, mungkin sedang sibuk disana. Jangan teriak, jangan sedih, kamu kuat, Nak."

 

"T-tapi tante... Tadi Alvaro mimpi kalau Dia mau pergi jauh tinggalin Alvaro sendirian disini, Dia keliatan punya sayap dan mau terbang..." ujarnya lirih dan hampir tidak terdengar.

 

Tante Dela menyunggingkan senyum miris, terlalu sakit walau hanya melihat Alvaro seperti ini. Sangat jelas bahwa laki-laki tampan itu merasakan siksaan batin yang amat mendalam.

 

Kendali emosi keponakannya sedang tidak baik sekarang. Terlebih, 'Dia' yang dimaksud Alvaro itu memang telah tiada. 

 

"Sayang... Ada tante, tante bakal jagain kamu sesuai dengan perintah Mama-mu," kata Tante Dela lembut. 

 

"Tapi, Tan, Varo mau Dia nemenin aku!!" ketus Alvaro. Nada bicaranya menjadi dingin dan menakutkan.

 

"Kalau kamu seperti ini terus, kamu nggak akan bisa bangkit. Tante sudah buatkan bubur, lalu minum obat yang tante siapkan agar kamu lekas sehat. Mengerti?" tanya Tante Dela hanya dibalas anggukan singkat oleh Alvaro.

 

"Yasudah, tante mau merebus air hangat dulu untuk kamu mandi. Supaya kumannya nggak betah karena badanmu sudah bersih," ucap Tante Dela, perempuan itu beranjak dan setelahnya melenggang pergi keluar kamar milik keponakannya tersebut.

 

"Seharusnya gue nggak nyakitin hati lo. Kenapa sih, otak gue ini bodoh banget? Lo sering nangis gara-gara gue, sikap gue yang nggak pengertian, kadang gue bersikap kasar sama lo. Gue paham, lo nggak maafin gue dan..."

 

Alvaro tercekat, tak mampu melanjutkan ucapannya karena menahan rasa sakit di kepala serta hatinya. 

 

Semuanya berat, tubuh tegapnya tak mampu bertahan, layaknya sebuah jelly yang lemas tanpa tenaga.

 

Apakah sepanjang hidupnya, ia akan selalu dibayangi perasaan-perasaan bersalah di masalalu?

 

Jika jawabannya adalah tidak, lantas solusi apa yang harus ia pilih?

 

Melakukan rencana bunuh diri lagi, atau ... Mencari seorang penjaga hati baru?

 

Walau ia terlihat gagah dan tampan, namun kali ini, Juvenal Alvaro Pradipta sangat lemah dan bodoh dalam urusan percintaan.

 

Sifat-sifat berandal, dingin, angkuh, sombong, dan killer miliknya lenyap begitu saja bersamaan dengan hembusan angin yang mampir terlampau santai seperti tidak mendukung perasaan laki-laki itu.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

"Aysha, kamu bisa ajari aku bagian ini? Sulit banget, nyerah deh aku urusan matematika!" keluh Anisa mengetuk pensilnya diatas meja menimbulkan suara yang cukup keras dan hal tersebut tentu saja mengganggu teman-teman sekelas yang lain.

 

"Aduh, Nisa! Bisa nggak kamu diam?!" gerutu Fitri galak, gadis itu mencoba fokus kembali pada tugas matematika yang ada di papan tulis.

 

"Berisik! Bedak yang gue pakai jadi nggak rapi nih!" teriak Desta kesal, terbukti riasan bedaknya yang berantakan lalu mencebikkan bibirnya; cemberut.

 

"Sssttt. Jangan ribut, kalau aku udah selesai ngerjain, kalian pasti aku kasih tau kok. Eh tapi, liat deh---" Kata Ninda pelan, mengarahkan jari telunjuknya ke arah Aysha yang sedang melamun. Ketiga sahabatnya yang semula nampak sedikit bertengkar menjadi diam dan mengikuti arah pandang yang sama, yaitu Aysha.

 

"Kebiasaan, hari-hari belakangan ini dia suka banget melamun, sampai nggak fokus sama apa yang Bu Guru dan Pak Guru sampaikan," gumam Anisa. Ia menepuk pelan bahu Aysha, membuat gadis yang tengah melamun itu sedikit terkejut.

 

"Sha... Kamu kenapa?"

 

Aysha menggeleng, tersenyum sebagai balasan.

 

"Kalau kamu ada sesuatu, ceritakan sama kami. Jangan ditahan ya?" ucap Ninda halus, "Insyaallah kami bisa bantu. Apa gunanya seorang sahabat kalau tidak saling menolong? Dan juga, bukan sahabat namanya kalau saling menyindir dan membuka aib sahabatnya sendiri. Oh iya, peringatan untuk kita semua agar tidak menjadi seorang sahabat yang berkhianat. Paham?" lanjutnya sambil menatap tajam ke arah lima orang gadis di seberang tempat duduk mereka.

 

"Kalian bisa lihat, lima orang itu memang dekat dan saling menggosip oranglain. Eits, yang perlu kalian ketahui, bahwa ada tiga orang yang menjadi mata-mata disana lalu memberitahu hasil gosipan mereka untuk...." Ninda menghentikan ucapannya, namun kedua netranya bergulir menatap ke pintu kelas, terdapat tujuh gadis berbeda yang sedang bersenda gurau.

 

"Kalian paham, 'kan?" tanya Ninda menatap lekat Aysha, Anisa, Fitri, dan Desta. Satu lagi, Novi, ia tidak masuk sekolah hari ini tanpa keterangan.

 

"Maksudnya apa? Aku kurang paham," tukas Aysha bingung.

 

"Gini lho, maksud Ninda diantara mereka semua itu yang dinamakan Serigala Berbulu Domba. Orang seperti mereka adalah contoh teman yang menusuk dari belakang. Ya mungkin mereka terlihat akur-akur semua, tapi siapa sangka kalau ada penghianat di dalam penghianat?" Penjelasan Desta benar seratus persen. Aysha pun menganggukan kepalanya mengerti.

 

"Nggak sudi punya teman kayak mereka---" 

 

"Nisa- diam. Suaramu besar lho! Kecilin volumenya." tegur Ninda pelan, setelahnya mereka berempat tertawa riang karena bel istirahat telah berbunyi.

 

"Kita jajan yuk? Aku lapar~~" Ajak Fitri seraya memegang perutnya mendramatisir.

 

"LET'S GOOOO!"

 

Urusan makanan, kantin,  dan jajan. Mereka langsung semangat 45.


"Kok aku nggak lihat Pak Alvaro ya seharian ini?" gumam Aysha dalam hati. Wajahnya tampak murung tidak bersemangat entah apa alasannya.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Hari menjelang siang, teriknya sang Mentari tak mengganggu pertemuan seorang perempuan bersama dua pria berbadan besar di sebuah taman yang terlihat sepi.

 

"Ada apa Nyonya menyuruh kami kesini?" tanya pria yang memakai topi hitam cukup sopan.

 

Perempuan dengan makeup tebal tersebut menampilkan senyuman sinis. Ia mengeluarkan amplop coklat dari dalam tas nya, lalu menunjukkan amplop itu tepat dihadapan kedua pria tadi.

 

"Tebakan kalian benar, amplop ini berisi uang yang lo semua tau kalau gue pasti kasih imbalan banyak lebih dari yang kalian ingin. Permintaan gue sekarang ini adalah---

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

---Jangan pernah biarkan mantan pacar gue tenang dalam jangka waktu satu bulan. Ingat, lo semua nggak boleh bikin dia babak belur! Gue rasa, lo semua paham apa yang harus kalian lakukan. Sedikit aja gagal, gue bakal bikin lo berdua sengsara dan gila seperti dua teman kalian dulu! Nggak mau 'kan kalau derajat kalian sebagai preman turun gitu aja, hm?"

 

Dua preman itu menunduk patuh.

 

"Kami bertugas membantu Nyonya. Kami pasti berhasil,"  Kata pria yang memakai kacamata, "Nyonya tenang saja."

 

"Serahkan semuanya kepada kami, Nyonya Elly. Ada uang pun segalanya semakin mudah." 

 

Elly? Perempuan tersebut mendecih malas, melempar kasar amplop coklat berisikan uang pada kedua preman suruhannya. "Gue tunggu kabar dari lo berdua. Nggak ada kamus kekecewaan dalam hidup gue."

 

"Baik, Nyonya."

 

Elly berbalik, mengibas rambut panjangnya lalu melangkah pergi meninggalkan taman. 

 

"Oh--- Alvaro sayang, aku harap setelah ini terjadi kamu bakalan nyesel karena udah putusin aku."

 

 

 

 


Let's play,

the real game is start.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • shooky215

    Suka suka suka sekali sama ceritanya dek<3

    Comment on chapter PROLOG
  • SusanSwansh

    Halo. Ceritanya bagus, cuma mau kasih saran sedikit biar lebih keren lagi. Untuk penulisan kata panggilan dalam sebuah dialog, itu pakai huruf kapital di awal. Nak, Mah, Yah. Dll. Satu lagi saran saya, perdalam lagi EBInya. Saya sendiri masih awam. Masih belajar juga. Cuma kata Pak Editor saya, penulis juga harus jadi ibu untuk naskahnya. Salam. Semangat terus ya.

    Comment on chapter Awal
  • dhinioctv

    [ Dhin's note: halo semua~ terimakasih karena kalian sudah menyempatkan membaca, memberikan like serta review pada ceritaku ini>_< jujur aku senang sekalii, alhamdulillah para pembaca menyukai ceritaku~ terimakasih banyak. tolong berikan dukungan dan doa dari kalian yaaa. Jika ada kritikan dan saran, silahkan comment atau bisaa kirim pesan ke inbox-ku, yaaa~ aku masih awam, jadi butuh kritik saran serta dukungan dari adik-adik, teman-teman, dan kakak-kakak sekalian. biggg loveee guyss~ ]

    Comment on chapter PROLOG
  • JenniesMine

    Rajin2 next ya thor, sumpah cerita ny keren kebangetan saya suka

    Comment on chapter Little Secret.
  • dreamhigh23

    Cemungut Thor kalok aku suka bngt sm nii cerita

    Comment on chapter Little Secret.
  • KesayanganJimin

    Setiap chapter ada aj yg bkin hati q baper,,, from now i like your story very much,,, Semangat kk keren bgt ini

    Comment on chapter Little Secret.
  • Kimtae11

    Buruan up jga, gasabar lanjutanya????

    Comment on chapter Pertemuan
  • Kimtae11

    Semangat thorr

    Comment on chapter Pertemuan
  • flower_flo

    Gila guru killer aja masih banyak yang ngefans wkwk

    Comment on chapter Bad Day!
  • Ninda

    Lanjut Thor????.... ceritanya makin menarik unchhh....Saranghae unnie????????

    Comment on chapter Dia.
Similar Tags
Aku Bukan Kafir!
283      195     0     
Inspirational
Pemuda itu bernama Arman, suku jawa asli yang lahir dari seorang buruh sawah di daerah pelosok Desa Peloso, salah satu Desa di Jombang. Ngatini adalah adik dari almarhumah Ibu kandung Arman yang naik ranjang, menikah dengan Pak Yusup yang biasa dipanggil Lek Yusup, Bapak kandung Arman, yang biasa dipanggil Lek Yusup oleh orang-orang sawah. Sejak kecil Arman selalu ikut Lek Yusuf ke sawah. Hingga ...
TENTANG WAKTU
57      38     0     
Romance
Elrama adalah bintang paling terang di jagat raya, yang selalu memancarkan sinarnya yang gemilang tanpa perlu susah payah berusaha. Elrama tidak pernah tahu betapa sulitnya bagi Rima untuk mengeluarkan cahayanya sendiri, untuk menjadi bintang yang sepadan dengan Elrama hingga bisa berpendar bersama-sama.
The War Galaxy
342      190     0     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Your Secret Admirer
0      0     0     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
Untouchable Boy
37      28     0     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...
SILENT
168      98     0     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Perfect Candy From Valdan
84      73     0     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
Trainmate
94      72     0     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Senja Belum Berlalu
99      66     0     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
I'il Find You, LOVE
134      100     0     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.